Partner in Drama

33.8K 299 8
                                    

Jenaya baru saja sampai kantor agency, meletakkan tasnya pada meja. Jena mengambil kertas yang dia tebak isinya berupa dialog yang harus dia perankan dengan seseorang yang tidak pernah dia duga.

"Itu kamu bawa, jangan lupa dihafalin. Kalau perlu ngedate sama Jeno supaya chemistry kalian terbentuk."

"Najis banget jalan sama dia," jawab Jena meletakkan kertas tebal itu pada posisi semula.

"Ilangin dulu benci kamu ke dia, di dalam cerita kalian suami istri kalau lupa," terang sang manager meninggalkan Jenaya sendiri dalam ruangannya.

Jenaya hanya diam, nasib sialnya akan terus berlanjut jika terus-terusan berurusan dengan laki-laki bernama Jeno si playboy kurang belaian.

🐻🐻🐻

Jenaya yang tidak ada kegiatan memutuskan untuk mampir ke kantor produksi yang memilihnya memerankan Zoya sebagai istri dari Garsy diperankan oleh Jeno.

Tujuannya kali ini adalah ruangan sang sutradara, dimana Jena hendak melakukan sedikit protes karena ada adegan yang diluar kesepakatan.

Setelah mendapatkan izin, tangan Jena terhenti saat hendak membuka pintu. Suara familiar yang masuk dalam indra pendengarannya membuat Jena begitu yakin, bahwa ada dia di dalam sana.

"Sayang," panggil seseorang ketika pintu terbuka dari dalam.

Pandangan Jena tertuju pada laki-laki dengan perawakan tinggi, kulit putih bersih, berwajah tampan dan jangan abaikan senyuman yang dia tunjukan untuk Jena.

"Bisa tolong minggir, saya rasa urusanmu disini sudah selesai."

"Iya, awalnya. Tapi aku rasa, aku tahu tujuanmu datang kesini. Jena, sayang," tekan laki-laki itu yang tak lain Jeno, berbisik tepat di telinga Jena.

Mengabaikan Jeno yang masih berdiri di depannya, Jena melangkah masuk menabrak bahu laki-laki itu. Namun, belum sempat kaki memasuki ruangan sepenuhnya sebuah tarikan membuat Jena terhuyung dan terpaksa mengikuti arah tarikan dari Jeno.

"Jeno, lo apa-apaan sih! Lepas, gak!"

"Aku tahu alasan kamu menemui Pak Sandy, jadi stop berontak dan jadilah penurut," lift terbuka membawa dua orang dewasa berbeda jenis itu terkurung didalamnya.

"Lo gila!" sarkas Jenaya.

"Karena kamu, dan stop pakai kata lo gue Jenaya," peringatan Jeno menatap gadis disampingnya.

"Siapa lo ngatur- aackk!!" teriak Jena spontan karena dorongan Jeno yang kini menghimpitnya.

"Aku? Aku masih jadi tunanganmu kalau kamu lupa," Jeno menyelipkan dengan pelan anak rambut yang menutupi wajah cantik Jenaya.

"Nggak! Pertunangan itu batal, dan lo? Bukan siapa-siapa buat gmmhhpppp," Jeno mencium Jenaya sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya. Melumat pelan, sebelum akhirnya lidah Jeno berhasil masuk setelah Jenaya melakukan perlawanan.

"Sampai kapanpun, kamu milikku," ucap Jeno mengusap saliva pada sudut bibir Jenaya bertepatan dengan denting lift menandakan pintu akan terbuka.


🐻🐻🐻

Pagi yang cukup cerah, membuat Jenaya sedikit bersemangat menjalani aktivitas nya. Dengan kaos kebesaran dan rambut yang dicepolnya asal menambah kesan cantik pada gadis itu.

Berjalan menuju meja pantry, Jena mengambil beberapa roti untuk dipanggang. Serta mengiris potongan aneka buah untuk pendamping sarapannya pagi ini.

Terlalu asik dengan dunianya, Jenaya tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini sudah melingkarkan dua tangannya pada pinggang ramping Jena. Membuat gerakan tangan Jena terhenti untuk memotong.

Random Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang