E 13

13.2K 931 42
                                    

Note :
Sebelumnya aku mau minta maaf karena jujur, aku ga tau cara mendeskripsikan lahiran dalam dunia (") tuh seperti apa .. So maaf ya kalau sedikit berbeda karena seperti yang aku kasih tau dari awal, cerita ini copyright dari novel aku sebelumnya. Jadi sedikitpun ga ada yang aku ubah, cuma nama aja.
Tapi kalau misalkan ada yang enggak nyaman nanti aku mau coba baca baca lagi dan juga revisi.

𝐸 𝐼 𝒩 𝒟 𝐸 

Selepas makan siang tadi, Jeno tidak menyangka bahwa kontraksi yang dirasakan Renjun semakin sering terasa. Semuanya panik, begitupun Renjun yang memang tidak menyangka ternyata dia merasakannya lebih awal dari tanggal perkiraannya. Tetapi sebisa mungkin Renjun berusaha bersikap tenang disaat semuanya panik, dia mencoba mengatakan bahwa ini tidak apa-apa dan semuanya akan baik-baik saja.

"Ke rumah sakit sekarang ya, nak?"

Ibu Lee terus membujuk. Kekhawatiran tercetak jelas pada wajah cantiknya. Dia takut; takut kejadian dulu saat dia melahirkan Jeno terulang lagi. Dimana dia hampir saja kehilangan Jeno karena tidak menyadari bahwa ketubannya sudah merembes dan kering.

Apalagi beberapa hari lalu sebelum Jeno sadar, Renjun pernah mengatakan bahwa sebenarnya dia harus melakukan prosedur SC karena ada beberapa lilitan tali pusar pada leher sang bayi, membuat ibu semakin kalap.

"Ibu takut sekali" imbuhnya dengan suara bergetar.

Sambil dibantu Jeno untuk berjalan, Renjun mendekati ibu Lee lalu membawa ibu untuk duduk. Dia tatap wajah cantik itu, sangat ketara bahwa begitu besar ketakutan dalam sorot matanya.

"Nanti saja ya, Bu? Ini belum seberapa sering kontraksinya" Jelas Renjun, "Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir, okay?" imbuhnya membuat ibu Lee mengangguk.

Melihat ibu lebih tenang dari sebelumnya, Renjun kembali berdiri. Dia masih ingat kata Jaemin bahwa untuk mempercepat pembukaan saat kontraksi harus  lebih sering berjalan-jalan. Maka dari itu sekarang Renjun dengan dibantu Jeno terus berjalan-jalan di taman belakang rumah sambil menikmati setiap proses, dan rasa sakit pada punggung serta panas menjalar dari pinggang sampai paha yang begitu terasa menyiksa.

Renjun meringis saat rasa sakit itu kembali ada , peluh dingin sudah memenuhi wajah cantiknya.

"Berangkat sekarang, ya?"

Jeno coba bujuk Renjun karena tidak kuasa melihat wajah pucat nya. Cengkraman pada tangannya sudah semakin sakit Jeno rasakan. Sakit? Jelas Jeno rasakan. Namun semua itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang istrinya rasakan sekarang.

"Sakit sekali?" Tanya Jeno ketika lihat Renjun kembali meringis.

"Sangat!"

Jeno kembali rengkuh tubuh Renjun ke dalam dekapannya. Mengusap punggung sempit itu saat Renjun kembali meringis menahan sakit. Dia pijat pinggang Renjun, sesekali bubuhkan kecupan penenang pada dahinya.

"Bu, sudah siap semuanya?" Kata Jeno pada sang ibu melalui sambungan pada telponnya.

Diseberang sana ibu sudah siap, membawa semua keperluan Renjun juga bayi selama berada di rumah sakit.

"Cepat bawa Renjun, ibu dan ayah sudah siap. Keluarga lainnya juga sudah menunggu" Jawab ibu diseberang sana.

Jeno mengangguk, mematikan ponselnya lalu menggendong Renjun.

"Jangan kemana-mana" Lirih Renjun.

Jeno menggeleng, tidak sedikitpun melepaskan genggaman tangannya dari Renjun yang sedang berbaring menyamping dalam ruang operasi. Beberapa dokter juga suster sudah berada disana, menyiapkan beberapa alat medis untuk melakukan sc yang akan dilakukan kurang lebih 1 jam lagi.

"Aku selalu ada disisimu, Renjun. Berjuang sedikit lagi, ya? Kita akan segera bertemu dengan anak kita"

Anak kita?

Kenapa rasanya sesesak ini?

Bukan rasa sesak karena terluka, tetapi bahagia karena nyatanya bukan hanya Jeno yang ada, tetapi seluruh keluarga Lee juga menemaninya.

"Tuan-"

"Mas" Ralat Jeno. "Kau istriku"

Renjun tersenyum namun air matanya terus menetes begitu deras. Dia rengkuh tubuh tegap itu, berbisik lirih, memberitahukan bahwa Renjun sangat bahagia. Dan, "Terimakasih karena mengijinkan orang asing yang sempat merusak kebahagiaan mu ini bahagia, tuan. Terimakasih juga karena kalian menemaniku"

"Tidak. Seharusnya aku yang berterimakasih karena mau memberi pria brengsek seperti aku ini kesempatan disaat semua perbuatan ku yang tidak pantas untuk dimaafkan."





END

Terimakasih atas antusias kalian dengan cerita singkat antara Renjun dan Jeno ini.
























Tapi boong wkwkwk ..
Ada 1 chapter lagi deh kayaknya, atau 2, 3, 4 ?? Ya mana saya tau 🤭

EINDE [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang