Hari yang panas seperti biasanya, terhitung sudah empat minggu lamanya aku menetap di rumah nenek.
"Lil, wake up girl. It's 9 already!!!" suara nenek Gill menggema.
"Yeaahhhh!!! wait a second, I'll be down soon!!!" teriakku dari kamar, sekedar untuk mencegah nenek mendatangi kamarku yang kemudian menemukanku masih bergelung dengan boneka teddy hadiah natal saat aku berusia delapan.
Gill adalah tipikal nenek berisik yang sering lupa menutup pintu kembali. Sometimes she's so annoying! But I still love her, a lot.
Hari ini nenek Gill akan pergi bersama ayah Mark untuk memasang gigi implant. Wow, nenek Gill sudah bertekad rupanya.
"Paman Eric akan datang jam berapa?" aku berjalan mendatanginya yang entah sibuk dengan apa.
Nenek Gill menghentikan sejenak kegiatannya. Ku tatap wanita tua yang kini sudah berpakaian cantik itu tampak berpikir sejenak.
"Aku lupa, make call for me, please?" pintanya.
"Sure," jawabku sebelum melenggang pergi untuk membuat panggilan pada paman Eric.
"Granny, paman akan segera tiba dalam sepuluh menit. Pastikan tidak ada hal yang kau lupakan!"
"Anak nakal, kau pikir aku sudah sepikun itu untuk melupakan sesuatu," gerutu nenek Gill memenuhi seisi dapur.
"Lalu siapa yang meninggalkan kompor menyala demi segelas jus jeruk? Sungguh, bukankah dia nenek tua yang sama?"
Nenek Gill memukulku tepat di pantat. Ah rasanya panas dan sakit tentu saja. Dulu aku dan Mark sering mendapat tepukan sayang pada pantat kami jika nakal.
Pergulatan dengan nenek Gill berakhir saat paman Eric datang membunyikan klakson mobilnya.
"Jaga dirimu baik-baik sayang, aku hanya akan pergi dua hari," ucapnya sebelum memberiku pelukan hangat tanda perpisahan.
"Aku akan merindukan gigi ompongmu, nenek. Sebentar, ini harus diabadikan."
Lagi-lagi nenek memukul pantatku karena memotretnya dengan gigi ompong yang terpampang. Paman Eric tertawa terbahak di balik kemudinya. Jadi jangan heran jika anaknya juga gemar sekali tertawa terbahak-bahak.
"Morning Uncle, how's Marky?"
"Morn too Sweetie. Anak nakal itu sudah tiba di sana. Kurasa jadwalnya begitu sibuk, kami jarang bertukar kabar. Semua media sosialnya tiba-tiba sudah tidak aktif, aturan perusahaan, I guess." Kata paman Eric menjelaskan.
Aku jadi membayangkan betapa sulitnya belajar bahasa asing di sana. Aww Marky yang malang.
Lambaian perpisahan mengantarkan kepergian paman Eric dan nenek Gill.
****************
Bosan, apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku membawa Lu berjalan-jalan. Bersama Jace juga."Jace, kau bisa berubah sekarang. Nenek Gill pergi."
Dan si Pirang itu pun muncul dengan senyuman yang amat sangat indah.
"Salam saya, my Lady."
Well yeaah, Jace masihlah seperti itu. Padahal aku ingin dia tidak sungkan dan menganggapku seperti teman.
"Jace, ayo ku kenalkan pada pangeran Louis."
Alis Jace terkerut samar. "Pangeran? Tunangan Anda?"
Astaga, yang benar saja aku bertunangan dengan anjing.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dryades || Jung Jaehyun [Completed]
FantasiLiburan musim panasku berbeda sejak aku bertemu sosoknya. Dirinya dan segala keindahan yang tak mampu aku jabarkan justru membuatnya tak ingin menjalani sisa hidupnya dengan jalan seperti itu. "Kalau dunia bisa diubah, dan kau diberi satu permohonan...