I

33.9K 2.4K 241
                                    

Ketika pihak kepolisian menerima laporan penemuan mayat di gudang sebuah sekolah hari itu, mereka tiba di sana tepat sebelum jam istirahat siang selesai.

Pada saat itu, sekolah sudah gempar dan bukannya masuk ke kelas, banyak siswa nakal yang penasaran justru berlari ke arah gudang di mana mayat tersebut ditemukan. Para guru kesulitan untuk mengatur siswa-siswi ini, sehingga bahkan ketika polisi tiba di sana, mereka mendengar suara keras dari sepiker yang menyuruh semua orang bubar.

Erif, salah seorang petugas polisi yang berjalan bersama rekannya bahkan berjengit ketika mendengar suara menggelegar tersebut. "Guru di sekolah ini sangat bersemangat menyambut kita," ujarnya.

Dua orang yang berjalan di kanan dan kirinya melirik Erif sekilas, sebelum pergi lebih dulu. Hanya orang aneh ini yang akan menganggap teriakan tidak sabar seperti itu sebagai sambutan untuk mereka.

Erif yang diabaikan mendengkus, tapi karena ia sudah terbiasa, pria itu tidak terlalu peduli. Berjalan menuju gudang, terlihat banyak siswa yang berdiri berkerumun, jelas tak mengindahkan teriakan barusan. Jika bukan karena beberapa guru yang menahan mereka, mungkin orang-orang ini sudah akan masuk ke dalam gudang dan merusak banyak bukti. Untungnya itu tidak terjadi, atau Erif bersumpah dia akan mengajak masing-masing bocah nakal itu untuk berbicara empat mata satu-persatu.

"Mayat siapa?" Suara salah seorang siswa terdengar saat bertanya pada temannya.

"Tidak tahu." Temannya itu menggeleng. "Yang menemukan mayat pertama kali adalah Dira dari kelas X, dia pingsan. Sekarang ada di ruang kesehatan."

"Kalau aku yang menemukan mayat itu, aku juga sudah pasti tidak bisa tidur selama sebulan!" Salah seorang siswi menggigil ngeri sambil memeluk bahunya sendiri, tapi meski berkata demikian, tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan pergi dari sana.

Di sisi lain, beberapa orang juga saling berbisik. "Kamu sempat melihatnya? Apakah mayatnya masih utuh, atau sudah dipotong-potong?"

"Tidak tahu," sahut seorang siswa bertampang nakal sambil menggelengkan kepalanya. "Begitu Dira pingsan, temannya langsung memanggil satpam dan guru piket." Nada suaranya terdengar sedikit menyesal. Jika saja guru datang agak terlambat, ia pasti sempat masuk ke gudang untuk melihat.

Sementara itu, ketika menyadari polisi sudah tiba, guru yang ada di sana langsung menghela napas lega. Melihat kondisi mayat yang tampaknya tidak mati secara alami, mereka khawatir jika salah satu siswa ini menyelinap, bukti yang diperlukan mungkin akan rusak dan justru mereka yang akan ditegur.

Pihak kepolisian dari tim satuan reserse kriminal juga tidak membuang waktu lagi. Mereka membagi tugas dan mulai memasang garis polisi di sekitar tempat kejadian. Seorang petugas mengambil beberapa gambar korban dari berbagai sisi, sebelum petugas forensik memeriksa mayat tersebut.

Sekitar 30 menit kemudian, seseorang berjalan mendekat dengan bantuan satpam yang menunjukkan arah menuju gudang tua. Melihat ada siswa yang berkerumun, pria itu mengernyit, tapi tidak langsung mengusir mereka.

"Seharusnya kita datang lebih cepat, aku tidak sempat mengambil foto!" Seorang siswa nakal menampar pahanya, berkata pada temannya yang lain.

"Apa gunanya mengambil foto?"

Siswa pertama memandang temannya tidak puas. Tentu saja foto seperti itu bisa dijual ke beberapa surat kabar elektronik, atau bahkan jika ia mempostingnya sendiri, ia pasti akan menerima banyak perhatian karena itu. Siswa nakal tersebut baru saja akan menjawab ketika sebuah suara menyela dari belakang.

"Jika kamu mau, aku bisa mencetak salah satu foto dalam ukuran 40 inci dan mengirimkannya ke rumahmu. Dengan syarat, kamu memajang foto itu di kamarmu, bagaiman, kawan kecil?"

Asphodel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang