Renjun lemas, lelah rasanya. Terhitung sudah beberapa kali dirinya harus bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan yang terasa bergejolak didalam perutnya. Entah kenapa dengan bayinya hari ini, sejak subuh tadi sampai menjelang pagi, dia sangat rewel sekali.
"Ya tuhan, aku lemas sekali"
Selesai membasuh kembali mulutnya, Renjun kembali ke kamar setelah sebelumnya pergi ke dapur untuk mengambil air hangat serta susu hamilnya. Menaruhnya pada meja, Renjun duduk dan mengeluarkan kembali obat mual untuk diminumnya.
"Kamu kenapa, hm?" Tanya Renjun saat mengusap permukaan perutnya, "Kenapa rewel sekali? Baba lemas tau"
Apa mungkin karena bayinya mengetahui bahwa hari ini ayahnya akan menikah lagi? Terus dia marah sehingga makanan atau susu yang biasa Renjun konsumsi ditolaknya mentah-mentah? Atau, "baba tidak boleh pergi? Begitu?" Ucapnya.
"Jangan seperti tadi lagi, ya, sayang?" Usapan disertai kalimat menenangkan terus Renjun ucapkan, "baba tau kau marah. Tetapi biarkan ayah bahagia dengan pilihannya, ya? Kamu tidak perlu kehilangan karena baba akan tetap selalu ada untuk kamu. Yang mencintaimu, menyayangimu"
Seakan mendengar apa yang dikatakan Renjun, rasa mual itu sudah tidak terasa lagi.
Syukurlah.
Merapikan kembali bajunya, Renjun berdiri dihadapan cermin guna merapikan kembali tatanan rambutnya yang sempat kusut tadi. Dia tepuk pelan perut itu, "kau sudah siap anak baik? Jangan menyusahkan baba, ya? Mohon kerjasamanya untuk hari ini"
Dan seterusnya.
Renjun bergegas keluar kamar, Krystal yang sudah menunggunya tersenyum lalu menyambut adik ipar kesayangannya itu. Tidak hanya pelukan oleh wanita berwajah dingin itu berikan, namun juga cubitan gemas pada pipi chubby yang membuat si empu memekik keras.
"Kak Krystal, sakit tau!" Rajuk si cantik.
Demi apapun capitan tangan kakak iparnya itu sangatlah sakit, pasti pipinya itu sangat merah. Sementara Krystal hanya tertawa, sangat puas rasanya.
"Kau menggemaskan sekali ya tuhan! Lihat pipi mu Renjunie, meluber kemana-mana"
APA?!
"Kakak!" Renjun berteriak, menghentak kaki sambil mengerucutkan bibirnya sebal. Renjun sungguh tidak terima saat Krystal menyebutkan pipinya meluber kemana-mana dan itu mengartikan bahwa secara tidak langsung Krystal mengatainya- Gendut!
Ugh, kenapa hatinya terasa sakit?
Melihat wajah adik kesayangannya memerah, Krystal tertawa geli. Padahal 'kan dia hanya bercanda.
"Iya-iya maafkan kakak, ya? Sssttt jangan memasang wajah nelangsa seperti itu. Sensitif sekali. Hamil ya?" Goda Krystal.
DEG!
"H-hah?" Renjun gugup, "t-tidak. Mana mungkin!"
Krystal menaikan sebelah alisnya melihat kegugupan Renjun.
"Kenapa?" Krystal bertanya, heran melihat tingkah adik iparnya itu.
"Kenapa apanya?" Renjun balik bertanya.
"Ke-"
Belum sempat Krystal menyelesaikan kalimatnya, nyonya Lee menyuruh mereka agar segera berangkat. Kali ini Renjun sangat bersyukur sebab Krystal mungkin tidak akan banyak bertanya atau rahasianya akan terbongkar.
Maafkan aku, kak. Aku belum siap memberitahukan kebenarannya.
"Ayo berangkat satu mobil denganku, ya? Jangan jauh-jauh atau kakak akan marah!" Ancam Krystal sambil menggandeng Renjun keluar, menuju mobil yang sudah terparkir didepan rumahnya.
Gereja tempat Jeno akan melangsungkan pemberkatan pernikahan tidaklah jauh. Cukup memakan waktu sepuluh menit saja iring-iringan mobil mewah sudah sampai disana. Para tamu undangan juga sudah menempati kursinya masing-masing diantara jemaat Gereja, begitupun dengan Renjun yang kini sudah duduk dijajaran kursi paling depan, bersampingan dengan Krystal.
Selain mewah, banyak sekali bunga-bunga yang menjadi favorit Renjun. Ada bunga mawar salah satunya.
Renjun tersenyum, teringat kembali akan keinginannya saat menikah nanti. Dia selalu berangan kalau menikah nanti ingin seperti ini.
"Kau baik-baik saja? Apa perutmu sakit?"
Krystal terlihat sangat khawatir melihat Renjun terus mengelus perutnya, apalagi wajahnya terlihat sangat pucat sekarang. Krystal jadi takut kalau Renjun sakit, karena akhir-akhir ini dia sering memergoki laki-laki mungil itu muntah.
"Aku mual, kak. Tidak suka dengan aroma bunga nya"
Ungkapan Renjun tadi membuat Krystal mengerutkan dahinya bingung. Bukankah mawar adalah favoritnya. Kenapa tiba-tiba tidak menyukai aromamya?
Aneh.
Hoekkk
Renjun ingin muntah sekali rasanya. Aromanya membuatnya pusing.
"Ugh aku ingin muntah" Lirihnya.
Alih-alih menenangkan Renjun, Krystal hanya diam memperhatikan. Tatapannya curiga. Meski begitu banyak pertanyaan dalam otaknya, satu yang ingin Krystal tanyakan,
"Renjunie? Apakah kau ha-"
Belum sempat Krystal menyelesaikan kalimatnya, nyonya Lee sudah lebih dulu menyela ucapannya untuk menarik tangan Krystal agar bergabung dengan keluarga besarnya disebelah sana. Hanya anggukan serta isyarat 'aku baik-baik saja, jangan khawatir' yang Renjun berikan saat Krystal diseret oleh ibunya.
Namun jauh dari perkiraan, Renjun semakin tidak tahan, rasa mual ini semakin menyakitkan.
"Sayang, baba tolong jangan seperti ini ya?" Batinnya.
Akhirnya setelah menggeledah isi tas dan menemukan permen yang sengaja dia bawa, rasa mualnya sedikit berkurang. Renjun bisa duduk kembali dengan tenang, menikmati objek menakjubkan yang sudah berdiri dengan gagah didepan mimbar sana.
Decak kagum terus terdengar. Tampan, gagah, mapan, rupawan dan sederet pujian tak henti diucapkan. Semuanya terpesona akan seorang Lee Jeno, pengusaha termuda dan kaya raya.
Siapa yang tidak kenal dengannya, hampir separuh dunia takut terhadapnya. Pengusaha bertangan emas adalah julukannya, semua projek yang digarap olehnya nyata suksesnya. Tidak sedikit perusahaan yang tunduk dibawahnya.
"Beruntung sekali nona Lia bisa mendapatkan cintamu, tuan"
Tidak hanya cinta darimu, namun dari keluargamu juga.
𝐸 𝐼 𝒩 𝒟 𝐸
Sedikit dulu ya? Besok aku up full 2 bab. Siapin tissue aja hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
EINDE [END] ✔️
Teen Fiction𝚆𝚊𝚛𝚗𝚒𝚗𝚐 : 𝘽𝙭𝘽//𝙈𝙥𝙧𝙚𝙜//𝘼𝙛𝙛𝙖𝙞𝙧//𝙋𝙝𝙮𝙨𝙞𝙘𝙖𝙡 𝙖𝙗𝙪𝙨𝙚//𝘼𝙣𝙜𝙨𝙩 𝙏𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙖𝙣𝙟𝙪𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙥𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙖𝙝 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞. 𝙈𝙤𝙝𝙤𝙣 𝙗𝙞𝙟𝙖𝙠𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙘𝙖𝙖𝙣. [�...