Liburan musim panasku berbeda sejak aku bertemu sosoknya. Dirinya dan segala keindahan yang tak mampu aku jabarkan justru membuatnya tak ingin menjalani sisa hidupnya dengan jalan seperti itu.
"Kalau dunia bisa diubah, dan kau diberi satu permohonan...
Pagi-pagi sekali Mom menghubungiku untuk segera kembali ke London. Tentu saja aku menolak, masih terlalu nyaman berada di pondok nenek Gill bersama Jeff.
"Mom, I told you before, I'll spend about three weeks, right? And suddenly you want me go back to London, what's going on?" protesku melalui layar ponsel, kami sedang melakukan panggilan video.
"Ayolah sayang, bagaimana aku bisa membiarkan Ayahmu sendirian di rumah. Dia bisa saja menghancurkan rumah kita. Kau ingat dengan penghangat ruangan yang terbakar? Beruntung pemadam kebakaran tiba sebelum semua hangus dan menghitam."
Mom benar, Dad hampir membakar seisi rumah kami karena lupa mematikan penghangat ruangan.
"Kenapa tidak ajak Dad bersamamu, Mom?" aku masih berusaha untuk mempertahankan diriku tetap tinggal.
"I can't, Sweetie. Mom akan pergi dua hari. Jika John bisa bertahan dengan segerombolan ibu-ibu, maka aku akan dengan senang hati membawanya ke acara amal di Birmingham. Bisakah kau pulang lebih cepat?"
Rumah kami dalam bahaya jika aku benar-benar membiarkan Dad seorang diri. Aku tahu, Dad adalah orang modern. Tapi dia juga seorang pelupa paling parah jika dibanding Mom.
"Apakah itu Ibumu?" Jeff berceletuk dan tiba-tiba memunculkan dirinya di dalam layar ponsel. Membuatku terkejut dan menutup ponselku dengan bantal, Mom tidak melihat Jeff, bukan?
"Girl, siapa yang berada di sebelahmu itu? Dia kah alasan kau terus saja menolak pulang? Katakan pada ibu, Nak. I'm waiting, and this old lady hate to wait too long. So please, prepare your words and better explain now, Lil."
Aku melirik tajam pada Jeff, memberinya ultimatum melalui tatapan mata.
"My bad, kukira hanya panggilan suara. Aku tidak tahu kalian sedang melakukan panggilan bergambar. Haruskah aku menyapa Ibumu?"
Pasrah, ku berikan ponselku pada Jeff.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hi, Mrs. John," sapa Jeff pada Mom. Ku lirik layar ponselku penuh dengan muka Jeff. Tak mampu menahan, akhirnya aku terbahak-bahak.
"Jangan terlalu dekat Jeff, kau bisa memundurkan wajahmu sedikit," kataku memberi arahan, menarik mundur wajahnya.
"Oh my Gosh, siapakah pria semanis cupcake ini, Lil. Kau menyembunyikan harta karun di rumah nenek Gill rupanya."
Mom tertawa riang dengan suara khas miliknya —yang lebih mirip seperti peluit milik guru olahraga. Sangat nyaring.
"I'm Jeffrey, Mrs. John. How wonderful to meet you," Jeff selalu bisa melunakkan hati siapa pun dengan bibir dan kata-kata manisnya.
"Such a sweet boy. Aku juga senang melihatmu, nak. Aku tidak akan bertanya banyak, tapi pastikan kau tidak membuat Lily kecilkupatah dan layu . Kau mengerti, bukan?!"