13|| HERE'S THE BAD NEWS

222 202 33
                                    

"Tuan, aku pulang dulu," genggaman tanganku melonggar bersamaan dengan senyumnya yang kian mengembang.

"Tentu, anak manusia juga harus istirahat." Lalu iris keabu-abuan itu beralih pada Jace yang dengan setia memegang tali kekang Louis.

"Kesatria Jace, tolong kawal nona kecil ini sampai selamat."

Jace dengan sikap hormatnya menjawab dengan suara rendah yang berwibawa. "Akan saya lindungi dengan segenap jiwa, Tuan."

Dan dengan begitu perpisahan kembali lagi terjadi. Aku mengambil alih tali Louis, sedangkan Jace berjalan lima langkah di belakangku.

"Anda tampak resah, my Lady," suara Jace sarat akan kekhawatiran.

"Hm? Tidak Jace, hanya saja, apa benar peri hutan memang tidak bisa pergi kemana-mana? Kau tahu, legenda mengatakan mereka hanya akan tinggal di sekitar pohon tempatnya hidup, untuk selamanya."

Aku menghentikan langkahku hanya untuk menemukan wajah Jace yang kini tampak berpikir.

"Benar, my Lady," begitu ia menjawab pada akhirnya.

Begitu rupanya, padahal aku ingin sekali menunjukkan dunia yang warna warni selain hijaunya dedaunan pohon Oak.

"Tidak perlu cemas terlalu berlebihan, my Lady. Takdir memanglah takdir. Jika Anda berkeinginan untuk membawa Tuan Tanpa Nama keluar dari hutan Loidis, sangat sayang sekali, itu mustahil Yang Mulia. Jikapun Tuan Tanpa Nama bisa keluar dari hutan, pastilah Dewa sudah turut bercampur tangan dengan memberi keajaiban."

"Jace, aku berharap kau bisa reinkarnasi menjadi manusia lagi. Sedih sekali melihatmu sebagai roh yang terus saja mengemban tanggung jawab untuk menjagaku. Jika Tuhan mendengarkan, ku harap ia menulis harapanku dengan sangat besar untuk menjadi sebuah prioritas."

Jace berhenti dari langkahnya, ia menatapku lurus penuh arti.

"Yang mulia, saya tidak pernah merasa terbebani oleh tanggung jawab ini karena saya juga telah bersumpah demi menebus kesalahan di masa lalu. Mohon Anda jangan bersedih atas apa yang sudah menjadi takdir saya. Semoga di kehidupan selanjutnya, saya bisa terlahir kembali sebagai manusia dan bisa bertemu dengan Anda, my Lady."

Aku tersenyum membalas ucapan Jace. "Dan jika saat itu tiba, belajarlah untuk memanggilku Lily saja."

Dan untukmu, Tuan Dryad, semoga bahagia selalu menyertai.

****************

Hari-hariku selama di Loidis sudah terasa nyaman. Fakta bahwa kini aku bersama dengan makhluk yang dulunya dipercaya sebagai sebuah mitos turun temurun masihlah asing untukku.

Terlebih, roh kesatria yang melindungiku juga memaksaku percaya bahwa dunia ini memiliki porsinya masing-masing.

Malamnya kuhabiskan untuk berbincang dengan Mom. Iriana dan John sekarang berada di rumah. Menikmati minuman dingin dan acara tv populer malam hari.

"Sudah pergi ke hutan, sayang?" suara Dad menginterupsi pembicaraanku dengan Mom.

"Hmm. begitulah."

Kubuat suaraku kian tak bersemangat untuk mencegah Dad bertanya lebih lanjut.

"Kau menemukan Dryad?" Dad kembali bersuara di antara suara remah-remah keripik kentang favoritnya.

Pertanyaan ini tiba-tiba menjadi sensitif untukku. "Itu hanya legenda, Dad."

"Hmm begitukah? Sudahkah aku menceritakan bagaimana saat tubuhku melayang ketika hampir jatuh ke danau?" Dad mulai serius.

"Jangan mulai lagi sayang, kenapa kau bersemangat sekali menceritakan hutan itu pada anak gadis kita?! Common John," suara Mom mulai terdengar kesal.

The Dryades || Jung Jaehyun [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang