Selamat membaca!!!
Pagi ini Mysha berangkat sekolah diantar oleh Dhafian, kakaknya. Cowok itu memaksa adiknya untuk berangkat bersama, sesekali ingin mengetahui sekolah mewah Mysha. Sekolah swasta Cipta Cendekia memang merupakan salah satu SMA elit di kota Jakarta. Prestasinya juga tidak bisa diremehkan. Seleksi masuknya juga cukup berat, hampir setara dengan tingkat kesulitan untuk masuk ke SMANSA, sekolah negeri milik Dhafian.
"Sekolah kamu mewah banget, dek. Tau gitu abang di sini aja biar bisa sekalian jagain kamu," ucap Dhafian yang kini tengah berada di dalam mobilnya yang telah sampai di depan pintu gerbang Cipta Cendekia.
"Bersyukur kenapa sih Bang, SMANSA juga mewah pake banget. Murid-muridnya juga titisan Einstein semua," bantah Mysha.
"Ya tapi di SMANSA nggak ada kamu, Dek," balas Dhafian.
"Bang..... udah ya, aku nggak mau ngomongin ini sekarang. Aku udah besar, aku bisa jaga diri aku sendiri!" bela Mysha merajuk.
Dhafian terkekeh pelan. Adeknya memang sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Namun di matanya, Mysha masih peri kecilnya yang rapuh, lemah dan sampai kapanpun membutuhkan perlindungannya. Mereka hanya selisih dua tahun. Saat ini Dhafi sudah kelas 12, sedang mempersiapkan diri untuk penerimaan universitasnya.
"Sha, jangan pernah lepas jam tangan pendeteksi detak jantung kamu ya? HP juga jangan sampai lupa dibawa, kalau ada apa-apa kamu harus cepat hubungin abang," ujar Dhafi dengan suara lembutnya.
Kenyataan adek tersayangnya memiliki sedikit perbedaan sejujurnya membuat Dhafi tidak terima.
Mengapa harus Mysha? Protes yang sering Dhafi lontarkan kepada sang pencipta.
Namun seiring berjalannya waktu Dhafi mengerti mengapa Tuhan memberikan kelemahan tersebut kepada Mysha. Gadis itu adalah gadis yang kuat, lebih dari yang ia kira. 16 tahun hidup dengan jantungnya yang lemah tidak membuat Mysha kehilangan kebahagiaan dan semangatnya. Gadis itu tumbuh menjadi remaja yang ceria dan memiliki cita-cita.
"Cita-cita abang apa? Sekarang Mysha sudah punya cita-cita loh Bang! Mysha mau jadi psikolog. Biar Mysha bisa jadi malaikat untuk mereka yang lagi dalam kesedihan," ujar Mysha kecil berusia 8 tahun sepulang anak itu dari psikiater.
Iya, mental Mysha pernah tidak baik-baik saja.
Mysha kecil tidak dapat melakukan banyak hal yang biasanya dilakukan oleh anak-anak sepantarannya. Gadis kecil itu tidak bisa bermain kejar-kejaran, tidak bisa bermain sepeda, tidak bisa mengikuti kelas renang, tidak bisa mengikuti kelas olahraga, bahkan tidak bisa mengikuti camping sekolah.
Teman-temannya menyebut Mysha sebagai "bocah lemah terkutuk".
Tentu Mysha selalu berusaha untuk berteman dengan mereka. Ia tidak bisa menghabiskan masa kecilnya dengan bermain sendirian, baginya itu terlalu suram.
Namun ketika berusaha mendekat, para bocah itu malah menggunjing Mysha. Tidak ada yang bisa memahami gadis kecil itu. Berulang kali Mysha mengatakan kalau ia sakit, ia tidak terkutuk. Namun para bocah yang termakan dongeng kutukan itu malah semakin menjadi, mereka memukul mundur Mysha dengan kata-kata jahatnya.
Pada usianya ke 10 tahun, Mysha bertemu dengan sosok baik bernama Alana. Perempuan seusianya yang imut dan cerewet. Satu-satunya anak yang mau berteman dengannya, teman yang memahaminya, bahkan cenderung menjaganya. Walaupun tampang Alana tidak ada galak-galaknya, jika ada yang menyakiti Mysha, Lana adalah sahabat yang akan maju paling depan untuk memberi pelajaran kepada orang tersebut. Sejak SD sampai SMA sekarang, mereka berdua selalu satu sekolah dan satu kelas.
Setelah mendengar wejangan-wejangan dari sang kakak, Mysha langsung turun dari mobil dan memasuki gerbang Cipta Cendekia. Di koridor utama Alana sudah menunggunya. Percaya atau tidak mereka memiliki jam sampai di sekolah yang selalu hampir bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MYSHA
Novela JuvenilMysha Audia Alanka, seorang gadis dengan penyakit jantung yang diharuskan menjadi tunangan Alathar Regantara De Johan, kakak kelasnya yang cuek, kasar dan emosian. "Dasar cewek penyakitan!" "Emang salah gue ya Kak kalau gue penyakitan kayak gini?" ...