6# New Phone

12.3K 671 30
                                    

"Hah?! Gagaga! Gak usah di gubris cowok kek gitu! Gini ya Ra, gue kasih tau Algara itu bukan cowok normal, dia itu ab-normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah?! Gagaga! Gak usah di gubris cowok kek gitu! Gini ya Ra, gue kasih tau Algara itu bukan cowok normal, dia itu ab-normal. Terus dia itu cowok misterius, ga ada yang tau gimana kehidupan nya di luar sana! Dia itu gak pernah ngomong, kalo dia ngomong kek gitu sama lo, berarti cewek yang di incer selama ini ya elo, Ra!"

Zura melongo, kedua mata nya bergerak ke-kanan ke-kiri mengikuti gerakan Thalita yang seperti setrika. Gadis berambut sebahu itu nampak sangat panik memikirkan nasip sahabat nya yang saat ini berada dalam lingkaran bahaya.

"Lo harus bilang ke om Hendra! Minta pindah sekolah lagi Ra, Ke SMA Venus!"

"Nggak semudah itu Tha, papah nggak bakal setuju. Kalo aku bilang ke papah, terus papah malah nggak ngebolehin aku sekolah gimana? Hancur sudah cita-citaku Tha," Zura menunduk seraya mengeratkan pelukan nya pada boneka beruang yang diberi nama Popi- pemberian Gio-sahabat kecil nya.

Thalita mengusap punggung Zura, mencoba memberi semangat pada sahabat nya tersebut. "Lo bilang ke om Hendra tentang apa yang sebenarnya terjadi, kalo Algara ngelakuin hal-hal yang gak sewajar nya gimana? Hidup lo bakal hancur Ra. Gue tau sih ini susah, tapi lo harus pertimbangin baik-baik."

"Andai ada Gio,"

"Gio sahabat kecil lo itu? Emang lo selama ini belum ketemu sama dia? Kata lo, dia tinggal di Jakarta. Lah ini Jakarta."

Zura menggeleng, "aku belum ketemu sama dia."

"Mungkin pindah kota kali, atau keluar negeri."

"Apa mungkin ya, kak Gara itu Gio?"

"Hah?! Lo gila?! Ya, gak mungkin lah! Kalo buat hipotesis tuh ngotak dikit, anying!"

Zura menghela nafas, "tapi dia mirip banget sama Gio, dan hampir sama. Sifat nya aja yang beda jauh."

Thalita terdiam, otak nya mencoba mengolah kalimat Zura barusan. "Kalo dia sahabat lo, dia pasti ngenalin lo, dan kalo seandainya Algara itu Gio, dia gak mungkin ngancem-ngancem lo kayak tadi pagi, dia bakalan lembut sama lo, bucin sama lo kek di tipi-tipi."

"Lah ini? Dia gak ada lembut-lembut nya sama lo, ngancem-ngancem lagi, fiks Algara itu bukan Gio. Lo gak usah halu tinggi-tinggi Ra," imbuh Thalita seraya mengikat rambut nya kebelakang.

Zura membuka laci nakas di sebelah kasur, mengeluarkan secarik kertas yang sudah lusuh dari dalam sana. Kemudian menatap seorang anak laki-laki dalam foto tersebut.

"Mirip banget Tha." Thalita ikut mengamati wajah anak lelaki tersebut, dan benar saja ciri-ciri anak lelaki itu sama dengan ciri Algara.

"Iya anjir, kok bisa mirip gitu ya? Eh, tapi lo masa nggak tau nama panjang sahabat lo itu?"

Zura menggeleng, "aku lupa nggak nanya, dulu aku sama Gio asik bermain. Dan Gio nggak ngasih tau nama panjang nya, dia bilang nama nya Gio, gitu aja."

Thalita memijat pelipis nya yang terasa pening, "ya terus, kalo Algara emang beneran Gio, dia gak akan....Arghhh! Pusing Ra, pusing!" Gadis itu mengacak rambut nya frustasi, kemudian merebahkan diri di kasur Zura.

GIOVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang