"Hey Om, kenapa tidur di jalanan? Menghalangi jalan aja, memangnya ini jalan punya nenek moyangnya Om apa. Seenaknya aja, kalau gak punya rumah minimal jangan tidur disini. Di kolong jembatan kek," kata Ira yang seperti orang dewasa sedang mengomel.
Orang yang dipanggil om itu mencoba membuka matanya perlahan, guna melihat siapa yang mengomelinya tidak jelas seperti itu. Apakah dia tidak punya mata, jelas-jelas dirinya sedang terluka. Dan apakah katanya, Om? Dia terlihat tua yah, sampai di panggil Om.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat sosok gadis pendek, cantik, gemes, mata melotot lucu, dan jangan lupakan Hoodie hitam kebesarannya dan bando kelinci yang menambah kesan imut. Ira berjongkok sambil menatap pemuda itu. Ada perasaan aneh yang menjalar di dalam hatinya, ketika menatap manik mata cewek tersebut.
"Hey Om! Malah bengong." Suara yang keluar dari mulut Ira membuat pemuda itu terhenyak sebentar. Ekspresi yang di tunjukkan Ira sekarang, membuat pemuda itu menggigit bawah bibirnya.
Entah kenapa, tiba-tiba saja perasaannya menjadi senang setelah melihat manik Ira yang menenangkan.
Ira berdecak sebal karena tidak ada jawaban dari sang pemuda, "Mau Ira bantuin bangun gak Om?" Ira dengan senang hati akan menolong pemuda itu. Dengan tangan yang menjulur ke arah pemuda itu dengan menampilkan raut wajahnya yang terkesan polos.
Sang pemuda masih tetap diam, dia terlelap dalam pikirannya sendiri. Hingga tidak menyadari jika ira sedang bertanya kepadanya.
"Gak dijawab, ya udah gak jadi nolongin nya juga!" ujar Ira dengan nada sedikit marah, dia bangkit dari tempat nya karena terlalu pegal dengan posisi jongkok seperti itu.
Berniat meninggalkan pemuda tersebut, Ira pun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju mobilnya.
"Tunggu!" Baru beberapa langkah Ira pergi, terdengar suara dari sang pemuda itu. Dan juga dia sudah mengganti posisinya dengan duduk di jalan.
Suaranya membuat Ira merinding, "Memang benar kan, dia itu om-om, dari suaranya aja udah ketebak," Ira membatin sambil menggigit bawah bibirnya.
"Jangan digigit, nanti sakit," ujar pemuda itu lagi yang terkekeh geli melihat tingkah Ira yang lucu menurut nya.
Ira berpikir heran, kenapa pemuda yang dia sangka om-om itu mengetahuinya jika Ira sedang menggigit bibir bawahnya.
Ira pun berbalik, melangkah mendekati pemuda yang masih terkekeh geli melihat tingkah nya. Ira berjongkok lagi untuk menyamai tubuh sang pemuda itu.
"Om kenapa?" tanya Ira sambil menatap wajah pemuda itu dengan serius. Ira menatap wajah itu lama, tipe-tipe orang yang mempunyai wajah triplek.
"Gue bukan om-om," jawab nya dingin dan datar tapi masih ada kelembutan di dalam ucapannya.
"Terus siapa? Kakek-kakek," balas Ira dengan tampang polosnya.
Pemuda itu tidak berniat menjawab pertanyaan itu, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Ira memberengut kesal, "Gak mau di tolongin, ya udah kalo gitu Ira pergi lagi," Berniat pergi meninggalkan nya lagi, tangan Ira langsung di cekal oleh pemuda tersebut.
"Kenapa?" tanya pemuda itu. Ira tidak mengerti maksudnya apa, dia menganga konyol karena bingung.
Lagi-lagi pemuda itu terkekeh pelan, melihat Ira yang sedang kebingungan dengan pertanyaan nya tersebut.
"Kenapa pergi? Katanya mau tolongin," tambah pemuda itu dengan nada lembut.
Dia juga tidak tahu kenapa nada bicaranya menjadi seperti ini, kenapa dia merasa bahwa gadis di depannya ini berbeda dengan yang lainnya. Gadis spesial yang membuatnya bisa mengekspresikan diri sesuka hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADQIL?
Fantasi[JUDUL AWAL : aqila si figuran] Nadira Syakira seorang gadis dari Bandung yang memiliki sifat ceria, pemalas, bar-bar, ceroboh, pelupa, dan baik hati. Sifat dan sikapnya bisa berubah, sesuai keadaannya. Ketika dia berniat untuk mandi, dia tidak sen...