"Ish bang Ando sakit, udah deh. Bang Andi, bang Al lihat nih bang Ando nya nakal." teriak gadis kecil yang berusia lima tahun. Anak itu hampir menangis karena pipinya selalu dicubit oleh abangnya sendiri.
"Iyaaa, maaf ya Caca," ujar anak laki-laki itu yang merupakan kakak si gadis dengan sedikit terkekeh melihat pipi sang adik memerah akibat ulahnya.
"Kenapa Caca suka panggil abang, bang Ando, bang Andi sama bang Al. Padahal kan itu bukan nama kita?" tanyanya penasaran akan hal itu.
"Itu kan nama kesayangan Caca untuk kalian. Kalian juga sama, padahal Caca punya nama sendiri," jawab gadis kecil itu sambil bersedekap dengan menatap garang kakaknya.
"Kenapa juga si abang ini suka cubit pipi Caca terus?" lanjutnya yang merasa heran dengan kelakuan kakaknya yang suka cubit-cubit pipinya sembarangan.
Anak laki-laki yang selalu dipanggil Ando itu terkekeh kecil mendengarnya, "Soalnya pipi Caca itu gemoy, gemesin. Makanya abang pengen cubit terus," jawabnya sambil mengelus lembut surai adiknya.
Gadis kecil yang dipanggil Caca itu hanya mengangguk sebagai jawaban, "Mana si bang Ando sama bang Al lama banget," ujarnya sebal.
"Itu mereka," Ando menunjukan dua orang anak laki-laki yang sepantaran dengan dirinya berjalan menuju tempat mereka sambil membawa keresek hitam.
Caca menatap mereka berdua dengan binar bahagia dengan senyuman manis yang menghiasi wajah polosnya.
"Maaf ya, bang Aldi sama bang Nico lama. Antri soalnya," ujar anak laki-laki yang membawa keresek.
"Abang!" kata Caca kesal, "iya-iya," jawabnya yang paham kenapa adiknya berkata seperti itu.
"Ini ice cream nya. Punya Caca strawberry, punya Ando coklat, punya abang sama bang Al vanilla," lanjutnya sambil memberikan cup ice cream.
"Terimakasih abang!" Caca memekik senang.
"Makasih bang,"
"Sama-sama adiknya abang," balasnya dengan senyuman.
"Pipi Caca kenapa?" tanya anak laki-laki yang tidak banyak berekspresi itu karena melihat pipi Caca yang memerah.
Dia mengusap lembut pipi yang seperti bakpao itu. Caca tersentak kaget dengan usapan itu, tapi tak ayal dia juga menikmati.
"Iya nih tadi bang Ando cubit pipi Caca terus," jawabnya mengadu.
"Do," kata laki-laki itu dengan suara yang seperti mengancam.
"Iyaa, maaf deh, gak lagi-lagi," tutur Ando yang merasa takut dengan anak itu.
"Sudah, makan lagi ice cream nya." Andi melerai.
Mereka melanjutkan memakan ice cream dengan candaan dan tawa yang terdengar. Taman yang indah ini menjadi tempat ternyaman untuk mereka berempat. Mereka bisa bersantai dan bersama untuk menikmati waktu masa kecil mereka.
"Kita akan bersama-sama terus kan?" tanya Caca tiba-tiba dengan polos.
Gadis itu sempat berpikir apakah mereka akan terus bersama-sama sampai dewasa nanti. Bagaimana nanti jika mereka terpisah, tidak saling kenal dan melupakan. Entah kenapa firasat Caca mengatakan jika mereka akan berpisah untuk waktu yang lama.
"Caca, Caca gak boleh ngomong kayak gitu. Kita pasti selalu bersama, iya kan bang?" kata Ando pelan.
"Iya Caca, bang Andi, bang Ando sama bang Al akan selalu bersama sampai dewasa nanti," imbuh Andi meyakinkan Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADQIL?
Fantastik[JUDUL AWAL : aqila si figuran] Nadira Syakira seorang gadis dari Bandung yang memiliki sifat ceria, pemalas, bar-bar, ceroboh, pelupa, dan baik hati. Sifat dan sikapnya bisa berubah, sesuai keadaannya. Ketika dia berniat untuk mandi, dia tidak sen...