Zuna Inc

891 42 46
                                    

Perdebatan singkat kerap ada di hari-hari mereka. Mulai dari perihal sederhana hingga masalah rumit seputar pekerjaan, tak bakal habis untuk mereka bahas. Jeon Jungkook satu-satunya pewaris dari perusahaan milik ayah ibunya, Zuna Inc. Dia menikahi perempuan cantik yang sekarang telah memberinya seorang anak laki-laki, penyebab kebahagiaan mereka kian membuncah.

Namun, lambat laun hubungan mereka diuji. Kemesraan berangsur-angsur menghilang, tak ada lagi tutur rayu mendamba maupun sentuhan kecil nan hangat. Keduanya disibukkan oleh kegiatan pribadi masing-masing, yaitu pekerjaan.

Larut dalam pekerjaan itu membuat sejoli ini tak menyadari kedatangan ombak, berangsur-angsur menggoyangkan pilar bahtera rumah tangga mereka. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, andai tak ada dari mereka mengubah sikap dan mau mengalah.

-----

Erangan Jungkook bergumam di kala cahaya mentari menyapu hangat rahang tegasnya. Dia menguap sejenak, duduk untuk merenggangkan otot-otot yang kaku. Kicau burung saling bersahutan di luar sana, menyemarakkan suasana pagi yang cerah di hari ini.

"Sudah jam berapa?" Bertanya pada istrinya.

"Hampir jam delapan."

"Ya Tuhan, kenapa aku tidak dibangunkan? Ada rapat penting dengan klien di jam sembilan." Jungkook tergesa-gesa turun dari ranjang, bergegas ke kamar mandi. "Aku bisa terlambat kalau tidak cepat."

"Jangan manja, Sayang. Harusnya kau bisa bangun sendiri. Sudah tahu ada rapat, malah keenakan tidur."

"Aku lelah sekali, pekerjaanku sedang banyak. Kau tahu aku tidur jam berapa? Jam dua! Apa salahnya kalau kau yang membangunkan aku?" Jadilah Jungkook sedikit kesal atas sikap istrinya tersebut. Nada suaranya meninggi sebelum dia berpindah untuk membasuh wajahnya di wastafel.

"Itu bukan alasan. Aku pun sama denganmu, banyak tugas dan hari ini perusahaanku ada pertemuan dengan donatur baru." Argumen keduanya dimulai, di tengah Jimin hampir tuntas merapikan rambut panjangnya.

"Tapi Ji, kau istriku! Jika bukan kau yang memperhatikan aku, siapa lagi? Aku jadi tidak sempat mandi, yang akan kutemui adalah rekan bisnis lama di perusahaan. Sewaktu ayah masih hidup, proyek-proyek besar yang mereka sepakati selalu sukses. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan. Siapa tahu langkah bagus untuk menaikkan kembali pendapatan perusahaan kita." Selesai menggosok giginya, Jungkook mencuci kedua tangan dan mengelapnya dengan handuk kecil. "Bajuku sudah disiapkan?"

"Akan kuminta Sora mengambilnya, Minguk juga sudah menunggu di kamar. Aku tidak bisa mengantarnya, terpaksa memutar lagi. Kalau kantormu 'kan searah dengan sekolahnya." Senyum sepintas terungkai, "Aku pergi dulu, ya." Jimin mengecup singkat pipi suaminya seraya berpamitan. "Sampai nanti, Sayang."

Jungkook terdiam di atas pandang nan kosong, tak tahu apa yang dapat diucapkan. Dia hanya menatap kepergian istrinya dengan raut tak mengenakkan, mengenyahkan busa pasta gigi yang masih tertinggal di sudut bibirnya, "Aku tidak mengenalinya, ke mana istriku yang dulu?"

-----

-----

-----

"Masuk."

"Permisi, Tuan. Ini jas dan celana, Anda." Sora membawa satu setelan jas berwarna hitam. Dia kontan membuang muka akibat tak sengaja melihat Jungkook hanya mengenakan celana bokser, kemeja pun belum terkancing sepenuhnya.

(END) SolipsisticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang