bagian : 2

1.9K 253 20
                                    

"Hm aku pikir yang mulia tengah berbahagia kini" Xena selir kedua Samuel memecah suasana hening di meja makan

"Jangan banyak bicara Xena, persiapkan dirimu nanti aku akan menuju tempatmu" ucap Samuel kemudian menyesap anggurnya

"Maaf menyela Kaisar, kemarin anda juga sudah di tempat Xena. Saya memang tak pantas mengatakan ini namun saya cemburu" Alesha menunduk dan memilin jarinya di bawah meja makan

Aalice hanya terdiam di tempat ia duduk, sendokannya pada makanannya tiba-tiba terhenti. Ia teringat bahwa Samuel sudah tidak mengunjungi tempatnya terakhir ketika malam itu, dan kata-kata dua orang selir ini tak bisa di bandingkan dengannya

"Bukankah dua hari yang lalu kaisar juga ketempatmu dan kaisar menginap sama-sama dua hari di sana" Xena tidak mau kalah

"Tapi itu tidak adil" Alesha membela diri

"Kau seharusnya bersyukur karna faktanya yang mulia permaisuri saja sudah lama tidak di kunjungi yang mulia"

Sendok yang awalnya masih terpaut erat di jari mulus Aalice, terhempas berbunyi berdentingan dengan piring. Hal itu membuat semua orang bahkan Samuel menatap pada mejanya.

Aalice masih sedikit menekuk kepala, lalu ia mengangkatnya perlahan dan menatap tak suka pada Xena.

"Tidak seperti itu kata yang pantas dipakai untuk berbicara pada Permaisuri, Nona selir" ucapannya dingin berhasil membuat Xena meremang

"A-aku ha-nya ber-bi-cara se-adanya" Xena tergugup

"Ada batasan antara yang bertakhta dengan tidak, sebagai bangsawan etiket mu sangat jatuh Xena"

"Aku rasa tak ada yang salah dari perkataan Xena, bukankah ia mengatakan fakta yang mulia permaisuri?" Alesha mencoba memanas-manasi

"Diam!" Samuel membuka suara dingin, ia muak dengan perdebatan tak berbobot di meja makan. Seketika meja makan langsung hening

_______

"Aku ingin keluar mencari angin segar Eva"

"Tapi hari sudah sangat malam, permaisuri" tampak Eva berberat hati

"Tak apa, aku ingin menenangkan diri dan hanya sendirian"

"Itu terlalu berbahaya yang mulia"

"Aku hanya sampai taman, percayalah"

"Kalau begitu baiklah yang mulia" sekeras apapun Eva mencoba pasti akan ada jawabnya oleh Aalice

Aalice menapak tanpa alas kaki menuju air mancur di tengah taman. Tatapannya kosong dan sayu memandangi air mancur di depannya.

"Apakah aku dapat berkumpul dengan kalian bertiga di atas sana?" tatapannya menengadah ke langit

"Aku lelah, benar-benar lelah"

Tanpa permisi air menitik dari kelopak matanya

Dia tak masalah jika harus menghabisi dirinya sendiri kini, namun mengingat makhluk kecil yang  Sedang bersemayam di rahimnya ia menjadi tidak tega.

Lama Aalice duduk di bangku taman dekat Air Mancur, siluet seseorang yang ia kenali berjalan mendekat dengan beberapa orang di belakangnya.

Lelaki itu bahkan tak menoleh ataupun berhenti untuk sekedar bertanya mengapa dia sendirian

"Yang mulia permaisuri, hari sudah sangat malam dan dimana semua orang apakah yang mulia sendirian?" Suara seorang kasim menghentikan langkah semuanya termasuk Samuel pun

"Ah tidak, aku hanya ingin rehat sejenak menikmati angin mala sebelum tidur" Aalice menoleh pada Samuel kemudian menundukkan kepalanya hormat

Ia tau pria itu kini dalam perjalanan menuju tempat Xena.

Aalice JackeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang