4th Day,
Jungkook hanya mengawasi Taehyung yang duduk dengan Seokjin di kantin dan tampak seakrab saat mereka di Mall. Sepertinya Seokjin berbohong kalau dirinya tidak dekat dengan Taehyung. Jungkook tidak mengerti kenapa Seokjin harus berbohong dengannya soal Taehyung.
Jungkook.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan tentang Seokjin?
Jungkook hanya penasaran dengan anak itu dan mimpi yang menerornya selama liburan. Apakah mereka saling terhubung atau tidak?
Tapi jujur saja, sejak Jungkook bertemu dengan Seokjin di Mall, mimpi itu tidak pernah datang lagi.
Jungkook bisa tidur dengan lelap tanpa mimpi buruk yang membuatnya frustasi berhari-hari. Jadi, alasan Jungkook mendekati Seokjin adalah karena dia ingin memastikan sesuatu saja. Toh dia jadi tidak mimpi buruk lagi.
Hanya saja penghalangnya adalah Taehyung.
Kenapa di saat dirinya memiliki tujuan, Taehyung juga melakukan hal yang sama?
Jungkook paham cara berfikir anak itu. Dulupun begitu, ambisi mereka sama. Mengincar jabatan menjadi ketua osis.
Dulu Jungkook mundur jauh sebelum pemilihan ketua Osis karena ibunya sakit dan fokusnya terpecah. Jungkook akhirnya menyerah dan hanya menjabat sebagai seksi humas dan melepaskan keinginan itu begitu saja.
Dan Kim Seokjin,
Anak itu tampak berbeda. Dia lebih bersinar dengan mata berkilauan yang susah di abaikan saat ini. Sangat berbeda dengan Seokjin dulu, sebelum mimpi itu menghantui Jungkook. Atau mungkin Jungkook tidak pernah memperhatikannya selama ini.
Apa anak seperti dia bisa melakukan percobaan bunuh diri? Jungkook jadi sangat penasaran.
Apa hanya karena di tuduh mencuri dia sampai meninggal? Pertanyaan itu terus saja menghantuinya.
Jungkook rasanya ingin menenggelamkan dirinya jika dia mengingat alur mimpinya itu. Jungkook merasa buntu dan begitu ketakutan.
Andai mimpi itu menjadi kenyataan, apa yang dia lakukan selanjutnya?
Apa dia bisa memaafkan dirinya sendiri? Sementara penyebab utama Seokjin meninggal adalah karena dirinya.
Jungkook masih belum menemukan jawabannya dari semua pertanyaan itu.
"Ketua," sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
Seluruh anak sudah keluar kelas, namun Jungkook masih duduk di mejanya bergelut dengan pikirannya sendiri.
Mata rusa Jungkook menangkap sosok yang memanggilkan dirinya dengan suara yang tak asing.
"Semua sudah pulang, apa ketua masih ingin di sini?" tanya anak itu lagi,
Itu Seokjin yang memanggil dan bertanya pada Jungkook.
"Ah, Seokjin aku," Jungkook ternyata baru menyadari siapa yang mengajaknya berbicara. Dia banyak melamun sampai mengabaikan sekelilingnya.
"Kenapa kau belum pulang?" tanya Jungkook balik, masih sedikit linglung,
"Aku sedang piket dari tadi, tapi ketua masih tidak bergerak, aku mau menyapu bagian bawah mejamu," kata Seokjin, dia sedikit kesal karena sejak tadi dia memanggil-manggil Jungkook tapi anak itu malah seperti masuk ke dunia lain dan tak mendengarkannya. Seokjin bahkan mengira Jungkook kemasukan arwah di kelasnya.
"Ah maaf," Jungkook segera bangun dari kursinya dan membiarkan Seokjin melanjutkan pekerjaannya.
"Kamu piket sendiri Seokjin?" Tanya Jungkook mengawasi Seokjin yang sedang menyapu lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days to Save You
JugendliteraturJungkook bermimpi satu teman kelasnya meninggal. Sejak itu kehidupan tenangnya berubah. Apakah mimpi buruknya akan menjadi kenyataan? Dan akankah dia bisa merubah takdir dan menyelamatkan masa SMAnya? Cover is taken from fanart Pinterest #1 taejink...