"PERGI KAMU DARI SINI! KAMU BUKAN ANAK SAYA! KAMU HANYA PEMBAWA SIAL DI KELUARGA SAYA! GARA-GARA KAMU SAYA KEHILANGAN KLIEN JEPANG! PULANG SANA KE RUMAH AYAH KANDUNG KAMU! PERGI!!" Hendra menendang kuat gadis yang tengah memeluk erat kakinya. Gadis itu menangis terisak, dia tidak mau pergi meninggalkan Hendra, hanya karena surat tes DNA yang menunjukkan bahwa ia bukan lah anak kandung Hendra.
Azura tidak peduli, dia sudah menyayangi Hendra seperti ayah kandungnya sendiri. Ditambah amanat dari mama nya, untuk tidak meninggalkan Hendra dirumah sendirian. Azura tidak percaya kepada Vanesya dan Sofia.
"Pa, Zura mohon---"
BUGH!
"PERGI!"
Gadis yang masih mengenakan piyama bergambar kambing itu tersungkur ke tanah seraya meringis kesakitan karena tendangan sang papa di perutnya begitu keras. Tak menyerah, Azura bangkit dan kembali memeluk kaki Hendra saat pria paruh baya itu hendak kembali masuk ke rumah.
"Pa...Zura mohon Pa. Zura nggak mau pergi dari sini, Zura bisa jadi pembantu kok dirumah ini, tapi izin kan Zura tetap tinggal disini, Pa....AKHHH!"
Hendra menarik rambut Azura hingga kepala gadis itu tertarik ke belakang. "DENGARKAN SAYA! KAMU ITU BUKAN ANAK SAYA! KAMU KIRA SAYA GAK MAMPU BAYAR PEMBANTU HAH?! SAYA NGGAK BUTUH PEMBANTU MACAM KAMU! LAGI PULA SUDAH JELAS KAN HASIL TES DNA ITU! KAMU BUKAN ANAK SAYA! KAMU ITU ANAK HASIL HUBUNGAN GELAP HERLIN DAN MARTIN! PAHAM?!!"
DUKK!
Darah segar mengalir dari dahi Azura, setelah kepala nya dihempaskan ke tanah dan mengenai batu dengan keras. Dengan sisa kekuatan yang ada, Azura bangkit kemudian meraih gagang kopernya. Mata merah nan sembab gadis itu menatap nanar ke pria paruh baya yang berdiri di hadapannya. Mungkin benar, dia hanya anak pembawa sial. Dia tidak seharusnya menetap disini dan membuat orang lain terkena kesialannya.
"Zura pamit Pa, jaga kesehatan ya Pa. Dan...makasih untuk semuanya. Zura sayang Papa. Assalamualaikum." Dengan langkah terseret Azura meninggalkan halaman rumah Hendra. Belum genap 10 langkah, gadis itu terkulai lemas dan tidak sadarkan diri.
Hendra mencengkeram gagang gerbang rumahnya. Seharusnya ia senang melihat gadis berpiyama kambing itu pingsan dijalan, namun perasaan aneh mengganjal dihati nya. Tak ingin menghabiskan waktu, Hendra memilih masuk ke rumah dan menutup gerbang rapat-rapat.
Didepan pintu rumahnya, Hendra semakin merasakan perasaan aneh yang mengganjal dihatinya semakin besar. Pria paruh baya itu berbalik, berjalan menuju gerbang lalu kembali membuka pagar besi tersebut.
Disana ia tidak lagi melihat gadis yang 10 menit lalu tersungkur tak sadarkan diri. Entah kemana perginya gadis itu.
Tubuhnya merosot kebawah, tatapannya kosong tertuju kejalanan tempat Zura tidak sadarkan diri, air mata pria paruh baya itu mengalir dengan sendirinya. Rasa kehilangan semakin mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVANO
Teen Fiction"𝒀𝒐𝒖'𝒓𝒆 𝒔𝒐 𝒄𝒖𝒕𝒆, 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒈𝒊𝒓𝒍" ●●● "𝒀𝒐𝒖'𝒓𝒆 𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒐𝒏𝒍𝒚 𝒎𝒊𝒏𝒆, 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒈𝒊𝒓𝒍." ●●● --- Penasaran? Baca langsung!