bagian : 14

3K 297 84
                                    

Yara terkejut dengan apa yang terjadi. Hubungan Aalice dan Samuel penuh dengan keegoisan satu sama lain. Dan melihat bagaimana Samuel menampar Aalice di hadapan semua orang setelah menghina Debora ia menjadi semakin banyak berfikir.

'Apakah Debora sepenting itu bagi Samuel?'

'Apakah Debora se istimewa itu?'

'Betapa besar cinta Samuel pada Debora bahkan ia membiarkan kursi kebesarannya kosong selama dua minggu demi Debora?'

Yara memang baru memasuki lingkar istana yang penuh pertanyaan ini. Lingkar istana yang kacau namun untung masih tetap bertahan.

Yara menyesap Teh hangatnya dengan pelan, masih tetap berfikir di dalam kepalanya Yara nyaris saja menumpahkan Teh tsb pada gaunnya.

Ia tersadar, ia meletakkan kembali gelas kecilnya lalu segera mengusir banyak pemikiran di kepalanya.

"Apa ada yang mengganggu pikiran Yang Mulia?" Dayang pribadinya bertanya

Yara diam, lalu kembali tersadar.

"Ah tidak, hanya saja aku ingin beristirahat ke kamarku"

Yara melangkah diikuti dayang pribadinya. Namun setibanya di lorong seseorang menghampiri Yara.

"Yang Mulia Selir, Kaisar akan mengunjungi anda nanti"

Yara tersenyum kemudian mengangguk kecil "baiklah"

Terang berganti gelap, bulan bertengger indah di posisinya.

"Salam Yang Mulia Kaisar" Yara menunduk hormat ketika Samuel memasuki kamarnya

Samuel duduk di tepi kasur lalu ia melepas jubah megahnya.

"Kemarilah dan pijati aku" Ucap Samuel kelelahan

Yara bergerak cepat tak ingin membuat Samuel menunggu lama.

Yara sembari memijati Samuel dengan hati-hati bertanya

"Apa yang terjadi, akhir-akhir ini yang mulia tampak banyak pikiran" Yara benar-benar penasaran, Dua hari setelah Samuel menampar Aalice, Samuel tampak murung dan tidak banyak bicara.

"Dia kembali pada suami brengseknya"

Yara awalnya tidak mengerti dengan perkataan Samuel namun ia segera paham, yang di maksud Samuel adalah Debora

"Di dunia ini ada 2 tipe manusia, mencintai dan dicintai, ada yang perasaanya terbalas namun banyak yang bertepuk sebelah tangan. Debora dan Suaminya adalah saling mencintai satu sama lain. Dan Kaisar, ku pikir ini adalah waktunya untuk kembali pada jalan takdir yang semestinya. Maafkan aku jika kurang sopan berbicara seperti ini namun yang mulia harus bisa menerima apa yang terjadi. Kini semuanya sudah jelas dan semua orang juga tau Debora tak akan pernah pergi dari suaminya, walaupun seberapa brengsek suaminya. Dia sudah menjalani takdir dengan baik namun mengapa yang mulia masih saja menjadi satu-satunya orang yang melawan takdir? Mereka sudah berbahagia dan yang mulia masih tetap akan seperti ini?"

Benar, perkataan Yara benar. Bukankah yang ia lakukan kini sangatlah sia-sia? Kenapa ia membuang-buang waktu dan sangat merasa terpuruk? Bukankah ia harus bangga karna ia adalah seorang Kaisar dan mempunyai 4 istri?

"Lalu apa yang harusnya ku lakukan Selir Yara?" Suara bariton Samuel hampir membuat Yara tergagap tak mampu menjawab

"te-tentu kembali fokus pada tugas yang mulia dan bangun kembali kekaisaran Jackey menjadi lebih besar dan hidup. Jangan lagi melakukan hal yang tak terlalu penting"

Samuel sedikit tak suka dengan kata-kata terakhir Yara

"Jadi tidak penting ya? Apa baru saja kau mengatakan Debora tidak penting hm?" Dengan pelan Samuel duduk dan menatap Yara dengan pandangan yang sulit di artikan

Aalice JackeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang