Mungkin aku cukup egois mengklaim Bone sebagai temanku, karena memang hanya Bone yang masih mau bercengkrama akrab denganku tanpa memanggilku nama kutukan yang kubenci. Cerita kami bermulai dari ketika hari terakhir MOS, aku mendapatkan pesanan cimol terakhir ketika pulang sekolah. Saat berjalan menuju penghujung gang untuk menyetop angkutan kota, aku melihat Bone duduk di kursi kayu panjang yang tidak dipernis yang berada tepat diujung gang sekolah.
Wajahnya Bone muram menunggu, aku tidak tahu apa yang ditunggu. Jadi kuputuskan untuk duduk di sebelah Bone sambil menyantap cimol yang kubeli dan juga sembari menunggu angkutan kota yang mengarah ke rumahku datang. Untungnya selama MOS aku dengan Bone cukup kenal satu sama lain, walaupun belum terlalu dekat setidaknya kami sudah saling kenal nama dan wajah, sebab kami satu kelompok saat tiga hari MOS berlangsung.
“Lo gak pulang?” tanya Bone sambil menendang-nendang kerikil disekitaran kami. Aku menggedikan bahuku tak menjawab, aku ‘pun bingung masa menjawab aku ingin menemaninya menunggu, kan aneh. Jadi alih-alih menjawab aku malah bertanya balik.
“Lo sendiri kenapa belum pulang?”
“Belum dijemput,” jawab Bone singkat.
Aku hanya ber-oh panjang.Mempresepsikan bahwa Bone pasti pulang pergi sekolah ada supir atau ibu yang menjemputnya. Mungkin karena, Masa Orientasi Siswa tidak mengijinkan peserta siswa baru membawa ponselnya, sehingga Bone bingung untuk memberikan kabar. Walaupun, sebenarnya membawa ponsel itu dilanrang untuk murid SMP, tapi tidak ayal banyak dari kami yang diam-diam membawanya dan menyembunyikannya. Namun, tersebut tidak berlaku ketika sedang MOS, pengecekkan cukup ketat sehingga tak ada ruang untuk menyembunyikan ponsel.
Selanjutnya, kami bercengrama cukup larut dari Bone yang menceritakan perjalanan Sekolah Dasarnya, temannya yang dari TK, SD sampai SMP sekarang satu sekolah dengannya dan masih banyak kejadian rumah Bone yang cukup lucu menurutku hingga aku tertawa terbahak. Entah cerita Bone yang lucu atau aku yang terlalu gembira menemukan fakta pada akhirnya ada satu orang yang bisa menerimaku tanpa melihat fisikku.
“Iya, jadi waktu itu mobil gue parkir sebelahan sama mobil yang sama. Nah, gue sama mama gue main masuk aja, pas udah jalan mama gue sadar kok jalan ke rumah beda. Tahu-tahunya kita salah mobil dan sopir itu salah ngambil orang.”
Tawaku pecah menyimak cerita lucu pengalaman Bone. Hingga, Bone selesai menceritakan polemik hidupnya yang penuh kelakar, kami berdua menarik napas untuk sesaat. Beberapa detik selanjutnya, Bone yang tidak bisa diam mengajakku bermain angkat jempol. Lagi, sekali lagi, tawaku membuncah, pada tiap kerecehan yang Bone buat. Cimol yang seharusnya kumakan kini kudiamkan, sibuk bermain dengannya. Sampai langit siang menggantung petang dan suara azan asar berkumandang. Sebuah mobil Audi Hitam berhenti tepat di depan kami. Kaca mobil itu terbuka sepenuhnya, lalu dibalik kemudi tersenyumlah sosok tua yang sepertinya supir pribadinya.
Bone menoleh kearahku, sebelum benar-benar menghampiri mobilnya.“Jemputan lo udah sampai mana?”
Aku terdiam. Aku bahkan pulang dengan angkutan kota. Sampai beberapa detik kemudian aku baru bisa menjawabnya. “Duluan aja, paling juga dikit lagi sampai.”
“Serius? Mau minjam ponsel supir gue gak?”
Aku menggeleng, ‘meminjam’ katanya. Siapa yang akan kutelepon? “Gak usah, tadi gue udah telepon orang rumah di telepon umun kok.” Lagi-lagi aku berbohong.
“Gue tungguin deh sampai jemputan lo datang,” ujar Bone bersih kukuh.
“Sumpah gak usah, dikit lagi juga sampai kok, bener deh,” ucapku lagi sampai mengangkat kedua jari membentuk angka dua. Gila saja, jika Bone ikut menunggu, bisa-bisa sampai maghrib aku belum juga pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/317412930-288-k527635.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita, Cerita, Pena.
عاطفية(Tahap Revisi) Terpilih dalam WattpadRomanceID reading list bulan Juli tahun 2023 ---- Hai... Apa kabar mu? Sehat kah? Aku sejauh ini baik-baik saja. Ada banyak untaian yang ingin aku sampaikan, tapi... Maaf. Saat itu aku benar-benar memberi mu bat...