Empat tahun kemudian,
"Tae Tae...bangun!" Jinnie memukul wajah Taehyung.
"Tae taee.....!!! Ayo bangun," kembali tangan mungil itu memukul wajah tampan dan si pemilik rahang tegas itu.
Taehyung meringis menahan perih karena pukulan dari tangan kecil Jinnie tak pelak tetap menyisakan rasa tak nyaman di wajahnya. Dia baru saja tidur beberapa jam. Semalaman Jinnie rewel karena demam. Jadi Taehyung menjaganya sepanjang malam. Tapi dasar anak setan, anak itu bangun seperti biasanya dan mengajaknya bermain. Lupa kalau semalaman menangis terus karena merindukan eommanya.
"Nanti dulu, masih ngantuk loh ini hyungmu," gumam Taehyung tak jelas.
"Tae Tae, main," anak balita berumur tiga tahun lebih itu kembali memukul wajahnya tanpa ampun,
Jinnie ternyata tidak bisa di ajak bekerja sama kali ini. Dia terus merengek meminta antensi Taehyung.
"Jungkook!!! Sialan, kenapa dia tidak datang-datang sih," mulut Taehyung mendesis mengumpat. Tidak cukup keras, agar Jinnie tidak mendengarnya.
Taehyung sempurna membuka matanya lalu menunjukan senyum kotaknya. Kontras sekali dengan apa yang dia rasakan di hatinya, ingin kembali bergelung dengan nyaman di kasur empuknya tanpa gangguan siapapun. Sehari ini.
"Mau main apa adik hyung yang cantik dan ngga mirip sama sekali dengan oppa laknatmu itu," desis Taehyung,
Gadis itu tersenyum jenaka, menunjuk bel permainan untuk halli galli yang tergeletak di atas nakas. Selera anak ini memang unik ya.
"Itu kan mainan untuk orang dewasa sayang," kata Taehyung mengelus surai lebat Jinnie.
"Tae Tae, main itu, main," Jinnie masih membujuk Taehyung yang setengah matanya menempel pada pelupuk matanya. Nyatanya Taehyung masih sangat mengantuk, meski sudah dia paksa membuka matanya.
Taehyung menyerah. Dia mengendong Jinnie dan meletakannya di karpet hangat di lantai dan mulai bermain sekenanya. Toh Jinnie tidak akan mengerti permainan yang menguji kecepatan tangan itu. Hanya memukul-mukulnya dengan suara dentingan bel yang acak.
Taehyung menguap, setengah matanya tertutup.
Tak lama pintu terbuka dan Jungkook muncul dengan wajah lelahnya.
"Adikku bagaimana?" tanyanya mencari Jinnie yang sedang asik bermain sambil mengoceh sendiri.
"Bodoh!" Taehyung melempar bantal langsung ke wajah Jungkook.
Dia sudah menelfon Jungkook semalam untuk datang ke apartemennya ini, tapi Jungkook tidak mengangkat telfonnya sama sekali. Biasanya kalau malam Jungkook akan pergi ke klub atau pertemuan dengan teman-teman kampusnya.
"Koo, aku main," Jinnie dengan bersemangat menunjuk beberapa kartu dan bell permainannya bersama Taehyung.
"Panggil oppa sayang, ini oppamu, masa Koo, jelek sekali," Jungkook langsung duduk dan memangku Jinnie yang memeluk lehernya. Tak lupa menciumi pipi Jungkook dengan sayang.
"Oppamu jelek sekali memang, tidak mirip dengan hyungmu ini," saut Taehyung cemberut.
Dia sudah ingin tidur lagi dan bangun sampe sore. Seminggu ini dia lembur dan hari pertama liburannya malah harus menjaga anak balita sakit. Tidak apa-apa kalau dia sempat beristirahat sehari saja, tapi Jungkook menitipkan adiknya tepat dia pulang dari kantor semalam.
Orang tua Jungkook pergi ke Jepang beberapa hari lalu. Ibunya sempat drop dan melakukan pemeriksaan rutin. Resiko usia dan melahirkan Jinnie tiga tahun lalu berefek sampai sekarang. Jadi Jinnie sudah biasa dititipkan kepada kakak-kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days to Save You
Teen FictionJungkook bermimpi satu teman kelasnya meninggal. Sejak itu kehidupan tenangnya berubah. Apakah mimpi buruknya akan menjadi kenyataan? Dan akankah dia bisa merubah takdir dan menyelamatkan masa SMAnya? Cover is taken from fanart Pinterest #1 taejink...