Part 13

7 1 0
                                    


"War, tungguin!" teriak Dafi tiba-tiba, membuat gue sedikit tersentak. Dafi langsung berlari kearah seseorang yang dia panggil tadi.

Anwar? Ngapain manggil dia? batin gue yang bertanya-tanya.

"Woyy Daf! Dafi!" Gue teriak-teriak manggil, tapi dia mengabaikan teriakan gue. Gue lihat dia jalan dilorong bareng sama Anwar, ntah kenapa gue jadi kesel lihat mereka berdua deket dan keliatan akrab.

Anjir si Dafi, sama temen sendiri marahan lah sama orang lain malah akrab. Anwar, awas aja lo rebut temen gue!

"Fad, mana si Dafi?" tanya Zulfan yang tiba-tiba ada dibelakang tubuh gue.

"Diambil orang," jawab gue datar. Zulfan mengernyikan dahinya, terlihat bingung dengan maksud gue. Tapi gue bodo amat, gue pun langsung pergi meninggalkan Zulfan yang masih bingung.

*

14.35

Gue berjalan sendirian ke belakang sekolah, tepatnya ke arah gudang yang terbengkalai. Ntah kenapa gue penasaran sama gudang yang ada dimimpi gue waktu pingsan. Dan gue ngerasa kalo gudang yang ada dimimpi gue itu, gudang belakang sekolah yang udah gak kepake.

Sendirian? Ya, karena tadi temen-temen gue udah pada pulang duluan.

Sekolah udah luyaman sepi karena siswa siswinya udah pada pulang, keadaan dibelakang sekolah sedikit mencekam menurut gue. Gimana enggak! Ada beberapa pohon beringin yang lumayan besar dibelakang sekolah. Rasanya sunyi, sepi, dan ... ada bau aneh lewat di indra penciuman gue.

Apalagi setelah gue makin deket sama gudang itu, baunya makin kecium. Baunya kayak bau ... Bangkai! Iya, bangkai! Tapi gue gak tau itu bangkai apaan.

Setelah sampai didepan gudang, gue mulai melakukan aksi gue menjadi seorang detektif abal-abal. Wkwk. Gue mendekati pintu mencoba membukanya, tapi gak bisa. Pintunya dikunci! Gue mencoba mendobraknya, tapi ... Nihil! Pintu itu tetep gak bisa dibuka.

Gue beralih ke depan jendela, mencoba melihat isi ruangan tersebut. Tapi, sial! Jendelanya ditutup gorden, membuat gue gak bisa lihat isi didalam gudang. Makin lama gue disini, aroma gak sedap itu makin menjadi. Sampai sebuah suara serak dan berat mengagetkan gue, hingga membuat gue menoleh ke asal suara.

"Ngapain kamu disitu?" tanya pria paruhbaya, Pak Narto. Satpam di sekolahan gue. Tatapan tajam yang diberikannya membuat gue sedikit menciut. Masalahnya, dia itu satpam yang sedikit garang menurut gue.

"E-e-enggak pak, gak papa. Cuma lagi lewat aja, hehe ...," ucap gue sedikit gugup saat mencari sebuah alasan.

"Kenapa belum pulang?" tanya Pak Narto masih dengan tatapan tajamnya.

"Eh, i-iya. Ini juga mau pulang kok pak. Kalo gitu saya permisi." Pamit gue buru-buru pergi dari tempat itu menuju parkiran. Eh, ngapain gue keparkiran? Gue kan gak bawa motor, bego banget sih gue?! batin gue merutuki diri sendiri.

Gue segera melangkah ke arah gerbang, sekarang sekolahan nampak sepi. Kayaknya emang udah pulang semua. Gue menunggu angkot dipinggir jalan, tapi udah lima menit gue nunggu, belum ada satupun angkot yang lewat. Sementara itu langit yang tadinya cerah, mulai berubah menjadi abu. Bukan abu vulkanik ya, maksudnya mendung gitu wkwk.

Author : "Iya, udah tau kali mereka. Ngapain dibahas?"

"Ni orang ngapain muncul lagi, elahh. Ganggu gue aja!"

Back story ↓

"Ni angkot pada kemana sih? Gak niat kerja apa? Mana udah mau ujan lagi?" gerutu gue kesal, karena angkot yang ditunggu belum menunjukan batang bannya. Dan benar saja, tak berapa lama.

Rintik-rintik hujan mulai jatuh ke atas aspal, membuat gue menoleh kanan kiri untuk mencari tempat berteduh. Gue berlari ke arah halte yang sepi, untuk berteduh sebelum hujan turun lebih deras.

Hujan mulai turun dengan derasnya, membuat gue terpaksa harus menunggu hujan reda untuk pulang. Sial banget sih gue! Harus nunggu sampe kapan nih? Mana gak bawa jas hujan lagi, Aiishh ... gerutu gue sedikit kesal. Bukan sedikit kesal sih, tapi beneran bikin gue kesal banget sih. Hujan yang cukup deras, membuat udara sekitar menjadi lebih dingin.

"Hikss ... Hikss ...."

Tiba-tiba terdengar suara tangisan dari arah samping, membuat gue menoleh. Disana sudah ada seorang perempuan yang sedang duduk dengan kepala menunduk sambil menangis, gue menenggak ludah dengan susah payah. Merasa takut dan merinding dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Bagaimana tidak? Dia tiba-tiba sudah berada disana, padahal gue yakin banget kalo tadi gak ada orang sama sekali di halte ini. Apalagi suara tangisnya yang menyayat hati, membuat tubuh gue bergetar.

Senyap, tiba-tiba suara tangis itu berhenti membuat gue menatap was was ke arahnya. Dia mulai mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah gue dengan kepala dimiringkan, wajahnya mulai terlihat. Ya, wajah itu. Wajah perempuan yang belakangan ini sering neror gue buat minta tolong.

Dia mulai menggerakkan bibirnya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, hingga suara seperti bisikan mulai terdengar didekat telinga gue. "Tolong," "Gudang," suara bisikan itu terdengar sangat halus, membuat bulu kuduk gue berdiri.

Tiba-tiba dia menatap mata gue dengan mata melotot dan senyuman menyeringai yang mengerikan. Lidahnya menjulur keluar, membuat gue menelan ludah susah payah karena takut.

"Khii ... Khii ... Khii ...." tawanya menggema diantara suara air hujan yang deras.

Gue terkejut sekaligus takut dengan perubahannya yang cukup mengerikan, tanpa berpikir panjang lagi. Gue menerobos hujan yang cukup deras dengan berlari, tidak mau jika harus menunggu hujan reda ditemani sosok hantu perempuan mengerikan itu.

Setelah beberapa menit berlari, akhirnya gue sampai di depan pintu rumah. "Hosh ... Hosh ... Hosh ...." Suara deru nafas yang tidak teratur dan jantung yang berdetak cepat sehabis berlari, membuat gue berdiri mematung untuk beberapa detik. Beberapa tetes air berjatuhan dari baju dan tubuh gue yang basah karena hujan.

Dengan segera gue masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang. Karena tubuh gue yang udah basah kuyup, gue segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Ya kali, gue mau masak. Ya, kan? wkwk.

Setelah acara ritual mandi dan ganti baju selesai, tak lupa gue mengeringkan rambut yang basah lalu duduk di kursi depan meja belajar. Mengingat dan merenungkan apa yang dikatakan hantu tersebut.

FADLI STORY'S [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang