Saat Argana bangun, tidak ada siapa pun di dalam kamar itu. Ia menyalakan kembali ponselnya dan bangkit, memungut pakaian yang ada di lantai sebelum berjalan keluar sambil mengancingkan kemeja yang kusut. Mengikuti suara yang terdengar, ia berjalan ke arah lain dan melihat Aruna berdiri di depan mesin kopi.
Mendengar suara langkah kaki, Aruna berbalik. "Kopi?" tanyanya.
Argana mengangguk dan duduk di salah satu kursi meja makan, menatap ke arah piring berisi sarapan yang masih hangat.
Ketika cangkir kopi diletakkan di samping, Argana mencium aroma khas dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Hanya sedikit susu yang ditambahkan, jadi rasa kopinya sangat kental dan membuat Argana semakin terjaga. Ia melirik Aruna, mendapati wanita itu sedang memakan sarapannya dengan santai.
"Kamu benar-benar ada di Philadelphia selama ini?" Argana mengeluarkan pertanyaan yang tidak sempat ia tanyakan tadi malam.
"Ya," jawab Aruna.
Sendok di tangan Argana berhenti sebentar. Itu benar-benar tidak terduga, karena informasi yang ia temukan Aruna jelas menuju ke tempat lain. Tidak ada yang tahu apa niat Aruna untuk pergi ke Selandia Baru sebelumnya, jadi tanpa tujuan jelas ini, semakin sulit untuk menemukannya. "Moiz membantumu bersembunyi?"
Meskipun Argana tidak mengatakannya kepada orang lain, tapi ia memiliki keyakinan tinggi jika Moiz adalah Dis Pater. Adapun jejak Aruna yang hilang, tampaknya juga karena Dis Pater yang membantunya membersihkan itu semua. Akan tetapi, sayang sekali Argana tidak bisa menemukan orang itu di mana pun. Seolah-olah ketika Aruna pergi, Moiz juga menghilang dari dunia.
"Benar." Aruna tidak menyembunyikannya sama sekali.
"Dia juga pergi bersamamu?"
"Tidak, dia tetap di sini."
"Kalau begitu dia sangat pandai bersembunyi, tidak heran dia juga begitu mampu menutupimu." Argana mendengkus.
Aruna tersenyum, tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa Arius membantu mereka. Lagi pula, ini sudah hampir akhir perjanjian dan tidak ada gunanya melibatkan Arius, terutama di saat pihak lain awalnya membantu mereka.
Ketika keduanya selesai makan dan Aruna sedang membersihkan piring, ponsel Argana yang ada di kamarnya berbunyi. Pria itu pergi mengambilnya dan melihat siapa yang menelepon dengan tatapan mencibir, seolah-olah sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan pihak lain.
"Apa itu?" jawab Argana.
"Kawan, apakah kamu sudah tahu jika Aruna bekerja sebagai profiler kriminal?!" Ranu berseru dengan semangat dari seberang. "Dia bahkan menyelesaikan kasus 'Bunga Arsenik' itu!"
"Aku tahu." Argana menjawab sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang, mengabaikan kekacauan yang ada di sana.
"Kamu sudah tahu?" Ranu terdiam sebentar, kemudian memikirkan sesuatu. "Itu benar, beritanya sangat heboh, tidak mungkin kamu belum melihatnya. Kamu juga pasti menonton acara Mysterium malam itu? Apakah kamu sudah bertemu dengan Aruna?"
Ranu telah mengurung diri selama dua hari di lab-nya dan memutus segala macam komunikasi untuk menyelesaikan sebuah autopsi penting, jadi dia terlambat mengetahui kabar ini. Hanya ketika tadi pagi Ranu keluar dari guanya dan melihat-lihat berita dunia apa yang mungkin ia lewatkan, pria itu kaget saat melihat wajah tidak asing muncul di beberapa berita. Berpikir bahwa Aruna sudah kembali, Ranu tidak sabar untuk menghubungi temannya.
"Ya, kami bahkan memiliki percakapan yang panjang tadi malam."
Ada hening dari seberang untuk beberapa saat. "... Hahaha! Selamat karena sudah bebas dari hidup selibat saudaraku! Baik, ayo bertemu lain kali dan ajak Aruna juga!" kata Ranu dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asphodel ✓
Misterio / SuspensoAruna baru saja pindah ke SMA Nusantara ketika kasus pembunuhan terjadi di sana dan melibatkan teman-teman sekelasnya. Awalnya mereka mengira itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya, tetapi kemudian serangkaian pembunuhan berantai pun terjadi s...