"Perkenalkan dia Jennie Kim, kekasih sekaligus calon istriku." Kata Lisa sambil menggandeng Jennie kehadapan Diane.
Diane memandang dan memperhatikan Jennie dari atas kebawah, herannya Jennie sama sekali tidak canggung bahkan membalas tatapannya dengan berani.
"Kau benar kekasihnya?"
"Ne, Nyonya Brüschweiler."
"Kau kemari dengan sukarela atau dia memaksamu?"
"Tepatnya dia tidak mengatakan jika akan membawaku kemari untuk menemui anda Nyonya, dia hanya bilang jika dia akan membawaku menemui seseorang untuk meminta maaf dan membuatnya kembali diakui. Saya baru tahu dan menyadai saat dalam perjalanan kemari jika dia akan membawa saya kemari." jawab Jennie dengan tenang.
"Apakah grandma akan membiarkan dia terus berdiri disini tanpa menpersilahkannya masuk?" Tanya Lisa.
Diane tidak menggatakan apa-apa tapi dia berbalik untuk masuk yang merupakan undangan untuk mereka berdua.
"Bagaimana kalian bertemu dan apa pekerjaanmu?" Tanya Diane ketika mereka sudah duduk.
"Saya seorang pengacara, kami bertemu pertama kali saat Lisa memberikan kuliah tamu di fakultas saya 2 tahun, lalu 2 bulan lalu saya kembali menemuinya dan melemparkan amplop berisi uang padanya karena salah satu pengacaranya ingin menyogok saya untuk mencabut tuntutan saya." Jawab Jennie masih tetap tenang dan Lisa membiarakannya karena dia yakin Diane pasti akan menyukai Jennie.
"Apakah kau mengomelinya saat itu?" Tanya Diane.
"Tentu saja, karena saat itu saya memang tidak menyukainya."
"Apakah dia menjebakmu supanya menyukainya?"
"Dia menggunakan alasan akan menuntutku dengan pasal penyerangan jika tidak mau menerima bantuannya dalam menangani kasus yang saya kerjakan saat itu, bahkan dia meminta saya untuk menanda tangani surat perjanjian yang mana jika saya berhasil memenangkan kasus itu, saya harus menjadi asistennya selama 3 bulan."
"Dan sekarang bagaimana penilaianmu pada wanita sombong yang duduk disebelahmu itu?"
Jennie menoleh menatap Lisa yang tersenyum padanya lalu berbalik kembali menghadap Diane lalu berkata, "Dia terlalu sombong, percaya dirinya tinggi dan bisa dikatakan banyak akal atau istilahnya licik tetapi diluar semua kejelekannya itu dia mempunyai hati yang penuh perhatian, tulus dan baik."
Diane langsung tertawa, hilang sudah wajah kesal atau tegas yang ditampilkannya, kelihatannya cucunya sudah menemukan pasangan yang cocok untuk mendampinginya.
"Lisa, grandma memaafkanmu karena kau sudah membawa Jennie kemari tetapi aku peringatkan jangan pernah kau menyakitinya atau grandma tidak mau mengakuimu lagi walau kau memohon." Kata Diane.
"Benarkan apa yang kukatakan tadi, Nyonya besar Brüschweiler itu baik hati walau dia terlihat kejam tetapi itu tidak berlaku padaku. Lihat saja, sekarang dia lebih memilihmu daripada aku cucunya." kata Lisa pada Jennie.
"Itu karena kau selalu membuatku kesal." Jawab Diane.
"Jadi apakah kami mendapat ijin menginap malam ini?" tanya Lisa.
"Tentu saja. Jennie, apakah kau ingin tinggal disalah satu kamar disini atau kau lebih nyaman di pondok-pondok yang ada disekitar perkebunan."
"Terserah pengaturan Nyonya...." Perkataan Jennie langsung dipotong oleh Diane, "Panggil aku grandma." Titahnya yang jelas-jelas tidak bisa dibantah.
"Baiklah, terserah pengaturan grandma saja saya akan menyetujuinya."
"Dia tidur dikamarku saja." jawab Lisa cepat dan sebelum Diane berkata, Lisa menambahkan, "Tenang saja tidak akan ada desahan sepanjang malam yang akan menganggumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY FUTURE WIFE
Fanfiction[Beberapa part telah diprivate, Follow baru bisa membuka dan membacanya!]