Adakalanya seseorang akan merasa bahwa rumah yang seharusnya menjadi tempat untuk beristirahat, melenyapkan segala penat, malah menyebabkan diri makin terpuruk. Berbagai alasan pun muncul, bukan melulu perilaku tak menyenangkan di dalam keluarga. Boleh jadi kenangan silam tanpa sengaja mengusik, menjelma sebagai perbandingan terhadap peristiwa saat ini.
Beginilah yang tengah dialami oleh Jungkook.Masalah pelik menimpa perusahaan keluarga, di kantor tanpa bisa tenang dia terus memikirkan beragam cara untuk membenahi sistem yang sudah kacau. Belum lagi perkara demikian berhasil menyita hampir seluruh perhatiannya, sehingga tak jarang dia mengabaikan kepentingan pribadi.
Sudut bibir Jungkook terangkat, menegaskan kerupawanan di wajahnya. Kesenangan ini bersumber dari sebuah sticky note yang menempel di atas kotak bekal, tertulis di sana: Mungkin saja Anda tidak makan di rumah, selamat menikmati! Semoga Anda suka. -- Shin Yuna.
Detik sekian Jungkook membuka kotak bekal itu, mengambil sumpit yang terselip di sampingnya. Nasi putih bertabur biji wijen hitam, tahu goreng berikut tumis daging dan jamur, ada wangi khas yang menggugah selera dari saus teriyaki. Dengan semangat dia mulai melahap makanan yang meski sederhana, tapi cukup berkesan baginya. Perhatian sekecil ini nyatanya mampu menghibur rasa gundah dalam benak.
Minta saja pada Sora, apa sulit bagimu untuk melakukan apapun sendirian? -- Sora pelayan dan aku adalah istrimu, lalu kenapa? Jungkook menggeleng-geleng, saat ucapan istrinya kembali melintas di kepala. Pantas sekali mengabaikan kejadian itu demi mempertahankan suasana tenang di tengah sarapan paginya.
"Dia bahkan tidak peduli padaku, untuk apa memikirkannya?"
-----
Sudah pukul sebelas dan hari menjelang siang. Jari-jari Jungkook masih menari-nari di permukaan keyboard laptop. Keningnya mengernyit usai memperhatikan perbandingan grafik di layar Microsoft Excel. Perbedaan drastis mencapai empat puluh persen angka penurunan, sontak saja benaknya dibayang-bayangi dampak kemunduran perusahaan.
Sejemang bunyi ketukan pintu mengalihkan pantauan, dia melirik ke arah sumber suara, "Silakan masuk!"
"Pak, kabar baik untuk kita." Shin Yuna kelihatan sungguh antusias. "Maaf sebelumnya Pak, Saya menyelonong dengan lancang."
"Lupakan, kabar apa yang kau maksud?"
"Tuan Cha akan berkunjung besok, Pak." Yuna tak berhenti tersenyum sebab amat gembiranya. "Dan tebak berita baiknya--beliau ingin bekerjasama dengan perusahaan kita." Seketika semangat serta kabar positif yang sekretarisnya umumkan mengubah atmosfer di ruangan sang Direktur.
"Benarkah? Tapi kenapa dia tidak mengirim email padaku?"
"Mungkin saja Anda yang lupa memeriksanya. Akhir-akhir ini kondisi Anda tampak kurang baik, Saya perhatikan Anda jadi suka melamun."
"Kau memang benar, banyak sekali yang kupikirkan. Perusahaan, keluarga, rasanya kepalaku bakal remuk gara-gara semua itu."
"Kalau boleh Saya memberi saran, Anda membutuhkan sedikit waktu untuk bersantai."
"Ya ampun, aku lupa kapan terakhir kalinya benar-benar menikmati waktu senggangku."
"Jangan terlalu keras pada diri Anda, Pak. Saya percaya Anda pasti dapat menangani semua masalah yang ada, tapi bukankah setiap solusi punya prosesnya sendiri?"
Suasana senyap tiba-tiba mengelilingi mereka, Jungkook memandang keluar jendela seraya mengusap-usap punggung tangannya sendiri. Dalam sikap seperti ini biasanya dia sedang berpikir dengan kepala dingin. Agaknya kata-kata Shin Yuna tadi sedikit memengaruhi akalnya.
"Shin Yuna, terima kasih atas bekalnya. Kau memang istri idaman. Masakanmu selalu enak--aku belum pernah menyisakannya." Tiada disadari bahwa sekarang dia menatap wajah si sekretaris cukup lama.
Seringai Jungkook kontan mengundang euforia bagi Yuna, mendadak rongga dadanya seakan dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan. Kepuasan singgah di hati kala sang idola secara gamblang memuji. Lama sudah dia menyimpan perhatian khusus untuk direkturnya. Tak seorangpun tahu besar kekaguman yang dia tujukan kepada lelaki gagah dengan senyum lucunya ini. Tetapi, tiada pula dia menggeser fakta semestinya, bahwa Jeon Jungkook merupakan pria berkeluarga.
"Saya sudah biasa memasak banyak. Tadinya ada ayah dan adik Saya yang ikut makan bersama. Tapi, sejak merantau Saya tinggal seorang diri. Daripada bersisa di rumah, Saya selalu membawanya ke kantor untuk dibagi ke teman-teman yang lain."
"Sekarang kau juga memberinya padaku, aku jadi senang."
"Anda membuat Saya bingung."
"Bingung?! Kenapa?"
"Saya gugup berhadapan dengan Anda." Pada akhirnya Shin Yuna mengungkapkan isi hatinya, kendati dia agak sangsi.
"Setiap hari kita bertemu dan bicara sudah dalam kurun waktu yang lama dan kau baru mengatakan gugup?Jangan berlebihan, aku bisa melihat ekspresimu, Shin Yuna. Kau selalu tenang, sama seperti sekarang."
Kontan si sekretaris diam terpaku. Kian tak kuasa memandang pesona senyuman di wajah Jungkook. Dia menggigit bibirnya guna menekan gundah yang merongrong kewarasan, "Permisi, Pak! Saya akan melanjutkan pekerjaan Saya." akibat gagal mengontrol emosional, Shin Yuna pun lupa menutup pintu ruangan si Direktur.
"Perhatiannya agak mirip dengan cara istriku. Tapi-Jiminku tidak semanis dulu lagi."
-----
Hari demi hari silih berganti, Jeon Jimin pun kian berubah. Dia bertingkah layaknya wanita lajang super sibuk dan kerap mengutamakan kepentingan pribadi. Barang tentu Jeon Jungkook tidak menyukai perubahan sang istri, terlalu drastis serta tiba-tiba. Sempat dia menyatakan protesnya dengan cara berdiskusi, saling mengobrol melalui hati ke hati. Namun nihil, Jimin tetap teguh pada pendiriannya untuk bekerja seefektif mungkin.
Berangsur-angsur kesabaran Jungkook terkikis. Dia tak nyaman dengan perbuatan sang istri yang sering mementingkan dirinya sendiri. Hakikatnya tak ada yang menginginkan prahara dalam biduk rumah tangganya. Sumpah pernikahan adalah sebuah kewajiban mutlak sebagai janji sehidup semati di antara mereka.
Jungkook telah berupaya memaklumi perilaku sang istri dengan harapan Jimin segera menyadari kesilapannya. Sebentuk bukti tanggung jawabnya pada keluarga, keberadaan Jeon Minguk merupakan alasan kuat untuk dia tetap mengalah.
.....
Note:
-Aku up EGOS lebih dahulu dikarenakan naskah Fancy baru siap setengahnya. Jadi, kemungkinan besok ending cerita itu baru bisa update.

KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Solipsistic
Любовные романыWarnig! Kookmin Genderswitch. Istri cantik atau suami rupawan belum tentu menjamin siapapun tidak pernah kecewa. Beginilah realitas yang tengah dihadapi oleh pasangan ini. Jungkook dan Jimin berputar dalam perdebatan yang itu-itu saja. Sampai salah...