Part 8

12 4 0
                                    

____*____




"Fad, lo kenapa sih? Dari tadi gue perhatiin, lo ngelamun mulu? Ada masalah?" tanya Dafi yang sedari tadi merhatiin gue.

"Kagak papa."

"Gak usah bohong! Kalo emang lagi ada masalah, lo cerita sama kita-kita," sahut Edo tiba-tiba sambil melirik satu persatu kearah Dafi dan Zulfan.

"Hmm, ntahlah. Gue gak tau, mesti cerita atau gak usah," ucap gue menghela nafas pelan. Pasalnya, gue gak tau mereka bertiga bakalan percaya atau enggak.

"Ya elah, cerita aja kali. Kita siap dengerin cerita lo, ya gak?" tanya Dafi pada Zulfan dan Edo, mereka berdua mengangguk meng'iya'kan ucapan Dafi. Ahh, beruntung juga punya sahabat kek mereka.

Akhirnya gue menceritakan kejadian semalem yang nimpa gue, mereka fokus memperhatikan, mendengarkan dan mencerna setiap kata yang gue ucap. Sepertinya mereka percaya gak percaya sama cerita gue, tapi mau gimana lagi. Emang itu kenyataannya.

"Gue yakin, kalian pasti percaya gak percaya sama cerita gue kan?" tanya gue melirik satu persatu ke arah mereka.

"Gue percaya kok! Karena gue juga ngalamin itu." sahut Zulfan, membuat gue menatap penuh tanda tanya ke arahnya, begitu juga yang lain.

"Maksudnya?" tanya Dafi yang sepertinya penasaran sama seperti gue.

"Kemarin malem kan kita ke warung pak Marjo, nah pulang-pulang sekitar jam setengah sebelasan. Pas gue pulang awalnya biasa aja, gak ada apa-apa. Tapi, pas gue udah mau deket pos ronda. Gue denger kayak ada orang bisik-bisik dideket telinga gue.

Awalnya gue biarin aja suara itu, mungkin gue salah denger. Tapi, makin lama suara itu makin terasa jelas. Gue tengok kanan kiri gak ada siapa-siapa, hening, sepi dan sunyi. Bahkan bapak-bapak yang biasa ronda pun gak ada, mungkin lagi keliling kampung. Trus__"

"Bentar, terus yang suara itu emangnya suara apaan?" tanya Edo memotong cerita Zulfan, membuat Zulfan melirik tajam kearahnya.

"Gue belum selesai cerita elah."

"Oke, lanjut," pinta gue agar mereka tidak saling adu mulut.

"Gue denger suara perempuan minta tolong, kenapa gue yakin itu perempuan? Karena suara itu lembut banget, sampai gue merinding dengernya. Gue tengok kanan kiri tetep aja gak ada siapa-siapa.

Sampai gue tepat berada di depan pos ronda, gue lihat ada perempuan pake seragam yang sama persis sama seragam sekolah kita, lagi berdiri sambil nunduk. Disaat itu, gue inget kejadian waktu sore sama si Fadli yang ketemu cewek hantu itu." Zulfan menghentikan ceritanya, menghela nafas sebentar lalu ...

"Bentar, gue haus kalo cerita panjang lebar kayak gini." Edo memberikan segelas minuman disebelahnya pada Zulfan.

Zulfan menerimanya, namun baru beberapa teguk dia segera menyemburkannya tepat ke arah wajah Edo. Membuat Edo memejamkannya, saat cairan itu menyembur wajahnya.

"Puihhh! Apaan nih? Haahh, haahh," tanya Zulfan sambil mengibas-ngibaskan tanganya di depan mulut. "Kok pedes sih! Air, air mana air?!"

"Zul! Lo ngapain nyembur muka gue?" tanya Edo terlihat kesal, dia segera mengambil tisu yang ada di atas meja lalu mengelap wajahnya.

"Njirr, kok panass sih!" ucap Edo sambil berlari ke arah wastafel untuk mencuci wajahnya.

Gue dan Dafi tertawa melihat tingkah mereka, sejenak gue lupa sama kejadian kemarin malam. Gue pun memberikan satu botol minuman pada Zulfan, dia segera menerimanya dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah botol.

"Ahh ... akhirnya," ucapnya terlihat lega.

Edo kembali duduk ke kursinya, dan kembali melap wajahnya yang basah.

"Zul! Lo ngapain nyembur gue, mana tiba-tiba jadi panas wajah gue nih!"

"Hehh! Lo juga ngapain ngasih minuman pedes ke gue, mana gak enak lagi rasanya."

Mereka berdua melirik ke arah gelas itu berada, Edo segera mengambil dan mengamatinya. Mata mereka terbelalak ketika mereka tahu apa yang ada di gelas tersebut.

"Saos? Pantes pedes! Siapa yang nuangin saos ke dalam gelas coba!" Zulfan menggerutu sedangkan Edo meringis mendengarnya.

"Sorry, itu kayaknya gue ... salah masukin," ucap Edo tersenyum kaku, sedangkan Zulfan memasang wajah masam mendengarnya.

"Hahaha ...." tawa kamipun pecah seketika, anak-anak lain yang sedang berada di kantin pun menatap kami heran plus penasaran. Namun itu hanya sebentar, mereka kembali melanjutkan kegiatan makan mereka masing-masing.

"Oke, back story Zul," ucap Dafi mempersilahkan Zulfan menyelesaikan ceritanya, dan Zulfan pun segera melanjutkan ceritanya hingga selesai.

"Ehh, gue juga mau cerita nih!" ucap Edo serius.

"Apa?" tanya gue penasaran, begitupun dengan yang lain.

"Kemarin sore pas gue pulang dari rumah si Dafi, gue juga ketemu sama setan."

"Ahh masa? Gak percaya tuh! Paling cuma ngarang doang," sahut Dafi dengan nada bercanda.

"Yee gue gak ngarang ogeb, gue serius!" jawab Edo dengan mimik muka serius sambil menggeplak kepala belakang Dafi.

"Adaww,, sakit Oncomm!" Dafi membalas perbuatan Edo dengan menoyor kepalanya.

"Anjiirr lu." Edo mengelus kepalanya yang terkena toyoran maut Dafi.

"Nama gue Dafi bukan ogeb, paham lu! Dasar minyak sayur!"

"Lo tuh, minyak jelantah!"

"Minyak sayur!"

"Minyak jelantah!"

"Sayur!"

"Jelantah!"

"Woyy! Lo berdua mau cerita apa mau ribut? Kalo mau ribut, noh sekalian dilapangan biar orang-orang pada nonton sono."

Seketika suasana yang tadinya gaduh dengan perdebatan Edo dan Dafi terhenti dan menjadi hening karena perkataan Zulfan.




#Putt_♡︎

FADLI STORY'S [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang