14. Shaman's Min

215 32 3
                                    

Taehyung seperti tersisihkan karena keberadaan Yoongi di rumah atap Seokjin. Dia sendiri hanya menyapa Yoongi seadanya. Moodnya jadi membias, tidak jelas. Hanya hampa saja.

Apalagi si bocah tak tahu diri, Si Kim Naif Seokjin, mengabaikannya karena masih marah. Jadi Taehyung menarik selimutnya lebih awal. Nanti, kalau dia menceramahi Seokjin untuk tidur lebih awal, Seokjin akan kembali ngomel. Lagian Taehyung ingin cepat-cepat pagi agak dia tidak harus melihat Yoongi di rumah ini.

Kehadiran Jungkook masih lebih baik ketimbang Yoongi, sungguh.

"Energi kehidupanmu semakin melemah Seokjin, kau sadari itu kan?" lagi-lagi, Yoongi mengatakan hal tidak masuk di akal kepada Seokjin.

Mereka duduk berdampingan di depan layar tv dan memainkan game. Seperti semalam. Seokjin sudah lupa, karena main game semalaman sudah membuat dirinya hampir pingsan.

"Aku sedang tidak ingin mendengar cerita horror, apa tidak bisa biacarakan hal lain? Aku sedang kesal tau," ujar Seokjin sebal.

Yoongi mengerling Taehyung yang anteng di atas tempat tidur.

"Bahkan kalian serumah, kau itu mau mati lebih cepat ya?" desis Yoongi, tidak mendengarkan protesan Seokjin sebelumnya.

"Kalaupun aku mati dalam waktu dekat ini, aku mati dengan bahagia. Aku tidak sendirian dan terlihat mengenaskan," saut Seokjin, bosan sekali dengan percakapan macam ini.

Hal yang sangat dia tidak sukai Seokjin tentang Yoongi adalah saat jiwa cenayangnya kumat.

Apa tidak bisa membahas hal yang lumrah seperti manusia lain? Batin Seokjin frustasi.

Yoongi menyenderkan tubuhnya ke sofa, dan mengotak atik stik gamenya sekenanya.

"Aku mulai merasakan hal aneh akhir-akhir, energi dari sisi Yangmu, dia semakin kuat. Apa kau menguncangkan hatinya sampai dia begitu aktif akhir-akhir ini?" tanya Yoongi.

Sumpah, Yoongi itu, tidak pernah mau mendengarkan Seokjin. Seokjin yakin, si Min pucat ini akan terus mengoceh sampai pagi soal ini. Lagian tujuan Yoongi ke rumah ini pasti satu hal ini.

"Yang itu tidak selalu buruk kan? Jika tujuan mereka baik, sepertinya itu akan menguntungkanku juga," saut Seokjin, sekenanya juga.

"Tapi jika berbeturan dengan tujuan Yinmu, kau bisa terluka,"

Seokjin mengeram, dia malas sekali berteori kali ini.

"Terluka lebih baik daripada kehilangan keduanya Yoon," katanya kemudian, setengah mengumpat karena permainannya kalah karena Yoongi tidak melanjutkan dan malah meletakan stik gamenya di bawah kakinya.

"Tapi jika mereka yang terluka apa yang kau akan lakukan?" tanya Yoongi, penasaran.

"Aku pastikan mereka tidak akan terluka," jawabnya, mulai berkonsentrasi kembali dengan gamenya.

"Menjaga dirimu sendiri saja tak bisa, sombong sekali Seokjin versi ini," gumam Yoongi,

"Lalu dari ketujuh versiku, mana yang kau suka?" tanya Seokjin.

Seokjin ingat, Yoongi pernah membahas ini saat dia mendapat satu penglihatan tentang bagaimana dulu Seokjin hidup atau kehidupan Seokjin sebelum ini. Mengelikan bukan?

"Tidak ada," ujar Yoongi, menolak menjawab pertanyaan Seokjin.

"Ha ha ha, kau sangat menyukai Kim Seokjin, aku tahu, kau sudah hidup tujuh kali untuk mengikuti takdirnya. Bukakah kakek Min Yoongi sudah paling tahu seisi dunia. Apa jaman Joseon versiku juga setampan ini?" Seokjin mengoda Yoongi yang sudah memajukan bibirnya.

100 Days to Save YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang