Anak kecil itu memeluk kaki seorang anak laki-laki yang lima tahun lebih tua dari usianya.
"Jungkookie, hyungnim akan pergi berburu, anak baik jangan rewel ya," kata pria muda itu tersenyum geli melihat adiknya yang selalu menempel padanya kapapun dan di manapun, seraya mengusap kepala kecil adiknya itu.
"Kenapa aku tidak boleh ikut?" protes pemilik mata rusa dan gigi kelinci itu.
"Kamu masih kecil dik, tetap di rumah ya? Nanti kalau sudah cukup usiamu, hyungnim akan mengajakmu ke hutan,"
Si kecil tampak cemberut, matanya sudah berkaca-kaca, namun anak laki-laki yang sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri itu tidak luluh juga. Jungkook hanya menelan kekecewaannya sendiri.
.
.
"Jungkookie! Kau kemana saja?!" teriak Seokjin dan berlari tergoboh menyambut kepulangan adik sepupunya itu, Jungkook. Wajahnya terlihat kesal karena Jungkook selalu lupa waktu untuk pulang ke rumah kalau sudah seperti ini.
Jungkook memacu kudanya untuk mendekati sang pemanggil. Dia turun dari kudanya dengan membawa beberapa hasil buruannya. Menjatuhkannya tepat di depan Seokjin.
Seokjin mengeram.
"Aku tidak butuh ini, aku butuh kamu di rumah dan mengikuti ujian kelulusanmu," Seokjin mengembungkan pipinya dan bersidekap di atas hanboknya yang membalut tubuhnya.
"Cerewet sekali," Jungkook bergumam, melemparkan panah berburunya ke seorang pelayannya yang menemani pemburuannya. Menangkapnya dengan sigab.
"Kalau aku diam, kamu yang akan kehilangan aku Jungkookie," omel Seokjin, berjalan di belakangnya.
Jungkook berjalan masuk ke dalam salah satu ruangan besar di Seongyojang sebagai tempat tinggalnya.
"Aku akan mandi, jangan mengikutiku hyungnim,"
.
.
"Adik kecilku semakin susah di atur, Jungkook itu-"
"Maaf tuan muda, bukankah adik anda sudah tidak kecil lagi, pangeran sudah dewasa, tubuhnya saja lebih besar dari anda," Taehyung sebagai pengawal Seokjin terkekeh.
Mereka dalam perjalanan kembali dari istana.
"Tubuhnya saja yang besar Taehyung, dia masih saja bocah di mataku,"
Taehyung hanya tersenyum mendengar penuturan tuan mudanya itu.
.
.
"Jungkook," Seokjin terisak,
Wajahnya coreng moreng penuh noda hitam karena kebakaran. Rumah peninggalan keluarga Seokjin di serang musuh dan terbakar tanpa sisa. Termasuk seluruh bagian keluarga dan hartanya di rumah itu.
Hanya Seokjin yang selamat dari kebakaran itu.
"Sudah bilang, jangan suka memungut para budak, tidak semua orang itu baik. Bisa saja itu salah satu dari mereka yang adalah musuh kita atau bisa saja mereka menghianatimu hyungnim," Kesal Jungkook.
Seokjin adalah pria yang baik. Hanya saja, dia terlalu baik untuk dunia yang begitu kejam.
Pria ini tampan, tapi juga lugu. Lebih tepatnya bodoh. Itu yang Jungkook pikir.
Jungkook selalu mendapat kesulitan dengan Seokjin yang diam-diam suka membantu orang lain, tanpa menyadari bahaya besar mengintainya. Bahkan sekarang Seokjin kehilangan segalanya karena penghianatan salah satu budak yang di tolongnya dari jalanan atau korban perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days to Save You
Roman pour AdolescentsJungkook bermimpi satu teman kelasnya meninggal. Sejak itu kehidupan tenangnya berubah. Apakah mimpi buruknya akan menjadi kenyataan? Dan akankah dia bisa merubah takdir dan menyelamatkan masa SMAnya? Cover is taken from fanart Pinterest #1 taejink...