seQuel (part 15)

6.2K 586 19
                                    

Hari berlalu begitu saja.  Sudah dua minggu berlalu sejak pembicaraan dalam antara Mark dan Haechan. Mereka masih bersikap seperti biasanya,  bercanda bersama layaknya teman pada umumnya,  tapi hanya itu.
Hanya sekedar formalitas sebagai teman grup tidak lebih.
Mark benar benar merasa kehilangan sosok Haechan.
Haechan benar benar serius dengan perkataannya.  Mereka mengobrol seadanya,  dan itupun soal kerjaan.  Haechan tidak pernah lagi merecoki Mark dengan mengajaknya makan ataupun semacamnya seperti yg dia lakukan sebelum sebelumnya.  Tidak pernah lagi mengeluh lelah pada Mark,  tidak pernah lagi bercanda dengan Mark.  Haechan menjadi sosok yg berbeda sekarang dimata Mark.  Haechan bersikap makin dewasa.

Johnny menghampiri Mark, entah perasaan Johnny saja atau bagaimana,  Mark terlihat pucat.  Besok adalah promo terakhir mereka,  Johnny menjadi khawatir.

"wajahmu pucat"

Tangan Johnny singgah di kening Mark "astaga kau panas"

"tidak apa apa hyung"

"besok promo terakhir kita,  istirahatlah Mark"

Mark hanya mengangguk dengan tatapan lurus kedepan tv.

"Mark" panggil Johnny.

Mark menoleh "ada apa hyung? "

"kau yg ada apa,  kau seperti banyak beban"

"terlihat sekali ya" gumam Mark yg masih bisa di dengar Johnny.

"mau cerita? "

Mark menggeleng.
Tiba tiba Mark bangun "aku akan tidur sekarang"

"kau belum makan Mark" peringat Johnny.

"aku tidak selera makan hyung"

Johnny menghela nafas.  Menatap punggung lebar Mark yg semakin menjauh.  Setelah Mark masuk kamar Johnny buru buru menelpon Haechan.  Di saat kondisi Mark seperti ini,  hanya Haechan dan Taeyong yg tau Mark mau apa dan harus melakukan apa.
Haechan pergi bersama teman temannya,  teman yg mana saja Johnny juga tidak tau,  yg dia tau hanya Sanha dan Jeno karena dua orang ini tadi sempat ke dorm ilichil untuk menjemput Haechan.

"hallo"

"Haechan~a, kau masih lama? "

"iya,  ada apa hyung? "

"Mark sakit,  dia tidak mau makan, Taeyong sedang kerja sekarang jadi aku menelponmu"

Haechan diam sesaat.

"hallo"

"aku akan pulang sekarang hyung"

Johnny tersenyum "baiklah, hati hati Haechan~a"

Tut

Haechan lebih cepat dari perkiraan Johnny.  Di tangannya ada bubur dan juga obat obatan.
itu obat untuk Mark.

"dia di kamar? " tanya Haechan pada Johnny.

"eum,  dia ada di kamarnya"

Haechan meletakan tasnya di sofa lalu pergi ke dapur untuk memindahkan bubur ke dalam mangkok.  Setelah selesai Haechan membawanya ke kamar Mark.  Johnny membantu Haechan untuk membuka pintu.

"thanks hyung"

"ok"

Haechan meletakan nampannya di meja lalu membangunkan Mark.

"hyung" panggil Haechan sembari meletakan punggung tangannya ke kening Mark. 

"astaga panas sekali" gumam Haechan.

Haechan menepuk pipi kiri Mark "Hyung,  Mark hyung"

"euunng" gumam Mark.

"ayo bangun,  makan lalu minum obatmu, badan hyung sangat panas"

"hyuck" gumam Mark pelan.

"ayo duduk dulu"

Haechan membantu Mark untuk duduk, tak lupa meletakan bantal di belakang kepala Mark.
Haechan meraih mangkok bubur di meja "ayo makan lalu minum obat"

Mark menurut,  "hyung bisa makan sendiri? "

"aku bisa"

Haechan merasakan hawa di kamar Mark yg lumayan panas,  ternyata AC di kamar Mark tidak menyala.

"hyung kedinginan? " tanya Haechan.

Mark mengangguk.
Haechan diam sebentar, menatap Mark memakan buburnya dengan pelan.

"hyung tidak ingin menyalakan AC nya? "

"dingin" cicit Mark di sela kunyahannya.

Haechan mengangguk.  Haechan mencari kaos kaki di lemari Mark,  setelah itu ia pakaikan di kaki Mark. 
Mark tidak bisa menghabiskan buburnya, Haechan mengambil alih mangkok dari tangan Mark lalu di letakan di meja.  Setelah itu Haechan mengambil beberapa butir obat untuk Mark minum. 
Setelah selesai Haechan membantu Mark untuk berbaring.

"aku  mengambil kompresan dulu" pamit Haechan sembari membawa nampan keluar.
Haechan kembali membawa mangkok sedang dengan kain kecil di tangannya,  mencelupkan kain tadi ke air lalu di peras, setelah itu di letakan di kening Mark.
Mark memejamkan mata saat Haechan meraih satu tangannya lalu memijatnya dengan pelan.

"panas hyung pasti akan turun sebentar lagi,  aku nyalakan AC ya, boleh? " tanya Haechan.

Mark hanya mengangguk.
Setelah menyalakan AC Haechan kembali memijat tangan Mark.

"hyung kalau lapar bilang ya,  buburnya masih ada,  tinggal di panasi saja"

Tau kah Haechan kalau Mark sedang matia matian menahan airmatanya saat ini.  Hati Mark terenyuh melihat perhatian Haechan sekarang.  Mark susah menjabarkan keadaan hatinya saat ini,  sakit,  sedih, menyesal. 

Mark segera memejamkan mata saat merasakan pergerakan Haechan,  ternyata Haechan pergi ke disisi kanan untuk memijat tangan kanan Mark.

"hyung sudah tidur? " tanya Haechan.

Mark tidak menjawab meskipun dia mendengar,  Mark hanya takut,  kalau dia membuka mulut maka tangisnya akan pecah.  Haechan tidak menyadari itu. 

Cukup lama Haechan memijat tangan Mark,  ia kembali mengganti kompresan di kening Mark.

"besok promosi terakhir kita,  setelah itu hyung harus istirahat,  hyung payah dalam urusan menjaga kesehatan" omel Haechan panjang lebar.  Dia tidak perduli kalaupun Mark tidak mendengarkannya.  Haechan,  meskipun dia bilang akan bersikap sewajarnya tapi dia masih sangat perduli pada Mark.

"hoooaammss"

Mark membuka matanya tanpa Haechan tau,  menatap Haechan dalam diam saat Haechan berjalan kearah sofa di kamarnya lalu merebahkan dirinya di sana.  Tatapan Mark menjadi sendu,  "mianhe hyuck~a, aku sering menyakitimu" batin Mark.  Saat itu juga airmatanya tidak bisa di cegah lagi. Haechan masih sama,  tidak berubah sedikitpun di saat dia sakit.


TBC

IT'S BETTER LIKE THIS (seguel Maknae Lee Haechan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang