12# Peace

8.1K 484 50
                                    

Kamis, 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamis, 06.05 WIB.

"Selesai," kedua sudut bibir gadis itu tertarik keatas membentuk lengkungan senyum yang manis. Pagi itu, Zura sudah diperbolehkan masuk ke sekolah setelah seminggu full istirahat di rumah.

Baginya, cuti sekolah sebelum jadwal, rasanya tidak enak. Pertama, dia sulit memahami materi. Kedua, tugas sekolah numpuk karena tidak ada yang memberi informasi mengenai hal tersebut. Dan yang terakhir, dia suntuk di rumah terus.

Setelah selesai kegiatan mengepang rambut. Zura meraih ransel biru muda miliknya diatas ranjang, menyampirkan nya dikedua bahu seraya berjalan keluar kamar.

Dari kecil, Zura memang menyukai warna biru dan pantai. Sedangkan kepang dua pada rambutnya itu sudah menjadi kebiasaan gadis tersebut dari sejak dia berumur dua tahun.

Alasan Zura tidak menginggalkan kebiasaan itu, karena almarhum sang Mama-Herlin sangat menyukai kegiatan mengepang rambut si gadis, dari Zura balita sampai remaja. Dua tahun yang lalu, wanita paruh baya tersebut telah berhenti selama-lamanya dari kegiatan mengepang rambut si buah hati.

Zura tidak peduli dikatakan cupu, karena rambut yang dikepang dua. Be yourself. Zura selalu menjadi dirinya sendiri, tidak memplagiat gaya orang lain. Kepang dua adalah ciri khas Anastasya Azura, yang membedakannya dari yang lain.

"Pagi Bi Ina, Ma, kak Sof," sapa gadis itu, ramah ketika sampai di meja makan.

"Eh, iya neng Zura, pagi juga. Ceria bang---"

Brak!

"Berisik! Lo pada gak lihat orang lagi makan?!" Sofia bediri dari kursi, lalu menatap Zura dan Bi Ina sengit.

"Iya tau. Siapa juga yang bilang kak Sofia lagi berak?" Zura meraih kotak makan yang sudah disiapkan oleh Bi Ina-asisten rumah tangga baru diatas meja makan. Tangannya dengan terampil menghias kotak bekal yang berisi nasi goreng dengan telur ceplok diatas nya dengan saus dan potongan tomat juga sayuran yang tersedia.

Huek!

"ZURA! GAK ADA SOPAN SANTUN YA KAMU! SAYA SEDANG MAKAN DISINI!" Kedua tangan Vanesya terkepal, pandangan wanita paruh baya itu menyorot tajam kearah gadis berkepang dua tersebut.

"Iya maaf, Ma. Salah kak Sofia kan, pagi-pagi udah ngajak bercanda."

"Makin kurang ajar ya lo sama gue?!" Sofia langsung menghampiri saudari tirinya itu, lalu menarik kencang kerah seragam Zura. "Bisa-bisanya memutar balikkan fakta kek tadi! Seminggu di rumah, udah konslet otak lo hah?!"

"Otak aku nggak konslet. Emang sih otakku ini agak lemot, dan aku harap selalu seperti itu---" Zura menyingkirkan pelan tangan Sofia dari kerah seragam nya.

"---Karena aku nggak mau punya otak yang gampang nyusun strategi buat ngehancurin hidup orang lain."

"MAKSUD LO APA HAH?!" Sofia kembali menarik kerah seragam Zura, kali ini semakin kuat.

GIOVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang