bagian : 10

2.1K 244 65
                                    

"Yang mulia harus lebih fokus pada pemerintahan kini"

"Apa maksudmu?!" Samuel memandang tak suka penasihatnya itu

"Terkait Duchess Debora, kaisar harus merelakannya. Bukan suatu hal yang baik seorang kaisar mengejar istri orang lain"

"Dimitri!!"

"Saya berbicara selaku penasihat yang sudah lama mengabdi yang mulia, bahkan sebelum yang mulia naik takhta. Saya hanya ingin yang terbaik, berbicara seperti ini mewakili mendiang Ayah yang mulia" penasihat itu menunduk

Samuel sedikit tertegun, kata-kata Dimitri membuatnya berfikir lebih jauh tapi apakah bisa semudah itu ia melupakan Debora?

"Perdana mentri Billos menghadiahi putrinya sebagai selir kaisar"

"Billos?"

"Iya.. Yang mulia"

"Dalam rangka apa?"

"Dia berterima kasi karna posisi yang kaisar berikan pada putra pertama mereka"

"Siapa nama putrinya?"

"Yara Billos, yang mulia. Nona Yara mempunyai banyak keahlian serta sangat tau tata krama bangsawan. selain itu ia juga sangat berprestasi saya rasa tak buruk untuk menerimanya sebagi selir ke 3"

Samuel tampak berfikir

"Kau ada benarnya, lalu dimana dia sekarang?"

"Masih di kediaman tuan Billos, yang mulia"

"Jemput dia besok jika begitu"

"Jemput yang mulia?"

"Ya, Jemput Dimitri! Dengan adanya mainan baru ku harap Istana ini sedikit berwarna" Samuel meyeringai dengan tangan yang tak henti mengetuk-ngetuk meja, pandangannya lurus ke depan

"Selain itu, yang mulia. Permaisuri, di istana dingin para pelayan sedikit mengeluh"

"Ada apa?"

"Permaisuri memotong rambutnya pendek dan seorang pelayan melihat Permaisuri menenggak Arak"

"Arak?!!" Samuel terkejut, matanya membola "Dia tengah hamil apa yang dia lakukan?!"

"Semua pelayan juga heran akan hal itu yang mulia namun tampaknya permaisuri sedikit berbeda, ia bahkan berteriak memaki di sana"

"Antar aku ke sana segera!!"

"Baik yang mulia.."

_______

"Apa yang kau pikirkan hah?! Kenapa kau menenggak Arak!!"

Orang yang di teriaki Samuel sama sekali tak mendengar kata-katanya. Wanita itu menatap penuh kekosongan jendela kecil yang terdapat dalam istana dingin itu dengan penampilan baru yang membuatnya sedikit pangling dan tatapan semua orang yang juga menyiratkan bahwa wanita di depannya itu mempesona dengan tampilan barunya

"Kau tak punya mulut?!"

"Pergilah.." suara lemah itu mengalun merdu "Lakukan seperti biasanya, bukankah kau tak pernah peduli terhadapku maka jangan berubah" suara Aalice sedikit lemah hampir saja tidak dapat di dengar

Wanita itu tampak seperti mayat hidup, menatap kosong dan jangan lupakan bibir merahnya yang memucat

"Beraninya?!"

"Kemarin.. Kemarin kau hampir membunuhku, mencekik dan hendak menamparku tanpa ampun.. Bahkan, kau melupakan anak ini.. namun kini kau juga sudah mengurungku di sini dan berpesta di malam nanti menyambut kedatangan selir barumu.. Aku fikir tak ada permaisuri yang lebih menyedihkan dariku"

Aalice JackeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang