Chapter-11

18.8K 3.1K 230
                                    

Sudah ada sebagian besar sider naik ke permukaan yaaa, seneng akuuuu. Love buat sider yang udah mau memberikan vote.

Untuk sider yang masih kekeuh untuk tidak vote, ya berarti kalian memang tidak diharapkan untuk ada disini.

200 vote dan 70 komen lah kuy gas ngeeeeeeng, hari minggu nih, pengen up terus rasanya, apalagi ngeliat komen penuh dan vote naik terus, hehehhee.

E N J O Y
..................

Hansol menunduk menatap 3 bungkus roti keju yang dia beli di kantin tadi pagi, Luina tak ada, Hansol sedih.

Raut wajah remaja manis itu sedari masuk kelas sampai kini jam pelajaran ke 4 murung, dia terus menghela napas panjang.

Genta menyadari kemurungan Hansol karena absennya Luina, terlebih lagi Jumi tak henti menggodanya sedari tadi.

"Mas Hansol jangan sedih, kan masih ada Jumi." goda nya centil.

Genta mendelik, ini ondel-ondel satu gak bisa diem apa? Gak lihat temen Genta ini lagi sedih karena pujaan hati gak datang.

"Heh Ondel-ondel, lo diam, gak usah berisik!" sewot Hafiza, bendahara kelas.

Jumi menatap Hafiza remeh, dia mengibas rambutnya pelan "Fiza jelek gausah ikut campur, Jumi gak level bicara kaum jelek kaya kamu." cemohnya.

Seisi kelas terdiam, Hafiza ini yang paling galak kedua setelah Luina, dan berani-berani nya Jumi melawan perkataan bahkan mengejek Hafiza.

Teman sebangku Hafiza langsung menenangkan gadis berambut dibawah bahu itu.

"Fiz, udah jangan marah." bujuk Airi.

Hafiza mengatur deru napasnya, kepalan tangannya menguat seiri perasaan benci menbuncah di dadanya.

Beberapa detik, Hafiza tenang dan kembali menulis catatan tanpa memperdulikan Jumi, teman sekelasnya pun mulai lega karena Hafiza tak jadi ngamuk.

"Hahaha takut kan sama Jumi? Makannya gak usah sok deh, dasar orang kota."

Kretek.

Pulpen ditangannya patah setelah Hafiza merematnya kuat, dia menoleh kearah Jumi lalu bangkit.

Kini Airi tak bisa mencegah kemarahan Hafiza, dia pasrah saja.

"Hahaha, cemen—"

BUAGH!

Hafiza geram, dia menonjok wajah Jumi kuat dan menendang tubuhnya, Jumiati terjerembab ke lantai dan meringis kuat.

Belum sempat dia protes, Hafiza terus melayangkan tinjuannya ke pipi Jumi.

"Tinjuku tak mungkin meleset!" seru Hafiza terus menonjok wajah Jumi sampai memar.

Kelas rusuh. "AYO FIZA, SEMANGAT NONJOKNYA!"

"WOOOO FIZAAA WOOOOO."

"FIZA FIZA FIZAAAAAA."

Disaat yang lain sibuk menyoraki Hafiza, Genta malah sibuk menenangkan Hansol yang kini sudah menangis di tempat.

Luina's Harem [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang