E 10

12.9K 1K 139
                                    

"N-nona Krystal, tolong. T-tuan J-jeno kembali mengamuk"

Setelah mendapatkan telpon bahwa sang adik kembali kambuh, Krystal kemudikan mobilnya menuju rumah adiknya. Untung saja jalanan tidak terlalu ramai, tidak sampai 1 jam; Krystal sudah sampai disana.

Memarkirkan mobilnya dengan asal, Krystal berlari menaiki anak tangga. Hatinya takut, ingatan sebulan lalu saat Jeno mencoba bunuh diri teringat lagi.

Please, Jeno. Don't be stupid again.

Jangan sampai Jeno melakukannya, lagi. Krystal tidak akan biarkan itu sebelum Jeno meminta pengampunan kepada seseorang. Meski waktunya bukan sekarang.

Menetralkan detak jantung yang semula berdebar hebat, Krystal coba ketuk pintu dihadapannya pelan. Dia panggil adik satu-satunya itu, "Jeno?" Lalu berusaha membujuk agar pria itu mau membukakan kuncinya.

Pintu berwarna hitam pekat itu terbuka, menampakkan sosok tinggi dibaliknya. Entah harus kasihan atau apa Krystal melihat keadaan Jeno sekarang; adiknya itu terlihat sangat menyedihkan sekali.

Dokter sendiri sudah mengatakan kalau Jeno mengalami depresi atau gangguan mental, sehingga dia kehilangan minat dan sedih berkepanjangan karena rasa bersalahnya.

Kejadian Jeno mengamuk seperti ini tentu bukan pertama kali Krystal lihat, sebelumnya Jeno pernah mencoba memotong urat nadinya sendiri sambil berteriak memanggil nama seseorang.

Keluarganya tentu tidak tinggal diam, tuan dan nyonya Lee bahkan menyarankan agar Jeno dibawa ke luar negeri agar melakukan pengobatan disana. Namun sang dokter yang menanganinya disini mengatakan bahwa Jeno tidak perlu dibawa ke sana, justru dokter menyarankan agar seseorang yang terus Jeno sebutkan adalah obat yang sebenarnya.

Mendengarnya saja Krystal pusing, apakah harus dia memberitahu dimana obat yang dimaksud itu berada?

Tidak!

Meski kasihan, Krystal belum puas menghukum adiknya itu.

Krystal coba mendekati Jeno, mengambil rokok serta minuman beralkohol lalu menyimpannya pada meja. Dia tatap wajah sang adik, wajah yang biasa dingin dan tegas kini terlihat sangat murung.

"Berhenti menyakiti diri kamu sendiri, Jeno"

Jeno menggeleng, menyangkal pernyataan Krystal tadi.

"Bahkan ini tidak sebanding dengan apa yang sudah aku lakukan kepada Renjun" Jeno menunduk, dengan suara bergetar, dia lanjutkan kalimatnya. "aku lebih jahat menyakiti Renjun sebelumnya" imbuhnya.

Krystal menggeleng, ia pegang kedua pundak Jeno agar menatapnya.

"Jeno, dengar-"

"Kak?"

Krystal menegang. Hatinya berdenyut ngilu saat air mata Jeno jatuh tepat dihadapannya. Dan apa tadi? Jeno memanggilnya, kakak?

Kenapa?

Jeno tidak akan memanggilnya kakak kecuali dia benar-benar sudah berada pada titik paling rendah dalam kesedihannya. Krystal pernah melihatnya dulu dan itu ketika Jeno menangisi mendiang kakaknya, Jaehyun; yang meninggal karena tertembak tepat dihadapan wajahnya.

Krystal tarik tubuh rapuh Jeno. Dia rengkuh ke dalam dekapan seorang kakak yang menyayangi adiknya lalu usap punggung bergetar itu. "Jangan seperti ini, adek? Renjun tidak akan menyukai kalau kau terus menyakiti dirimu sendiri"

"Aku merindukan Renjun, kak"

Tau.

Krystal sangat tau.

Tapi apakah Renjun mau menemuinya. Lalu bagaimana Krystal mengatakan nya?

"Kak? Kakak mau bicara apa?"

EINDE [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang