V

12.6K 1.8K 265
                                    

Ketika Argana tiba di SMA Nusantara karena panggilan mendesak pihak sekolah, ia melihat sudah ada banyak sekali orang yang berkumpul di depan gudang tua. Adegan itu sedikit familier, seperti pertama kali ia datang ke sini karena kasus pembunuhan Aran hampir satu bulan yang lalu.

Namun pada saat yang sama, Argana tiba-tiba teringat pada ucapan Aruna tentang; bukan hanya satu orang yang akan muncul di tempat ini, melainkan ada banyak orang. Argana mengerti, bahwa apa yang mungkin dimaksudkan Aruna adalah orang-orang ini muncul di sana karena ditemukan mayat lainnya di dalam gudang.

Kali ini, korbannya adalah seorang siswi bernama Riana Early, yang juga merupakan teman satu kelas Aran dari kelas XI IPA 2. Tidak seperti sebelumnya di mana siswa dan siswi baru tahu siapa identitas mayat setelah dua hari, kini mereka langsung tahu siapa itu karena Richa dan Jovita sempat membuat keributan ketika menemukannya dan berlari melapor pada guru.

Richa dan Jovita sendiri berdiri tidak jauh dari sana. Tubuh kedua orang itu gemetar, wajahnya pucat dan masih dalam keadaan terkejut. Tidak ada Wanda di antara mereka, gadis itu tidak masuk sekolah hari ini dengan alasan sakit. Jadi, hanya ada Jovita dan Richa yang saat ini tampak tidak percaya ketika melihat mayat temannya di dalam gudang.

Haryo yang berdiri tidak jauh dari garis polisi merasa ingin menangis. Kenapa harus dirinya lagi yang menjadi guru piket saat peristiwa ini terjadi. Haryo cukup takut saat berbicara dengan petugas penyidik karena bahkan trauma yang sebelumnya tidak sepenuhnya hilang!

Argana yang sebelumnya menangani kasus kematian Aran, kini juga mengambil alih kasus Riana. Dia menghampiri Haryo dan berkata, "Siapa yang pertama kali menemukan mayat korban?"

Haryo menoleh. "Jovita, Richa, kemari sebentar," panggilnya. Untuk para guru, kedua gadis ini memang cukup terkenal di sekolah karena pengaruh orang tua mereka.

Jovita berjalan mendekat ke arah Haryo, memegang tangan Richa yang ketakutan. "Ada apa, Pak?" tanyanya dengan suara serak.

Haryo tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Argana.

"Kalian yang pertama kali menemukan mayat di gudang?" Argana bertanya.

Melihat Richa terus menangis, Jovita yang akhirnya menjawab pertanyaan itu. "Benar, Pak."

"Pukul berapa kalian menemukan korban di sini?"

"Kira-kira setengah jam yang lalu." Jovita mencoba mengingat. Gadis itu agak tidak fokus karena sepertinya terlalu terkejut. Mereka telah melihat penampilan mayat itu, dan ketika membayangkan kembali apa yang terjadi saat Richa menarik kertas di wajah Riana, Jovita merinding tanpa bisa ditahan.

Argana tidak yakin akan dapat memperoleh keterangan yang jelas saat melihat keadaan terguncang kedua gadis ini. Akhirnya dia berkata, "Sebaiknya kalian menenangkan diri lebih dulu dan setelah ini aku akan menemui kalian kembali untuk meminta keterangan."

Jovita buru-buru mengangguk, kemudian menarik Richa untuk pergi dari sana.

"Jaga mereka," perintah Argana pada salah seorang bawahannya.

"Baik, Pak." Romi mengangguk dan mengikuti kedua gadis itu.

"Argana," panggil sebuah suara dari pintu gudang.

Argana menoleh dan dilihatnya Ranu memberikan isyarat kepadanya untuk mendekat. "Ada apa?" tanya Argana.

"Lihat sendiri."

Argana mengernyit saat dia mendekat ke arah mayat. Pose tubuh itu mengikuti cetakan pola dari posisi Aran sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah luka di kepala mayat ini telah membuatnya kehilangan banyak darah, di mana itu sekarang mengalir dan mengering di sekitarnya.

Asphodel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang