13 - Studi Tour? √

1.2K 102 53
                                    

Nico dan Klara menghampiri Qila yang tidak memperdulikan mereka dan panggilan dari Nico.

"Ca, kok telat?" tanya Nico pelan dengan suara lembut.

"Segala tanya lagi," batin Qila kesal dengan wajah yang kesal.

Nico yang diabaikan Qila pun terlihat menghela napas pelan. Memang apa salahnya?

"Eh kamu yang kemarin di kantin ya. Sekali lagi aku minta maaf ya, dan kenapa kamu bisa telat, kan hari ini hari ketiga kamu sekolah. Kok bisa telat?" tanya Klara beruntun dengan suara lembut yang membuat Qila tambah sebal.

"Kenapa suaranya menjadi seperti itu ya. Qila rasanya ingin muntah jika mendengar dia berbicara, kenapa ya?" pikir Qila yang merasa terganggu dengan suara Klara.

Memang suaranya terkesan lembut, tapi kenapa menurutnya seperti tikus kejepit?

Mereka yang berada di sana menatap Qila penasaran. Tetapi Qila seperti tidak memperdulikan keduanya, dia hanya fokus ke depan dengan tangan hormat kepada bendera walaupun belum dikasih hukuman.

Nico menahan untuk tidak emosi, dia begitu jengkel dengan Qila yang hanya diam saja. Memangnya apa salah dia sampai Qila mengabaikannya. Benar yah, laki-laki itu terkadang selalu tidak sadar diri.

"Qila." Nico berucap dengan tegas.

Qila yang merasa kesal pun langsung memberi alasan kenapa dia bisa telat dengan cepat.

"Qila bangun kesiangan. Nunggu taksi lama, apalagi jalanan macet. Sampai sekolah gerbang sudah ditutup, mau pulang lagi ingat otak." Qila mengatakan itu dengan sekali tarikan napas juga tanpa melihat lawan bicara.

Nico mengatupkan bibirnya setelah mendengar alasan Qila. Dia baru ingat jika kemarin ada janji dengan Qila untuk menjemput gadis itu setelah meminjam mobilnya. Kenapa dia bisa lupa hal sepenting itu. Dia benar-benar ceroboh yang terus mengumpat dalam hati.

Klara, dia langsung menulis alasan mengapa Qila bisa terlambat masuk sekolah karena itu sudah menjadi tugasnya.

"Ca, sorry," ujar Nico lembut dengan rasa bersalah. Dia ingin saja memegang tangan Qila untuk meminta maaf, tapi dia tahan karena tidak mau memperburuk keadaan.

"Sorry,"

"Sorry,"

"Sorry," ujar Nico lagi dan lagi. Dia tidak membiarkan Qila untuk berbicara.

Mereka yang mendengar Nico berbicara lembut membulatkan matanya terkejut tak terkecuali Klara yang mendengar dengan jelasnya.

"Ca, gue bisa jelas-," Ucapan Nico terpotong kala seseorang menyerukan mereka berdua untuk menghampirinya.

"Nico, Klara, cepat kesini. Ikut bapak!" Seruan yang berasal dari guru laki-laki.

Nico berdecak sebal akan hal itu. Bagaimana ini, dia harus secepatnya membujuk Qila agar tidak marah kepadanya. Baiklah, untuk saat ini dia akan mengalah terlebih dahulu.

"Hukumannya satu jam hormat bendera. Langsung masuk kelas," kata Nico dengan menghembuskan napas gusar.

Dia pergi dan diikuti Klara yang mengekor.

Qila mengerucutkan bibirnya kesal dengan hukumannya yang terasa berat untuk dia yang baru kali ini mendapatkan hukuman.

Para siswa yang melihat respon Qila hanya bisa geleng-geleng kepala, mereka heran sekaligus gemas dengan tingkah Qila.

"Satu jam itu lama, kenapa tidak satu menit saja?" batin Qila kesal.

"Satu jam itu masih normal kak. Lihat itu mereka di hukumnya sampai tiga jam, gimana coba?" timpal Lucy sambil menujuk kelima siswa itu.

NADQIL? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang