"Langit! nanti jadi kerkom di rumah lo, kan?"
"Iya, dateng jam 3 aja, gue masih ada rapat osis nanti."
"Oke, bye!"
Namanya Langit, siswa SMA yang saat ini menduduki bangku kelas 12, saat saat sibuk untuk belajar dan ujian masuk ke universitas yang di impikan.
Begitupun Langit, pemuda jangkung dengan hidung mancungnya itu termasuk kedalam golongan siswa yang cukup ambisius dalam mendapatkan nilai tinggi. Seperti hari ini, ia telah merencanakan untuk belajar dan mengerjakan tugas bersama di rumahnya bersama beberapa teman akrabnya.
Tak disangka rapat selesai lebih cepat dari biasanya. Ia bergegas untuk pulang dan mengistirahatkan tubuhnya sejenak sebelum kembali berhadapan dengan buku buku tebal yang membuat kepalanya pening.
"Mau kemana lagi sih? les? ambis banget lo anjir." sayup sayup Langit mendengar gerutuan seseorang didekatnya.
"Udah kelas 12 kita, Jing."
"Terus?"
Bukannya segera pergi membawa motornya keluar dari parkiran sekolah, Langit justru masih serius mendengarkan percakapan dua orang di dekatnya. Rasanya ia tak asing mendengar suara dari salah satunya, namun ia tak berani menengok ke arah belakang, takut ketahuan menguping.
"Lo masih gamau serius? ga takut nyokap lo ngamuk lagi?"
Oke. Sepertinya sudah cukup untuk kegiatan menguping hari ini, Langit tak mau lagi mendengar keributan keduanya lebih jauh. Ia cepat cepat memasukkan handphone nya kedalam tas dan hendak menggunakan helm fullface nya sebelum tiba tiba seseorang memanggil namanya.
"Loh Langit?" Langit berjengit terkejut, ia menengok kearah belakang, tepat dari sumber keributan tadi. Ternyata salah satunya adalah temannya. Pantas saja tak asing.
"Eh Marv? kok belom balik?" Tanya nya seramah mungkin, agar keduanya tak curiga dengan keberadaan langit disana sedari tadi.
"Ini mau balik kok, lagi ada urusan aja sama ni bocah." Ujarnya sembari menunjuk pemuda disebelahnya menggunakan bahu.
Sejenak Langit tertegun, tubuhnya mematung, ketika tatapan keduanya tak sengaja bertemu.
Tatapan tajam bak serigala itu, ah kenapa tiba tiba jantungnya bergedup kencang?
Tidak, ini pasti karena ia merasa ketahuan oleh keduanya, iya, pasti karena itu.
"Langit? oi Langit!"
"Hah? oh iya jadi kok."
Jawaban langit membuat keduanya bingung. Terlebih lagi ketika Langit tiba tiba menghampiri mereka dan berdiri tepat didepan si pemilik tatapan serigala.
"Jadi pacar gue, mau?" Sontak saja keduanya terkejut dengan ucapan langit yang tiba tiba itu.
"Sinting." jawabnya ketus. Rautnya seketika berubah, ketara sekali jika ia sedang menahan amarah. Tanpa kata, ia meninggalkan Langit dan temannya begitu saja.
"Lo kenapa sih? tiba tiba banget-"
"Siapa namanya? Langit memotong ucapan temannya tanpa melepaskan atensinya pada si tatapan serigala yang kini telah melajukan motor cbr nya keluar dari pekarangan sekolah.
"Jawab dulu pertanyaan gue, Langit. Temen gue lagi emosi jadi tambah emosi itu."
Tetap kekeuh dengan pendiriannya, langit bertanya sekali lagi "Namanya siapa, Marv?"
Yang dipanggil Marv menghela nafasnya sejenak. Menatap langit dengan serius sebelum akhirnya menjawab pertanyaan langit.
"Jingga, namanya Jingga."
Baiklah Jingga, terimakasih karena kini langit percaya bahwa kata 'jatuh cinta pada pandangan pertama' memang benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Sinar Jingganya [Hajeongwoo]
Fiksi Remaja𝑾𝒉𝒆𝒏 𝑳𝒂𝒏𝒈𝒊𝒕 𝒇𝒂𝒍𝒍 𝒇𝒊𝒓𝒔𝒕 𝒃𝒖𝒕 𝑱𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒇𝒆𝒍𝒍 𝒉𝒂𝒓𝒅𝒆𝒓 Hajeongwoo area [Bxb, lokal, harsh word, angst] Start: 06-07-2022 End: 30-07-2022