PRANGGGG!
Gelas kaca yang tidak bersalah itu melayang membentur lantai, bunyi nyaring tersebut menggema di ruang tengah rumah Hendra Immanuel, cairan cokelat susu didalam nya tumpah begitu saja dan mengalir kemana-mana. Kini gelas kaca tersebut hancur berkeping-keping dalam jangka waktu kurang dari enam puluh detik.
"KELUAR KAMU DARI RUMAH SAYA! SAYA NGGAK MAU LIHAT MUKA-MUKA BAJINGAN KAYAK KAMU! KAMU PASTI SENGAJAKAN MAU BIKIN REPUTASI SAYA HANCUR?! DASAR ANAK NGGAK TAU TERIMA KASIH! KAMU PIKIR KAMU ITU SIAPA DISINI?! BERANI-BERANINYA MELANGGAR ATURAN SAYA!"
BRAKK!
Sasaran kedua pria berjas hitam adalah meja didepan kakinya. Kedua mata Hendra menyorot penuh emosi gadis yang memeluk erat kaki kanannya seraya menangis terisak.
"KELUAR DARI RUMAH SAYA SEKARANG!!" Hendra mendorong kasar kedua bahu Azura. Gadis kepang dua tersebut tidak mau melepaskan kaki Papa nya.
"PERGI ANAK SIALAN!"
"Enggak pa! Zura nggak akan pergi! Zura akan tetep disini! Zura mau jagain papa, Zura nggak mau pergi Pa!"
BUGHH!
"PERGI ANAK SIALAN!" Hendra menendang kuat perut Azura dengan ujung sepatu. Gadis itu terbatuk, karena saking keras tendangan Hendra di perutnya, darah segar keluar dari mulutnya. Namun hal itu tidak membuat Zura mengendorkan pelukan nya di kaki Hendra.
"PERGI ANAK SIALAN! KELUAR DARI RUMAH SAYA!"
BUGHH!
Lagi. Zura kembali memuntahkan darah. Sakit. Itu yang dirasakan nya. Tapi, gadis itu tidak menyerah begitu saja untuk meyakinkan papa nya.
"Zura nggak akan pergi pa! Zura sayang sama papa! Zura nggak akan pergi kemana pun! Zura akan tetep disini sampai kapan pun! Zura nggak peduli siksaan papa! Zura---"
Uhuk...uhuk...
Darah itu kembali keluar. Zura memejam, menahan rasa sakit yang luar biasa diperut nya.
"---Zura sa-sayang sama papa. Se-sebelum mama meninggal, mama bi-bilang bahwa Zura harus terus ada disamping papa, jagain papa, ngerawat papa. Zura nggak akan pergi---"
Gadis itu menghela nafas berat, dada nya terasa sesak. Asma nya kambuh lagi untuk yang kesekian kali. Air mata gadis itu tak berhenti mengalir, pegangan nya di kaki Hendra tidak sekuat sebelum nya.
"---Ninggalin papa sendirian. Zu-Zura bakal pergi nanti, Pa. Setelah malaikat jemput---" Zura memejam, setelah beberapa detik berlalu gadis tersebut kembali membuka suara.
"---Zura a-akan pergi da-dari sini...se-selamanya. Papa ng-nggak akan liat wajah sialan Zura lagi, dan...Zura ng-nggak akan bikin papa malu lagi. Zura minta maaf, Pa. I-izinkan Zura ti-tinggal disini...Zura sa-sayang pa--" Pelukan gadis itu sepenuhnya terlepas dari kaki Hendra, tubuh nya limbung kesamping tak sadarkan diri dengan darah yang comot pipi cubby nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVANO
Teen Fiction"𝒀𝒐𝒖'𝒓𝒆 𝒔𝒐 𝒄𝒖𝒕𝒆, 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒈𝒊𝒓𝒍" ●●● "𝒀𝒐𝒖'𝒓𝒆 𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒐𝒏𝒍𝒚 𝒎𝒊𝒏𝒆, 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒈𝒊𝒓𝒍." ●●● --- Penasaran? Baca langsung!