20. Forgotten

206 25 10
                                    

Seseorang memperbaiki selimut Seokjin. Seokjin sudah boleh di kunjungi sejak seminggu di rawat dan di pindahkan ke dalam ruangan perawatan. Seokjin masih tertidur dengan damai. Entah kapan dirinya bangun. Tidak ada yang tahu, bahkan dokterpun tidak bisa menjanjikan apapun.

Padahal kondisi Seokjin membaik sejak malam dia di tangani di rumah sakit ini. Tapi Seokjin tak kunjung bangun, tak juga koma. Kondisi aneh ini cukup mengawatirkan para sahabatnya.

"Nenekku baru saja pergi dan kamu malah begini," Jaehwan menatap tubuh Seokjin yang semakin kurus di atas ranjang pesakitannya.

Jaehwan datang ke Seoul setelah mendengar berita Seokjin masuk rumah sakit. Pikirannya saat itu masih kacau. Jaehwan tidak mengerti kenapa anak sesehat Seokjin bisa terkena serangan jantung. Meski Seokjin itu mudah kelelahan, tapi tidak pernah sedikitpun Seokjin mengeluh sakit di bagian dadanya. Jaehwan tentu saja sangat mengetahui kesehatan Seokjin.

"Jin, ini sudah seminggu, apa kau tidak ingin bangun?" bisik Jaehwan, di telinga kanan Seokjin. Berharap Seokjin mendengarnya.

"Apa kau saat ini bertemu dengan nenek? Kalian kan selalu terlihat nyaman satu sama lainnya. Tapi Jin, kamu sudah berjanji akan jadi temanku selamanya. Tolong jangan lupakan itu," Jaehwan tidak bisa menahan air matanya.

Dia sudah tidak mau kehilangan siapapun lagi di dunia. Apalagi Seokjin yang sudah di kenalnya beberapa tahun ini. Kehilangan neneknya saja sudah seperti kehilangan duniannya.

Jaehwan mengenggam satu tangan Seokjin dan merapalkan beberapa doa untuk kesembuhan sahabatnya itu.

Ada rasa nyeri lain yang dia rasakan. Dia ingin sekali membawa Seokjin ke tempat dimana orang-orang itu tak perlu ada. Dia menyesal telah mendorong Seokjin untuk berada di sekitar mereka yang pada akhirnya akan melukai sahabatnya itu.

Jaehwan mendengar dari Mingyu dan Gikwang yang bergantian menunggu Seokjin, kalau dua teman Seokjin yang pernah begitu dekat dengannya tidak pernah menampakan dirinya setelah malam itu mereka mengantar Seokjin ke rumah sakit.

Mereka libur karena ujian kelas tiga dan memanfaatkan waktunya untuk belajar di rumah. Baru minggu depan mereka akan mulai masuk sekolah lagi dan mulai ujian kenaikan kelas.

Jaehwan tidak pernah tahu alasan kedua orang itu bersikap dingin kepada Seokjin karena apa, tapi hanya rasa sakit yang Jaehwan rasakan. Kalau Jungkook tidak datang mungkin dia bisa mengerti. Jungkook memang terlihat selalu menjauhi Seokjin dan bersikap sesukanya. Lalu kenapa Taehyung juga tidak datang untuk berkunjung?

Apa karena masalah mereka sebelumnya seperti yang kedua sahabatnya katakan, Jungkook dan Taehyung sempat bertengkar karena Seokjin?

Apa hanya karena itu?

Apa hanya seperti ini, arti Seokjin untuk mereka?

Jaehwan tidak mengerti. Kenapa orang-orang sekejam itu.

Bagaimana jika Seokjin menanyakan mereka saat bangun nanti?

Bagaimana dia bisa menjawabnya?

Jaehwan tidak bisa membayangkan wajah kecewa Seokjin karena tak seorangpun yang datang untuk menjenguk.

Lalu, terbayang kenangan mereka saat di rumah neneknya. Seokjin nampak bahagia saat mengenalkan kedua temannya itu pada neneknya saat masih hidup.

Jaehwan hanya tahu, Seokjin sangat menyayangi keduanya.

Lalu apa balasan mereka setelah Seokjin sedang berjuang untuk kembali hidup?

.

.

Sekolah sudah di mulai dan Seokjin masih juga tidak bangun. Jaehwan jadi bolak balik dari sekolah dan ke rumah sakit, bergantian dengan teman lainnya. Keluarga yang Jaehwan tahu datang menjenguk Seokjin adalah keluarga bibi Han. Pemilik rumah atap yang ditinggali Seokjin.

100 Days to Save YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang