7 - Benaran Tiada Ya? √

2.2K 177 38
                                    

Hari ini Nico berniat akan menemui Qila, untuk memberikan seragam sekolahnya. Bisa saja Nico menyuruh kurir yang biasanya mengirim barang untuk menghantarkan pakaian ini, tetapi dia tidak akan membuang kesempatan ini untuk bertemu dengan Qila.

Seorang gadis yang membuat malamnya tidak tenang, dan selalu terbayangkan wajah polosnya yang menggemaskan. Nico menaiki motor sport nya yang berwarna hitam elegan, mengendarainya dengan kecepatan sedang sambil menikmati udara segar di pagi hari.

Sesampainya di gedung apartemen, Nico menaruh motornya di samping gedung. Dia merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan, dan melihat pantulan wajahnya dari kaca spion. Entah sejak kapan Nico menjadi narsis seperti ini.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Nico berbalik dan matanya langsung menangkap sosok seorang gadis yang postur tubuhnya sudah dia ingat. Dia Qila, Nico menggeram pelan kala melihat Qila sedang bercanda ria dengan sejumlah pemuda di sana.

Dengan langkah besar Nico berjalan ke sebrang jalan, menuju pedagang bubur ayam yang Qila tempati. Nafasnya memburu dan tangannya terkepal erat. Entah kenapa dia begitu marah ketika melihat Qila dengan pemuda lain.

Setelah sampai tepat di belakang Qila, Nico dapat merasakan jika mereka semua belum menyadari kedatangannya.

"Qila," tegur Nico dengan suaranya yang dingin.

Mereka pun menoleh mendengar siapa yang menegur Qila, dengan Qila yang mengerutkan dahinya karena merasa tidak asing dengan suara itu.

Benar saja, setelah mereka menoleh ke arah belakang mereka dapat melihat sosok yang memiliki tubuh atletis dengan tatapan tajam yang seperti ingin membakar mereka hidup-hidup.

"kak Al," gumam Qila tercekat. Dia menatap Nico yang menatapnya dingin juga datar.

Tatapannya sangat menakutkan di mata Qila, Nico seperti elang yang ingin menerkam mangsanya.

"Kak Al kenapa ada di sini?" tanya Qila dengan tampang polosnya.

Tidak ada jawaban, Nico hanya menatap Qila sekilas lalu menatap tajam Erfan dan kawan-kawan, yang di tatap tak kalah menatapnya dengan tajam.

"Sedang apa di sini?" tanya Nico tanpa mengalihkan pandangannya dari Erfan dan kawan-kawan nya.

"Sarapan pagi kak," balas Qila jujur dengan suaranya yang terkesan lembut di pendengarannya.

Nico menatap lekat ke arah Qila, yang di tatap hanya menampilkan wajah polosnya.

Helaan nafas Nico terdengar, dia langsung menggenggam tangan kecil Qila dengan lembut dan menariknya dari tempat itu guna mengikutinya.

"Eh eh, Qila mau di bawa kemana kak Al?" seru Qila dan refleks Nico menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Qila dan melanjutkan langkahnya tanpa niatan menjawab pertanyaan Qila.

Nico menarik Qila pelan, dan anehnya para pengendara berhenti untuk memberikan Nico jalan.

"Pelan-pelan kak Al jalannya," ujar Qila sebal. Kakinya sangat sulit untuk menyamai langkah kaki Nico yang besar.

Sebelum jalan terlalu jauh Qila menoleh ke belakang dan berteriak, "Kak key tolong bayarin bubur ayam Qila ya, makasih!"

Erfan dan kawan-kawan pun refleks mengangguk setelah mendengar teriakan dari Qila. Mereka juga baru menyadari jika Qila sudah pergi di tarik secara paksa oleh seorang Nico. Siapa si yang tidak kenal Nico, seorang ketua geng yang terkenal di ibukota Jakarta dan katanya anti perempuan. Tetapi mereka melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa Nico menarik tangan Qila.

Itu artinya saling bersentuhan bukan?

Setelah melihat mereka mengangguk, Qila bernafas lega. Untung saja mereka mau membayar, jadi dia tidak mempunyai hutang kepada pedagang itu. Sebaliknya, dia harus membayar itu kepada mereka nanti.

NADQIL? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang