"Kau benar-benar melempar uang itu padanya?" tanya Joy dengan tidak percaya, ketika Jennie menceritakannya padanya.
"Aku marah sekali, perkataannya saat menolak pendapatku dulu sama sekali berbeda dengan apa yang dilakukannya dan orang-orang begitu memujinya."
"Tapi apakah kau pernah terpikir jika dia tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh staffnya?"
"Bukan urusanku." Jawab Jennie yang sebenarnya sudah terpikir tentang hal itu dan ada perasaan bersalah dan malu, bukankah dia harusnya marah pada Lee Heechul tetapi mengapa dia bisa meluapkan kemarahannya pada Lalisa Brüschweiler.
"Bagaimana jika dia datang menemuimu atau mengundangmu ke kantornya untuk permintaan maaf jika benar ternyata itu ulah dari staffnya yang tidak bertanggung jawab?"
"Mana mungkin orang seperti dirinya mau mengunjungi tempat seperti ini, dan kurasa mereka juga tidak akan peduli dengan penilaianku pada mereka."
"Aku juga berpikir hal yang sama, dan kupikir-pikir lagi keren juga dirimu mendatanginya dan melemparnya dengan uang itu bahkan mengomelinya. Lalu saat itu apa yang dia lakukan?"
"Dia hanya diam dan memintaku kekantornya untuk membahas masalah itu."
"Dan kau tolak?"
"Ya, kutolak dan aku langsung berbalik pergi, jika semakin lama melihatnya aku bisa kena serangan jantung."
"Kenapa memangnya? Apakah bertemu langsung dengannya membuat jantungmu berdetak lebih cepat?"
Jennie menyadari kesalahan perkataannya, "Aku akan terkena serangan jantung karena tekanan darahku meningkat." kata Jennie beralasan, dia tidak ingin Joy semakin mengejeknya dan menggodanya.
"Benar juga, untung kau tidak mengalami stroke karena menahan kemarahanmu sejak kemarin."
"Aku mau keluar dulu, kurasa kau masih mau disini menunggu kekasihmu jangan lupa kunci pintu saat kau keluar."
"Kau mau kemana?"
"Mencari bukti."
"Aku mengakui ketekunanmu sahabatku. Selamat berjuang."
Jennie tertawa mendengar perkataan Joy, yang memang menggoda dan menghiburnya. Setidaknya dengan bekerja dia bisa melupakan wajah wanita yang tadi pagi ditemuinya itu.
***
Lisa duduk didalam mobil mengamati bangunan yang ada dihadapannya dan area disekitar apartement itu. Banyak anak-anak muda duduk bergerombol disana, dan beberapa tempat dari bangunan itu terlihat tidak terawat. Pengamatannya terputus ketika melihat orang yang mau ditemuinya melangkah keluar dan menuju lahan parkir terbuka dihalaman bangunan itu dan masuk kedalam sebuah mobil dan meluncur pergi.
Rasa ingin tahu Lisa membuatnya mengikuti perginya wanita itu, ada perasaan tidak suka dan khawatir saat melihat daerah tempat tinggal wanita itu, perasaan yang tidak pernah dirasakannya pada wanita-wanita yang pernah dia temui.
Lisa tetap menjaga jarak, dia tidak ingin diketahui dan yang pasti akan menimbulkan kesalahpahaman lain, padahal kesalahpahaman mereka saja belum diselesaikan.
Jennie memarkir kendaraannya di salah satu tempat parkir yang terdekat dari tujuannya, dan dia mulai menelusuri jalan-jalan yang diketahuinya sebagai rute pulang dari Jihyo.
Dia mulai berjalan dari club menuju stasiun bawah tanah, dan sepanjang penelusurannya dia mengamati, mencatat hal-hal yang mungkin bisa menjadi buktinya.
Jennie masuk ke toko dan kios disekitar stasiun dan bertanya pada pemilik atau penjaga disana, apakah pernah melihat dan bertemu Jihyo. Beraneka ragam jawaban yang didapatnya, membuatnya semakin bersemangat sampai dia masuk ke sebuah kios dan bertanya disana, pemilik kios yang tidak ramah itu mengusirnya bahkan mendorongnya hingga terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY FUTURE WIFE
Fanfiction[Beberapa part telah diprivate, Follow baru bisa membuka dan membacanya!]