Cascade

477 73 6
                                    

"Selamat pagi Gojo Senpai," Megumi mengucapkan salam sembari sedikit membungkukan tubuhnya. Dan sama seperti yang terjadi di kemarin-kemarinnya. Satoru membalasnya pula dengan sapaan, "Pagi," dengan singkat.

Sudah hampir seminggu----sekarang hari Jumat dan Sabtu sekolahan libur. Mereka yang dikabarkan pacaran masih cuman menyapa satu sama lain apabila mereka kebetulan berpapasan di tengah koridor sekolah atau di tengah jalan menuju ke sekolah.

Megumi sangatlah berbeda dengan mantan-mantannya yang dulu. Satoru sampai gagal memahaminya. Sebenarnya apa tujuan Megumi mengajaknya berpacaran kalau pada akhirnya mereka hanya akan menyapa satu sama lain, cuma seperti tetangga sebelah rumah yang kadang kebetulan bertemu.

Megumi memang tidak pernah mengajaknya berbicara selain menyapanya, tetapi caranya menatap Satoru tak berbohong. Caranya menatap Satoru sangatlah lembut. Jadi tak mungkin pemuda itu berbohong dan mengajak pacaran hanya karena kalah Game atau sekedar mengerjai kakak kelasnya.

Karena Megumi sekali pun tak pernah mengganggunya. Satoru membiarkannya saja. "Aku masih belum berniat memutuskannya," demikian jawabnya setiap kali ada orang yang menanyakan pacar barunya itu-----yang kebanyakan adalah para perempuan yang ingin mendekatinya sekaligus berusaha membuat Satoru memutuskan Megumi.

Setidaknya pacaran dengan Megumi sangatlah praktis. Dia bisa membuat alasan agar para perempuan menjauhinya. Walaupun kenyataannya sangatlah jauh dari alasan tersebut. Dia tidak pernah janjian kencan dengan Megumi. Tetapi alasan tersebut sangat ampuh untuk menolak perempuan-perempuan yang mengajaknya pulang bersama.

Setiap kali Satoru memakai kebohongan yang sama. Suguru akan berkomentar, "Suatu hari nanti kau pasti ditusuk perempuan." Tiada yang lebih menakutkan ketimbang dendam wanita. Mungkin saja ada salah satu mantan Satoru yang mengutuknya agar matinya tragis atau semacamnya.

Dan Satoru selalu menertawakan ucapan temannya atau mendengus remeh kepadanya.

Dia memang bukan lelaki baik-baik yang jujur dan yang katanya selalu rajin menabung itu. Seperti yang dikatakan para Haters-nya. Orang sepertinya cuma wajah dan kaya saja sisanya sampah. Satoru tidak pernah berusaha menyembunyikan kejelelekannya. Salah mereka yang selalu terbutakan oleh penampilan maupun kekayaannya.

Satoru percaya dirinya pandai membaca tabiat orang lain. Biasanya kesan pertamanya terhadap seseorang selalu tepat sasaran. Para perempuan yang mendekatinya selalu mudah di bacannya. Tetapi hanyalah Megumi seorang yang membuatnya bingung. Bahkan Shoko dan Suguru jauh lebih mudah dibaca ketimbang pemuda pendiam tersebut.

Kebingungannya pun akhirnya memuncak ketika tanpa sengaja Satoru bertemu dengannya di perpustakaan.

Hari telah menjadi sore, yang masih tertinggal di area sekolah hanya anak-anak yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Bahkan penjaga perpustakaan sudah pulang. Di dalam ruangan penuh buku tersebut hanya tersisa pemuda bersurai hitam kelam yang dengan tenang membaca sebuah buku di bangku di sebelah jendela yang terbuka.

Angin sepoi-sepoi menyapu lembut surai hitam jabriknya, langit senja menyinari kulit putihnya. Matanya yang sebiru lautan berfokus pada buku di tangannya, membaca setiap tulisan di bawah bayangan rambutnya dengan penuh hayat.

Pemandangan tersebut seolah muncul dari dalam Novel. Satoru tanpa sengaja menahan nafasnya untuk sesaat. Demi mengagumi ruangan remang yang hanya dihuni oleh pemuda tampan bernama Fushiguro Megumi.

Entah berapa menit yang telah diluangkannya selama Satoru mengamatinya. Sampai akhirnya dia di sadarkan oleh suara pemuda tersebut.

"Selamat sore Gojo Senpai," Megumi menyapanya. Buku masih ditangannya. Tetapi dia masih menyempatkan dirinya untuk menyapa dan menoleh pada pujaan hatinya.

Harusnya bukan pujaan hati lagi kalau mereka pacaran? Jujur saja. Satoru tak tahu bagaimana harusnya dia mendiskripsikan hubungan mereka.

Satoru tak langsung membalasnya. Dia menekan tombol saklar di belakangnya terlebih dahulu dan menunggu sampai lampu ruangan menyala. Sebelum bertanya, "Kenapa kau masih belum pulang?"

"Eh!?" Megumi pun nampak sedikit terkejut, mungkin tak menyangka Satoru akan mengajaknya berbicara duluan. Berlahan wajahnya pun mulai bersemu pink. "Karena besok sabtu. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan buku ini," jawabnya kemudian seraya tersenyum pada buku di tangannya.

"Senpai sendiri?" tanyanya balik sambil memberikan tatapan heran. Megumi sering menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah. Seingatnya Satoru bukan tipe murid yang suka mendatangi perpustakaan.

"Hari ini katanya Mai-san ada urusan. Jadi dia menitipkan kunci perpustakaan padaku," terangnya setelah dia menyadari sebuah buku ditangan Satoru. "Kalau Senpai mau mengembalikan buku. Aku bisa membantumu mencatatnya," tawarnya lalu mendatangi meja administrasi di sebelah Satoru berdiri. Seolah berada di rumahnya sendiri. Megumi sudah tahu dimana semua letak buku catatan dan peralatan tulis berada.

"Apa kau sering membantu di perpustakaan?" tanya Satoru setelah meletakan bukunya di atas meja.

Megumi terkekeh pelan sebelum menjawabnya, "Mereka selalu mengataiku penghuni perpustakaan. Aku bukan pengurus perpusatakaan cuma kadang-kadang aku membantu kakak kelas pengurus. Seperti hari ini......" Megumi menerangkan sambil menulis catatan pengembalian buku.

Satoru hanya berdehem untuk membalasnya seraya terus memperhatikan pemuda tersebut. Hari ini pertama kalinya mereka berbicara panjang-----melakukan komunikasi sungguhan, bukannya hanya sekedar menyapa. Bahkan ini pertama kalinya mereka berada sedekat ini. Mereka hanya dipisahkan oleh meja pembatas.

Dari tempat Satoru berdiri, samar-samar dia bisa melihat betapa lentiknya bulu mata Megumi. Dia juga menemukan rona merah di telinga dan pipi pemuda tersebut. Tanpa sadar Satoru pun tersenyum kecil sambil berpikir betapa mengemaskannya pemuda tersebut.

"Hei berikan aku nomor hapemu," pinta Satoru secara mendadak. Setelah ruangan tersebut hening senyap. Permintaan mendadak tersebut bagaikan bom yang meledak begitu saja di wajah Megumi.

"......kenapa senpai menginginkannya?" tanya Megumi sambil sedikit mendongak. Wajahnya memerah padam. Satoru tidak bisa menahan senyumnya ketika tatapannya bertemu dengan mata berkaca-kaca bagaikan anak anjing yang dibuat Megumi.

"Apa yang kau katakan? Kita pacaran kan?" jawab Satoru sambil mengadahkan tangannya. "Cepat berikan hapemu padaku," pintanya sedikit lebih memaksa.

Awalnya Megumi ragu-ragu memberikan ponselnya. Tetapi setelah melihat nomor Satoru berada di dalam daftar kontaknya. Pemuda tersebut tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, kedua matanya bersinar-sinar seperti anak kecil.

"Te-terima kasih senpai....."

"Iya ya. Sama-sama," balas Satoru yang kemudian tanpa sadar menggerakan tangannya untuk mengusap puncak kepala Megumi. Dia sendiri terkejut atas tindakannya sendiri tetapi akhirnya dia melanjutkannya. Mengusap kepala Megumi lalu sampai mengecup pipinya.

"Mulai minggu depan ajak aku makan siang atau semacamnya. Setidaknya bertingkahlah sedikit seperti pacarku," Satoru berkata setelah dia selesai menyentuh Megumi.

".....aku boleh melakukannya?" tanya Megumi yang lagi-lagi meragukannya.

"Selama kau mengikuti peraturan. Aku tidak masalah mengikuti kemauanmu."

To be Continue 

One Week LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang