VII. Suspicion

1.6K 103 2
                                    

"Tinggalah bersamaku" Kata Jeno di suatu sore.

Pria itu menggengam tangan kecil Donghyuk dan mengecupnya.

Donghyuck terkikik geli, dia mengusap wajah Jeno yang tampak memelas seperti anak anjing.

Wajah yang jauh berbeda dari yang selalu ia tunjukkan kepada orang lain.

Mereka berdua sedang menikmati teh di ruangan kaca penthouse milik Jeno yang diisi beberapa tanaman hias yang hijau, lebih tepatnya taman buatan di lantai tinggi di tengah perkotaan.

Sengaja Jeno minta pada arsiteknya, dia membutuhkan ruangan yang tenang dan sejuk dengan pemandangan hijau untuk meredakan stresnya.

Dan itu menjadi tempat favorit Donghyuck untuk menghabiskan banyak waktu terutama menjelang malam, langit cerah akan terlihat bersama bintang-bintang yang menghiasinya.

Jeno pulang lebih awal dari kantornya hari ini, jadi dia bisa menghabiskan banyak waktu bersama Donghyuck.

"Aku tak bisa, aku akan pulang beberapa hari lagi"

"Donghyuck, aku tak mau, aku tak akan melepaskan mu. Tinggalah bersamaku" Ucap Jeno lagi, pria itu memohon. Walaupun sebenarnya dia tetap akan memaksa Donghyuck tinggal bersamanya apapun yang terjadi.

"Kenapa kau berkata begitu? Bagaimana dengan istrimu?" Tanya Donghyuck dengan alis terangkat. "kau mengkhianatinya"

"Jangan bicarakan dia ketika kita bersama dia sama sekali tak penting untuk ku " jawabnya dingin.

Donghyuck menghela nafasnya. Dia tak tahu kehidupan pernikahan seperti apa yang Jeno dan istrinya jalankan sebenarnya. Bahkan pria itu sudah tak pernah pulang kerumahnya sejak ia tinggal di penthousenya.

"Kau tak mencintainya"

"Tentu saja tidak. Aku selalu mencintaimu"

"Padahal dia sangat sempurna. Aku sangat iri kepadanya"

"Aku mengakui hal itu. Dia wanita sempurna. Tapi dia bukan orang yang aku inginkan"

"Kau cinta mati kepadaku huh?" Goda Donghyuck sambil menaik nurunkan alisnya.

"Entahlah, apa yang kau lakukan padaku Donghyuck? Apa kau memiliki ilmu sihir"

"Ya aku memang menyihir mu" jawabnya sambi tertawa ringan.
"Sejujurnya aku juga merasakan hal yang sama"

"Maka dari itu tinggalah bersamaku"

Donghyuck tak menjawab apapun, dia menatap mata Jeno yang bersinar di bawah siraman cahaya matahari sore yang kekuningan pria itu tampak terlihat tidak nyata.

Dia beruntung memiliki pria tampan itu disisinya meskipun salah. Dan dia menjadi lebih serakah.

Donghyuck tiba-tiba memiliki ide yang sangat nakal. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Jeno.

Mengambil tempat di pangkuan pria itu. Kemudian Jemari mungilnya terangkat untuk menyentuh wajahnya dengan sentuhan ringan, menyusuri setiap sudut tajam dan kemudian menyeringai.

"Apa keuntungannya aku tinggal bersamamu?" Bisiknya pelan, ia sengaja meniupkan udara yang t
hangat menggelitik telinga Jeno dan mampu menegangkan seluruh syarafnya.

Perlu di ketahui, setiap hari Jeno dan Donghyuck melakukan sex tiap kali mereka memiliki kesempatan. Seperti hewan yang berada pada musim kawin. Seolah tak ada habisnya dan tak ada puasnya.

Donghyuck sendiri merasa kewalahan melayani nafsu Jeno. Pria sehat bugar dan penuh gairah itu memang menumpahkan hasratnya sepenuhnya kepada karena kebutuhan biologisnya pada masa subur dan produktifnya jarang terpenuhi. Dia tak pernah melakukan sex kecuali dengan istrinya dan itupun sudah lama.

Jadi ketika bersama Donghyuck dia seperti hewan buas yang sangat lapar.

Donghyuck kerap kali hanya bersikap pasrah saat ditidurinya. Seperti tak memiliki pilihan untuk menolak saja. Dan melihat ia memulai dengan menggodanya terlebih dahulu adalah hal pertama kali bagi Jeno.

Jeno jadi begitu bersemangat saat Donghyuk menggerakan pinggul di pangkuannya. Tetapi dia berusaha terlihat tenang meskipun tatapan matanya berubah dan sesuatu mengeras di bawah sana.

"Apapun Donghyuck. Apapun yang kau inginkan" Geram Jeno.

"Aku akan memenuhinya" lanjutnya tak sabar.

Donghyuck menyeringai. Terlintas di benaknya untuk meminta pria itu menceraikan istrinya.

Tetapi dia akan meminta hal itu lain kali.

"Baiklah aku akan meminta sesuatu. Aku ingin kau melindungiku dan keluarga ku dari ancaman keluarga mu. Jika perselingkuhan mu denganku tiba-tiba terungkap. Aku yakin orang tua mu tak senang jika tau"

"Tentu saja" Jawab Jeno singkat, pria itu menyembunyikan wajahnya pada Ceruk leher Donghycuk. "Ada lagi?"

Donghyuck terkikik geli. Dia kemudian menuntun tangan Jeno untuk menyusup kedalam celana dalamnya dan meminta pria itu menyentuh lubangnya yang sudah basah.

"Masuki aku" pinta Donghyuck dengan wajah memelas dan mata berkaca-kaca. "Masuki aku hingga aku merintih dan tak bisa berjalan"

"Kau sangat nakal" Ucap Jeno dengan suara rendahnya.

Suara yang mampu menggetarkan tulang punggung siapapun yang mendengarnya..

Donghyuck mendengung senang Saat Jeno menusukan jari tengahnya tanpa aba-aba. Dia meletakan wajahnya di bahu lebar Jeno dan memeluknya dengan erat.

Jeno merasa ini akan berakhir panjang dan nafsunya sudah berada di puncak. Tetapi hal tidak mungkin ia melakukan sex di tempat terbuka seperti ini apalagi asisten rumah tangganya bisa melihat mereka kapan saja jika lewat, atau orang dari gedung sebelah.

Jadi Jeno menggendong Donghyuck untuk melanjutkan aktivitas panas mereka di dalam. Dimanapun asal Donghyuck hanya boleh terlihat oleh sepasang matanya.

***





"Nyonya, tuan sudah pulang dari kantor sejak sore hari, dia juga tak memiliki proyek lain untuk di kerjakan. Beliau pulang ke penthousenya"

Karina mengangguk kaku mendengar laporan dari anak buahnya. Dia meminta salah satu anak buahnya untuk mengawasi gerak-gerik suaminya.

Karina tak pernah melakukan hal itu sebelumnya tetapi sejak Pria itu tak pulang kerumah, firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.

Dia sudah mencoba menghubungi suaminya lewat pesan dan juga telepon dan semua di abaikan. Dia belum ingin turun langsung mengunjungi Jeno ke penthousenya ataupun ke kantornya.

Sungchaan sebagai sekertaris pribadi Jeno juga tak bisa dia andalkan. Bahkan hanya sekedar untuk menitipkan pesan.

"Tidak pernah ada yang mengunjungi penthousenya nyonya" kata anak buahnya seperti memahami isi kepala cantik bos-nya.

Karina berbicara dengan wajah muram. "Dapatkan informasi dari orang dalam di penthousenya. Aku yakin Jeno menyembunyikan sesuatu. Sogok mereka atau apapun" katanya seperti frustasi.

Wanita itu terlihat menyedihkan karena berharap pernikahan mereka akan tetap berjalan dan berhasil. Seolah memiliki harapan.

Namun, egonya terlalu tinggi, dia ingin Jeno mencintainya meskipun ia tahu pria itu bukan orang yang tepat untuknya.

Padahal beberapa orag yang tahu persis cerita mereka pasti akan menyarankan perceraian, Karina berhak di cintai dan di hargai karena dia berharga. Tidak ada ruginya bercerai dengan pria yang tak mengetahui caranya memperlakukan istri dengan benar apalagi mereka belum memiliki anak.

Rugi apabila menghabiskan hidup hanya untuk bertahan dengan seseorang yang tak tepat.

Umur seseorang tidak ada yang tahu dan setiap orang memiliki hak untuk bahagia.

"Aku siap untuk kemungkinan terburuknya. Dia berselingkuh" Ucapnya dengan lantang.

Nafasnya memberat, diam -diam dia memiliki rencana lain jika Jeno benar-benar berselingkuh.

Setelah menatap pemandangan dari lantai dua rumahnya yang besar dan mewah seperti istana. Karina memutuskan menelpon winter. Dia merasa perlu bersenang-senang untuk mengalihkan pikirannya.

Beruntung winter merespon dengan baik. Mereka sepakat untuk minum bersama.

Sin And Madness [NoHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang