--Happy reading--
🌼🌼🌼
BAM!!Suara pintu yang dibanting bergema di dinding Malfoy Manor yang mewah. Lucius Malfoy berjalan marah ke serambi diikuti oleh istri dan putranya. Ia berbelok di tikungan dan memasuki ruang kerjanya, melemparkan kursi ke seberang ruangan. Ia mondar-mandir dengan panik, meluapkan amarahnya.
"Aku tidak percaya ini," ucap Lucius, nada suaranya penuh dengan amarah, "Aku tidak bisa, aku tidak bisa percaya kita di titik ini lagi, di titik yang sama seperti bertahun-tahun yang lalu. Sekarang kita harus sekali lagi berjuang untuk mendapatkan kembali posisi kita di dunia ini, kita harus mendapatkan kembali kehormatan kita. Sekarang kita harus meyakinkan pemerintahan baru bahwa kita sebenarnya tidak bersedia menjadi anggota dalam rencana Pangeran Kegelapan."
Narcissa hanya menatap suaminya, dalam diam menyampaikan pengertiannya. Sedangkan Draco hanya berdiri menatap keluar jendela, ekspresi berpikir yang mendalam terukir di wajahnya yang pucat.
"Well, kita pernah melakukan ini sebelumnya, kita pasti bisa melakukannya lagi," kata Lucius sedikit tenang sekarang, "Pertama, aku harus menghubungi orang-orangku, akan ada banyak suap yang terlibat tapi jika aku memainkannya dengan tepat, kita pasti baik-baik saja, dan tentu saja seperti yang lain kita harus memuja Potter," kata-kata itu keluar dari mulutnya bersamaan dengan ekspresi jijik di wajahnya, seolah-olah kata-kata itu terasa tidak enak di mulutnya. "Aku tidak suka ide ini tapi ini perlu dilakukan, sekarang dia adalah pahlawan hebat," Ia mengatakan bagian terakhir dengan nada ejekan yang kental, "Pahlawan hebat, ha, jangan membuatku tertawa, dia hanya anak bodoh yang beruntung."
"Lucius, dia menyelamatkan Draco, kita seharusnya—" ucap Narcissa tapi buru-buru dipotong oleh suaminya.
"Kau pikir kita harus berterima kasih pada Potter? Apa kau lupa siapa dirimu, kita tidak berhutang apapun padanya," kata Lucius dengan jijik.
"Kita berhutang padanya," sahut Draco pelan dari jendela, mengejutkan orang tuanya yang sepertinya lupa ia ada di sana.
"Apa maksudmu, kau tidak tahu apa yang kau katakan, Draco," kata Lucius.
"Aku tahu, aku tahu persis apa yang kukatakan, kita berhutang banyak pada Harry Potter, dan bukan hanya hidupku saja, tapi hidup kita semua, sungguh Father, apa jadinya hidup kita seandainya Pangeran Kegelapan menang, apa dia akan menghadiahi kita? Apa dia akan membagikan kekuatannya atau memberi kita status yang secara naif kau yakini pantas kita dapatkan?" ucap Draco.
Orang tuanya hanya menatap putranya tercengang, seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Tidak, Father, dia akan mengambil semua yang dia bisa dari kita, memanfaatkan kita sepenuhnya sampai tidak ada yang tersisa, dan kemudian begitu kita tidak lagi berguna, dia akan membuang kita seperti banyak orang sebelumnya. Maksudku, ayolah, dia mengambil tongkatmu, membuatmu seolah bukan lagi seorang penyihir, bukan lagi seorang pria, dia mungkin juga akan memotong kejantananmu, apa kau benar-benar ingin hidup sebagai hewan peliharaan Voldemort yang dikebiri?"
"Draco," teriak Narcissa terkejut, "Jangan bicara seperti itu pada ayahmu."
"Kenapa tidak? Itu kebenaran, tidak bisakah kau menerima itu," kata Draco, suaranya meninggi dalam kemarahan sekarang, "Tidak, Mother, aku tidak akan diam tentang ini, aku melihat hal-hal yang jauh lebih jelas sekarang, hal-hal yang seharusnya aku sadari bertahun-tahun yang lalu, tapi butuh peristiwa hari ini untuk akhirnya mendorongku mengerti, aku mengerti apa yang kita... bukan, bukan kita, tapi idealismu. Semua omong kosong tentang pureblood, betapa kotor dan rendahnya yang disebut mudblood dan muggle."

KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Draco Malfoy kembali melanjutkan tahun ketujuhnya di sekolah Sihir Hogwarts, ia mendapati dirinya dijauhi oleh teman-temannya dan dicemooh oleh Harry Potter dan para siswa lainnya. Hingga akhirnya ia menemukan cinta di tempat tak terduga. ...