Hancur lebih mudah dari bertahan.

257 38 0
                                    

Kenyataannya, semesta tak selalu berpihak pada mereka.

Satu hari setelah kejadian itu, orang tua Langit dan Jingga di panggil ke sekolah. Orang tua mereka saling berhadapan di ruang BK bersama beberapa guru dan kepala sekolah.

Tentu saja mereka tak akan pernah menerima fakta bahwa sang anak memiliki hubungan dengan sesamanya. Mereka saling mencaci maki, dan saling menghakimi.

Sementara Langit dan Jingga hanya bisa terdiam, pasrah.
Namun bukan berarti keduanya langsung menyerah.

Sepulang sekolah, diam diam keduanya bertemu di taman ujung kota yang selalu sepi pengunjung. Hal yang bagus, karena mereka bisa melakukan apapun sesuka mereka tanpa harus di caci maki orang di depan mata.

Saat itu, Langit maupun Jingga sama sama gundah. Tak ada percakapan diantara keduanya semenjak sama sama duduk di bangku taman. Hanya helaan nafas berat dari Langit yang sesekali terdengar.

Hingga pada akhirnya Langit memeluk Jingga dengan erat. Biasanya pelukan mereka selalu terasa hangat dan menenangkan. Namun yang kali ini berbeda, dan mereka sadar akan hal itu. Langit menyandarkan dagunya pada pundak Jingga, tangannya ia gunakan untuk mengusap lembut ujung kepala Jingga, dan Jingga tak akan bisa menolak semua perlakuan Langit.

"Jingga, gue sayang lo. Sayang banget."

"Gue juga, Langit. Gue juga."

Jingga melepas pelukan keduanya, mata indahnya menatap Langit dengan lekat. Dan Langit selalu paham arti dari tatapan itu.

Perlahan tangan Langit naik, menyentuh pipi gembul favoritenya dan mengusapnya dengan perlahan. "Bertahan, kan?"

Ucapan Langit terdengar cukup membingungkan bagi Jingga, namun ia tetap mengangguk untuk menjawabnya.

"Kita harus sembunyi dari dunia?"

Langit tak bisa menjawab, hatinya sakit, sakit sekali saat kenyataan itu harus ia dengar langsung dari Jingga. Ia kembali mengusap pipi Jingga, perlahan tubuhnya maju untuk mencium kening Jingga.

Jingga memejamkan matanya, merasakan betapa tulusnya rasa yang tersalurkan dari ciuman Langit pada keningnya.

"Gue sayang lo, Jingga."

Hari itu ditutup dengan keduanya yang berusaha untuk bangkit kembali, meskipun rasa ragu dan takut masih terus menghantui pikiran.

Akankah kedepannya mereka masih bisa bertahan?

TBC.





Double update hehe
Jangan lupa vote & commentnyaa<3
Terimakasih yang sudah membaca( ◜‿◝ )♡
Baibaiiii!

Langit dan Sinar Jingganya [Hajeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang