Jeno kembali masuk ke dalam rumah Jaemin untuk mencari keberadaan Donghyuck dengan terburu-buru. Pria itu mengedarkan pandangannya dan berjalan menyusuri rumah besar itu dan berharap menemukan pemuda manis yang dia rindukan itu secepatnya.
Beberapa tamu masih belum pulang. Sebagian besar masih mengobrol ringan.
Jaemin yang melihat sosok Jeno dan wajah kebingungannya menghampiri pria itu. "Ku pikir kau pulang bersama istrimu" Katanya terheran. Sebab tadi Karina sudah pamit untuk pulang.
"Tidak. Katakan dimana Donghyuck?" Kata Jeno tak sabar.
Jaemin tersenyum. "Oww dia.... tenang saudaraku. Dia menginap dirumah ini atas permintaan Renjun. Jadi kau tak perlu sepanik itu untuk mencarinya"
Jeno menghela nafasnya lega. Rahangnya yang mengencang perlahan mengendur.
"Aku tau kalian memiliki perpisahan yang buruk. Kau memiliki hutang maaf padanya, jelaskan alasan mengapa kau menikahi Karina dan biarkan dia menjelaskan alasanya meninggalkan mu. Tapi tolong biarkan dia sendiri. Sudah saatnya bagi kalian untuk berdamai dengan masa lalu dan berjalan masing-masing. Kalian berhak bahagia meskipun tidak bersama. Dan jangan sampai kalian menyimpan dendam" Kata Jaemin menasehati. Dia tau cerita dari sudut pandang Jeno dan Donghyuck tentang perpisahan mereka. Namun sejak dulu dia bungkam. Hubungan mereka terlalu rumit dengan orang tua yang terlalu ikut campur dan ikut andil besar. Jadi dia memilih untuk diam dan mengamati. Bukan bermaksud tak ingin membantu tapi dia memang tak bisa.
Jeno menepuk pundak Jaemin sekali sebelum pergi menuju ke kamar yang kemungkinan Donghyuck tempaati. Tepatnya di lantai dua rumah. Jaemin memiliki beberapa kamar tamu di rumahnya.
Dia membuka salah satu pintu kamar tetapi kosong, dia hendak menutup pintu itu sebelum kemudian dia berniat untuk mengeceknya kembali.
Jendela yang mengarah ke balkon luar yang menghadap ke belakang rumah, terbuka dengan lebar. Jeno dengan tanpa permisi masuk kedalam kamar untuk melihat keluar balkon.
Jantungnya berdegup dengan kencang ketika melihat sosok yang ia cari berada disana.
Lelaki itu tampak cantik dengan pencahayaan yang minim, lampunya di biarkan mati. Dan pemuda itu sedang berdiri bersandar pada dinding sambil menghisap sebatang rokok. Matanya memandang lurus ke depan, tepatnya ke hamparan langit yang tampak indah. Malam ini, Bulan sedang bersinar penuh dan bintang bertaburan di langit yang gelap.
Sejak kapan Donghyuck merokok?
Pria berperawakan mungil itu sama sekali tak menyadari keberadaannya. Dia seperti sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Donghyuck" Panggil Jeno lembut, berharap pria yang dia panggil tidak terkejut dengan kedatanganya yang tiba-tiba.
Jeno tak menyangka, suaranya bisa terdengar sedikit bergetar.
Dia bukan pria yang emosional untuk perasaan-perasaan seperti ini. Tetapi kali ini rasanya berbeda. Dia seperti pria lemah.Di tempatnya Donghyuck terperanjat, membesarkan matanya dan langsung menoleh ke sumber suara. Alangkah terkejutnya pria itu hingga wajahnya langsung memutih.
"Jeno? Kau kah itu?" Balas Donghyuck tak percaya.
Jeno tak menjawab, namun ia berjalan dengan langkah hati-hati dan penuh keyakinan untuk membawa dirinya semakin dekat dengan Donghyuck. Memastikan dia sedang tidak bermimpi.
Donghyuck menelan ludahnya gugup, dia menghisap kembali rokoknya dan menghembuskan asapnya kearah Jeno. Tepat ke depan wajah pria itu.
"Apa yang kau lakukan disini? Menerobos masuk kamar ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin And Madness [NoHyuck]
RomanceSelama pernikahannya dengan Karina, Jeno tak pernah merasa bahagia. Ikatan pernikahan itu tidak lebih hanya pernikahan diatas kertas yang menyatukan dua keluarga pebisnis besar hanya untuk sebuah reputasi. Jeno tak menginginkan semua itu, tetapi per...