Lisa masuk kedalam kamar dengan memegang kepalanya.
Jennie yang melihat itu langsung menghampiri dan menuntunnya untuk duduk lalu mengambilkan air minum untuk suaminya itu.
"Kamu meminumnya?" tanya Jennie.
Lisa yang sedang membaringkan kepalanya di sofa menggeleng pelan, "Aku pura-pura tersedak jadi tidak meminumnya, tapi kelihatannya obat yang dimasukkan sangat kuat."
"Siapa yang membawamu kesini? Dan bagaimana dengan tamu undangan?"
"Kamu hubungi Wendy lebih dulu, minta tolong dia mewakiliku mengurus para undangan yang tersisa."
Jennie mengambil telepon genggamnya dan menghubungi Wendy, menceritakan dengan cepat apa yang terjadi dan meminta bantuan Wendy untuk mewakili Lisa berpamitan dengan para tamu yang tertinggal karena memang sebagian besar sudah pulang termasuk Diane bahkan sudah lebih dulu berpamitan dan pulang kerumah, Diane menolak tinggal dihotel.
Wendy langsung menyangupi dan akan segera naik keatas tetapi Lisa menggeleng, sehingga Jennie mengatakan tidak perlu karena kelihatannya hanya dia yang bisa mengobati suaminya, membuat Lisa tersenyum dan Wendy tertawa.
"Saat aku mulai pusing seorang pelayan mendekatiku dan menawarkan untuk mengantarkanku ke kamar. Aku menyetujuinya karena ingin memastikan dia adalah kaki tangan dari Yuri. Dia membawaku ke kamar lain dilantai ini, meninggalkanku didepan kamar setelah menekan bel dan berpesan padaku untuk menunggu pintu kamar dibuka. Tetapi sebelum pintu terbuka, aku kembali kemari." Lisa menceritakan bagaimana dia bisa kembali ke kamar, dia memang merasa pusing tetapi kesadarannya masih ada dan dia hanya berpura-pura kehilangan kesadaran saat dipapah oleh pelayan itu.
"Apakah perlu kupanggilkan dokter atau kita ke rumah sakit?" Jennie bertanya.
"Kurasa tidak perlu, seperti katamu aku membutuhkanmu, tepatnya junior membutuhkanmu."
Lisa mulai melepas dasi dan jasnya, dia mulai merasa panas dan junior juga mulai mengeras, kelihatannya sebagian obat yang mungkin masuk ketubuhnya mulai bereaksi.
"Sudah kuduga, ini yang kamu bilang 'Bisa mengatasinya'?" Jennie mengomel tapi dia juga tidak menolak ketika Lisa menariknya kedalam pelukannya dan mulai mencumbunya, untung saja tadi dia sempat membersihkan wajahnya dan berganti pakaian sebelum Lisa masuk.
***
Jika suami istri yang berbahagia itu sedang bergulat saling memuaskan, di tempat resepsi Yuri menghampiri pelayan yang tadi ditugasinya membawa Lisa.
Mungkin Lisa memang tersedak dan tidak sempat meminum habis minumannya tetapi dia tahu betapa kuat efek obat yang telah dicampurkannya itu.
"Bagaimana?" tanya Yuri.
"Saya sudah mengantarkannya seperti perintah anda dan saya membiarkan dia didepan pintu kamar itu setelah menekan bell."
"Baguslah, ini bayaranmu." Ujar Yuri sambil mengulurkan amplop pada pelayan itu.
Tetapi betapa terkejutnya dia, saat perjalanan menuju club setelah dia meninggalkan hotel itu, Yeri meneleponnya dan bertanya tentang keberadaan Lisa
"Bukankah sudah diantarkan kekamarmu?"
"Tadi memang ada yang menekan bell saat aku sedang berendam tetapi saat aku membuka pintu, aku tidak melihat seorang pun didepan kamar. Kupikir tadi ada orang iseng dan selain itu unnie juga tidak mengirim pesan jika dia sudah unnie kirim kekamarku." Protes Yeri.
"Apakah kau terlalu lama membuka pintu kamar? Sudah kubilang kau bersiap-siap, mengapa kau malah melepaskan kesempatan itu!." Bentak Yuri yang mulai kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY FUTURE WIFE
Fanfiction[Beberapa part telah diprivate, Follow baru bisa membuka dan membacanya!]