Pagi itu saat Aruna turun dari mobil Kyra, dia bertemu dengan Gina yang baru saja akan mendorong motornya melewati gerbang. Pihak lain juga melihatnya, jadi Gina melambai dan menunggu Aruna, hanya untuk melihat seorang pria ikut turun dari mobil dan mendekati temannya.
Kyra melirik ke dalam sekolah sebentar dan memeluk Aruna singkat. Awalnya ia ingin menciumnya juga, tapi melihat senyum di sudut bibir Aruna, Kyra yang masih sayang nyawa dan menunggu pembagian harta warisan akhirnya mundur. "Aku akan menjemputmu sepulang sekolah," ujarnya.
Aruna mengangguk. "Oke."
Setelah menepuk kepala adiknya, Kyra masuk kembali ke mobil. Pria itu melambai dari jendela, sebelum pergi dari sana.
Ketika Aruna menoleh, dia melihat Gina berdiri seperti patung bersama motornya. "Apa yang kamu lakukan berdiri di sana?"
"Menurutmu kenapa?" Gina melirik ke arah di mana mobil barusan menghilang dan bertanya, "Siapa itu?"
"Kakakku," jawab Aruna. Melihat mata temannya melebar, Aruna bisa menebak pikirannya dan langsung berkata, "Jangan pikirkan itu. Kamu terlalu polos untuk mendekati pria sepertinya. Dari luar dia memang terlihat sopan, tapi itu hanya pria busuk di dalam."
Gina sangat terkejut karena Aruna tidak segan membongkar sifat saudaranya sendiri. Sambil mendorong motor dia bertanya, "Apakah ini hal legendaris tentang 'binatang buas berkulit manusia' yang waktu itu kamu katakan? Jadi kamu ternyata berpengalaman." Gina mendesah.
"Menurutmu bagaimana aku tahu?" kata Aruna.
Ketika mereka melewati ambang gerbang, ada tiga guru piket yang berdiri bersama satpam di sana. Keduanya, bersama dengan siswa lain menyapa mereka semua.
Aruna yang melihat Sina berdiri sambil menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan bagi orang lain, melempar senyum ramah. "Selamat pagi, Bu Sina," sapa Aruna.
Sina hanya mengangguk, sebelum memalingkan kepalanya lagi.
Gina mengernyit melihat itu. Dia terus saja merasa bahwa Sina ini tidak suka pada Aruna, padahal temannya tidak pernah melakukan kesalahan apa pun. Tentunya ini adalah Sina yang membenci orang tanpa dasar. Akibatnya, Gina juga memiliki sedikit ketidaksukaan alami terhadap guru tersebut, berpikir bahwa orang yang mengucilkan orang lain tanpa alasan sangat menjengkelkan.
Saat mereka istirahat siang, Gina yang menarik Aruna untuk menemaninya ke kamar mandi berkata, "Apakah menurutmu Bu Sina itu agak aneh?"
"Kenapa kamu berkata begitu?" Aruna sedang membalas pesan Kyra ketika dia mendengar Gina bertanya.
"Entahlah, aku hanya merasa sepertinya dia tidak terlalu suka padamu."
"Aku bukan uang, tidak semua orang harus suka padaku," jawab Aruna gampang.
"Bukan seperti itu!" Gina mengibaskan air dari tangannya sebelum kemudian mengeringkannya dengan tisu yang dia bawa. "Hanya saja aku merasa, dia seperti menolakmu. Lihat saja tingkahnya selama di kelas, bukankah dia sering memanggil namamu untuk menjawab soal yang sulit? Jika bukan karena kamu bisa menjawab semua pertanyaan itu, aku pikir dia mungkin akan mempermalukanmu di depan kelas."
"Sudah aku katakan, mungkin dia iri padaku."
Gina mendecakkan lidahnya. "Tapi aku pernah melihatnya bertingkah sangat 'baik' sekali." Dia tahu Aruna tidak akan berinisiatif untuk bertanya dalam gosip seperti ini, jadi Gina hanya langsung mengatakan, "Hari itu aku baru saja mengembalikan buku ke perpustakaan, aku melihat Bu Sina dan Pak Ares sedang berbicara bersama. Mereka tertawa dan bercanda, terlihat sangat akrab."
"Itu normal. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan Pak Ares ada di peringkat nomor 5 dalam daftar lelaki tertampan di sekolah ini?" Aruna menyimpan ponselnya dan menatap bayangannya sendiri di cermin, lantas merapikan sedikit rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asphodel ✓
Mystery / ThrillerAruna baru saja pindah ke SMA Nusantara ketika kasus pembunuhan terjadi di sana dan melibatkan teman-teman sekelasnya. Awalnya mereka mengira itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya, tetapi kemudian serangkaian pembunuhan berantai pun terjadi s...