E 11

11.4K 1K 80
                                    

Renjun beringsut bangun dari duduknya. Hatinya berdegup kencang, keringat dingin membanjiri dahi. B-bagaimana ia sampai tidak menyadari? Seingat Renjun, mereka akan selalu kembali saat larut nanti. Tapi? Bahkan ini baru jam 10 pagi.

"K-k-kalian?"

DEG!

Renjun mundur beberapa langkah sampai punggungnya menabrak meja, sweater yang semula terbuka ia tarik untuk menutupi perut buncitnya. Tetapi rasanya percuma saat tuan Lee menunjuk tepat pada perutnya.

"Kau?"

Renjun menggeleng ribut.

Tidak!

Renjun tidak akan membiarkan mereka melukai anaknya sedikitpun.

"T-tuan, nyonya- tolong jangan sakiti dia. Dia tidak bersalah sama sekali. I-ini murni kecelakaan. A-aku t-t-tidak bermaksud- M-m-maafkan a-aku nyonya - tuan, a-a-aku ha-"

Belum sepat Renjun menyelesaikan kalimatnya, Renjun dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana tuan dan nyonya Lee bersimpuh di hadapannya sekarang. Mengatakan kata maaf serta pengampunan untuk setiap perbuatannya dulu.

"Maafkan kami, Renjun. Kami sangat menyesal"

Menyesal karena telah memperlakukan Renjun tidak selayaknya. Bahkan terlampau jauh mengabaikannya. Tidak hanya itu, mereka juga menyesal karena dengan jahat membenarkan kelakuan tidak benar putranya sehingga lelaki mungil nan cantik itu begitu banyak menanggung luka karena keegoisannya, kesalahannya.

Tiffany masih ingat bagaimana hancurnya tangis Renjun saat dipaksa harus merelakan sang ayah dan menandatangani kontrak perjanjian. Bagaimana Renjun harus terima bahkan tanpa persetujuannya.

Dirinya yang seharusnya menggantikan sosok yang meninggalkan, tetapi dengan jahat malah bersikap terus mengabaikan sampai dia sendiri tidak tau Renjun begitu banyak menderita.

Renjun menggeleng ribut, menghampiri tuan dan nyonya Lee yang masih berlutut dihadapannya lalu menyuruh keduanya agar berdiri dan mengatakan tidak sepantasnya mereka melakukan ini.

Renjun memang kecewa.

Renjun memang terluka.

Renjun memang menderita.

Tetapi sungguh, sedikitpun Renjun tidak pernah menyimpan dendam dalam hatinya.

Menghilangnya Renjun dari jangkauan mereka hanya sebuah rasa sadar diri saja.

Sadar kalau dirinya tidak pantas masuk ke dalam keluarga terpandang seperti mereka dan sadar kalau dia terlalu biasa untuk mereka yang tinggi derajatnya. Terlebih, kini ia bukanlah siapa-siapa saat setelah Jeno mengatakan talak untuknya.

"K-kalian jangan seperti ini. A-aku tidak pernah marah"

Nyonya Lee menunduk, begitu malu dengan kebaikan Renjun yang begitu mudah memaafkan kesalahan terbesarnya. Nyonya Lee merasa tidak pantas, tidak pantas mendapatkan maaf dari Renjun.

"Tuan dan nyonya sudah mau menampungku selama ini, berbaik hati membawa orang asing masuk ke dalam keluarga kalian bahkan rela menikahkan putranya demi mengabulkan keinginan terakhir ayah. Bagaimana aku bisa membenci kalian?"

Bagi seorang ibu pasti sangat sulit karena orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Nyonya Lee juga hanya seorang ibu, ibu yang terluka melihat anaknya harus dipaksa menerima seseorang yang bahkan tidak pernah Jeno duga, bahkan cinta.

Wajar kan jika sikapnya sedikit berbeda?

Renjun juga memahaminya.

"Perlakuan kalian terhadapku sudah benar. Aku sudah menghancurkan kebahagiaan putra kalian, tidak sepantasnya mendapat perlakuan baik dan seharusnya aku yang meminta maaf karena kehadiranku, karena permintaan ayahku membuat kebahagiaan kalian terganggu"

EINDE [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang