bagian : 4

1.7K 259 26
                                        

Terkadang aku berfikir kemana arah hidupku. Aku bangun pagi lalu kemudian di dandani oleh dayang-dayangku kemudian aku mengerjakan tugas yang setiap harinya bukan berkurang malah semakin bertambah, itu karna Samuel  lagi-lagi melalaikan tugasnya.

Aku baru merasa enak badan, tapi semua tugas harus di selesaikan bukan?

Aku duduk di sebuah kursi yang terdapat di sudut ruang kerjaku. Menatap jendela yang menampilkan suasana hangat, betapa menyejukkannya itu.

"Aku akan ke ruang kerja kaisar" Aku berdiri dari duduk ku kemudian menatap Eva, dia awalnya bingung lalu segera mengikutiku

Sesampai di ruang kerja kaisar aku menatap lelaki yang adalah suamiku itu menatap tanpa henti lukisan besar wanita cantik pujaannya. Di ruang kerja ini hanya satu lukisan itu yang bertakhta, itu yang terkadang membuatku sedikit malas untuk ke mari.

Aku tak berani bersuara, menunggunya selesai dari tatapan lamat tanpa bosannya itu

Debora beruntung memiliki Samuel.. Lelaki yang mungkin akan melakukan apapun untuknya, apakah jika aku suruh memilih antara putra kami atau Debora akankah dia masih memilih Debora? sepertinya iya.

Aalice Pov End

Samuel benar-benar tidak bosan..

Hingga merasa sudah lama menatap lukisan itu, ia berbalik namun alangkah terkejutnya mendapati Aalice, Permaisurinya berdiri dengan anggun seolah sudah sedari tadi menunggu di depan meja kerjanya

"Duduklah"

Samuel menatap lamat wajah yang masih pucat itu

Aalice menaikkan pandangannya guna menatap Samuel yang juga tengah menatapnya, dia tersenyum sedikit karna ia benar masih merasa lemah

"Sudahkah yang mulia selesaikan permasalahan yang kita bicarakan kemarin?"

Tatapan keduanya tak sengaja terpaut lama hingga Aalice berpaling, memutus tatapan mereka pun kemudian ia menatap lukisan wanita cantik yang terdapat di ruang kerja suaminya ini.

"Hm sudah" ucap Samuel seadanya "Kau sudah membaik?" Sambungnya lagi

"Sudah lebih mendingan dari kemarin"

"Baguslah"

"Iya" Aalice menunduk namun ingin berdiri untuk segera pamit, belum sslesai berdiri Samuel menginterupsinya untuk tetap duduk.

"Ada apa? Apa yang mulia ingin bertanya mengenai sedikit tambahan detail untuk permata biru savir teruntuk Duchess?"

Samuel menatap lama Aalice

"Jika kau lelah, bicaralah" alih-alih menjawab pertanyaan Aalice ia malah lanjut berkata

Aalice menatap sorot mata tajam Samuel dengan tatapan sayunya

"Jika tidak ada dia, mungkin aku sudah lama mati" Aalice tersenyum tipis

"Aku tau kau juga tersiksa, jika kau lelah maka anggap lah pernikahan kita ini lakon teater yang perlu di nikmati, jika aku sudah sangat lelah aku akan mengatakannya padamu begitu juga kau.. Ah,, apa mungkin kau justru sudah sangat muak?" Aalice bertanya hati-hati

"Tidak.. Hanya saja kau tau aku terlalu terang-terangan"

"Aku baik-baik saja" senyuman tulus masih setia terpatri "dia beruntung memiliki dua laki-laki yang sangat mencintainya" Aalice berkata sambil menatap lukisan Debora "benar-benar wanita beruntung.."

Aalice kembali menatap Samuel

"Tak perlu merasa tidak enak, aku memahaminya" Aalice berucap lalu segera pergi dari sana m, namun belum sampai ia di depan pintu

Ia terkejut, tiba-tiba saja tangan Samuel sudah melingkar di perutnya.

"Kau tidak lagi meminta pelukan padaku setelah satu kali itu, apa anakku tak lagi merindukanku?"

Aalice hanya diam, ia tak punya hak dan tak cukup berani mengomentari tindakan tiba-tiba kaisar ini

"Tentu dia merindukanmu, kau adalah Ayahnya" ucap Aalice halus

Samuel melepas pelukannya lalu otomatis Aalice berbalik

"Yang mulia, tetaplah jaga kesehatan.." Samuel mengerutkan keningnya, kenapa tiba-tiba Aalice mengatakan ini?

"Dan juga.. Jika di masa depan kau di hadapkan pada pilihan yang benar-benar sulit.. Maka jangan korbankan anak kita meskipun ia lahir dari rahim wanita yang tak pernah kau taruh rasa ini"

"Kenapa kau mengatakan ini?"

"Jika aku tiada maka tak ada lagi keputusan yang bisa kau pertimbangkan padaku, namun tetaplah jaga dia" Aalice menunduk ia mengusap perutnya

"Jangan berburuk sangka, siapa yang akan mencelakainya"

"Ketika misalnya di masa depan nanti, kau mendapatkan Debora dan saat itu seandainya aku telah tiada tetaplah jaga dan selalu perhatikan putra kita.. Dia calon putra mahkota bukan?"

Samuel tak suka dengan arah pembicaraan Aalice

"Jangan berbicara sembarangan, mana mungkin aku akan mengorbankan putraku. Dia putraku juga"

"Tapi kau selalu tak ada kendali jika itu menyangkut Debora" Aalice menunduk "Aku takut jika dia mempunyai anak dari mu nanti, kau akan menghabisi nyawa anak kita agar hanya anakmu dan Debora menaiki takhta" suara Aalice terdengar bergetar

Samuel tak habis pikir, pemikiran Aalice terlalu jauh dan terdengar ngawur

"Kau gila mana mungkin aku tega melakukan itu"

"SEMUA ORANG TAU BETAPA GILANYA KAU PADA DEBORA!!" Aalice berteriak kencang "KAU SANGAT MENCINTAINYA! AKU HANYA TAKUT, HA-NYA TAKUT... Aku takut, dia mati sia-sia.." tangisan Aalice tak dapat lagi di bendung

Samuel banyak mendengar kisah Selir kesayangan raja yang melakukan banyak hal keji yang sama seperti pemikiran Aalice.. Dan yang dikatakan Aalice tadi berputar-putar di kepalanya, dia juga di landa kebingungan.. Mungkin saja nanti di masa depan ia melakukan itu, tapi tidak! Tidak! Mana mungkin ia akan berani.

Tapi kita tetap tidak dapat meramal masa depan, semoga saja hal buruk tidak terjadi...

****

Samuel Jackey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samuel Jackey

Aalice Jackey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aalice Jackey

Aalice JackeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang