Pernikahan tertutup yang disiapkan Lisa, benar-benar hanya mengundang beberapa orang yang dekat dengan mereka. Susasana sakral sangat terasa, membuat pasangan yang mengikat janji pernikahan itu benar-benar menghayati, para wanita menitikkan airmata ketika mendengar janji pernikahan yang diucapkan dan beberapa pria yang turut hadir berkaca-kaca.
Wendy yang berada disamping sahabatnya merasa bahagia, dia merasakan kesungguhan Lisa dan tahu alasan mengapa sahabatnya mengatur terpisah resepsi dan pemberkatan pernikahannya. Dia yakin suasana seperti inilah yang diinginkan Lisa, mengungkapkan kesungguhannya dalam komitmen pernikahannya.
Lisa sama sekali tidak bisa berhenti mengangumi Jennie yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya sejak dia melangkah masuk melalui pintu utama, bahkan saat mereka dinyatakan resmi dan dia diminta mencium mempelai wanita, dia sempat tertegun. Saat dia membuka penutup wajah tipis Jennie, tatapan mereka bertemu dan terkunci, jika saja Wendy tidak menepuk pundak Lisa mungkin mereka akan terus menyaksikan tatapan penuh cinta diantara kedua mempelai itu.
Selesai pemberkatan dan penandatanganan dokumen hukum yang menyatakan mereka adalah pasangan sah, Lisa menjamu semua yang hadir untuk makan malam.
Jamuan penuh kekeluargaan dan kehangatan tanpa gangguan orang-orang yang mengucapkan selamat untuk kedua mempelai.
"Akhirnya aku tahu kenapa kau mengadakan acara terpisah dan tertutup, benar-benar sesuatu yang berbeda." kata Wendy pada Lisa yang terus menggandeng Jennie.
"Aku memang ingin sesuatu yang berbeda, memaknai sebuah janji pernikahan itu sangat penting." Jawab Lisa.
"Benarkah? Bukankah alasanmu padaku waktu itu karena kau khawatir, aku berubah pikiran makanya kau mengadakan secepat-cepatnya dan karena jelas tidak mungkin mengadakan resepsi hanya dalam 1 minggu?" Tanya Jennie membuat yang lain tertawa karena tahu Jennie sedang menggoda Lisa.
"Itu hanya alasan supaya kau tidak memiliki alasan untuk menolaknya, honey." bela Lisa.
"Kalian benar-benar tidak pergi berbulan madu?" tanya Diane.
"Nanti setelah resepsi." jawab Lisa.
"Kami baru kembali dari liburan grandma, pekerjaan Lisa banyak yang tertunda. Belum lagi dalam sebulan kedepan dia pasti sibuk menyiapkan resepsi pernikahannya." kata Jennie.
"Jennie, kau mengatakan hal itu seperti kau bukan istrinya Lisa." kata Joy sambil tertawa.
"Jangan heran, Jennie mengatakan itu pasti karena dia tahu Lisa yang akan mengurus resepsinya sendiri." kata Wendy yang langsung mendapat persetujuan Diane.
"Aku hanya tidak ingin Jennie kelelahan karena mengurus pekerjaan dan diriku saja pasti sudah membuatnya lelah." kata Lisa membuat semua yang ada disana tertawa dan Jennie menghadiahi Lisa dengan cubitan yang hanya dirasakan Lisa sebagai gigitan semut di pinggangnya.
Malam itu setelah mereka kembali kerumah, Diane mengajak Jennie ke kamarnya dan betapa terkejutnya Jennie ketika Diane menyerahkan sekotak perhiasan dan seterfikat rumah yang sekarang ditempatinya.
"Jangan menolaknya, seharusnya ini diberikan pada menantuku untuk diteruskan pada turunannya kelak, tapi aku tidak memilikinya dan suatu kehormatan aku bisa langsung memberikannya pada cucu menantuku. Aku tahu kau mencintai Lisa bukan karena nama belakangnya atau karena hartanya karena itu kau layak menerima ini semua. "
"Tapi grandma, bukankah ini terlalu mahal? Aku...."
"Jennie, ini bukan hanya untukmu tapi ini untuk masa depan dan anak-anakmu nantinya. Rumah dan perhiasan ini tidak ada hubungan dengan Brüschweiler corp ataupun Brüschweiler Law&Firm, jadi jika kedua perusahaan itu bermasalah kalian masih memiliki tempat untuk tinggal dan jaminan masa depan kalian. Atau jika Lisa sampai menceraikanmu maka dia yang harus keluar dari rumah ini, karena ini adalah milikmu dan anak-anakmu nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY FUTURE WIFE
Fanfiction[Beberapa part telah diprivate, Follow baru bisa membuka dan membacanya!]