Cool Down

341 52 6
                                    


Sudah beberapa hari Megumi menolak ajakan pulang bersamanya. Kekecewaan Satoru kian menumpuk dari hari ke hari, begitu juga omelannya. Suguru juga sampai ikut-ikutan menyalahkan kejahilan Shoko kapan hari yang kemungkinan besar adalah penyebab utama Megumi menjauhi Satoru.

Tetapi masih ada hal lain yang lebih menangkap perhatian Satoru. Semenjak Megumi menolak ajakan pulang bersamanya. Tak jarang Satoru menemukan satu atau dua bekas luka lebam di tubuh kurus Megumi. Karena yang ditanyai terus diam. Satoru pun bersabar menunggu keterangan Megumi. Tetapi sampai genap seminggu luka-luka tersebut bukannya berkurang tapi malah terus bertambah.

Satoru sudah tak tahan lagi. Begitu pulang sekolah Satoru langsung menghampiri Megumi dan menariknya ke belakang sekolah. Tali kesabarannya seketika putus begitu ia melihat luka di sudut bibir Megumi. "Karena ini kau jadi tidak mau makan bersama ku waktu istirahat tadi?" tanyanya seraya memojokan Megumi ke tembok. Menahannya sekaligus memastikan agar adik kelasnya yang manis itu tidak kabur lagi seperti hari-hari sebelumnya.

Namun Megumi nampak tak bergeming. Pemuda itu sepertinya tak merasa terintimidasi oleh amukan kakak kelasnya. ".....aku cuma tidak ingin membuat senpai cemas," jawabnya datar.

Satoru pun langsung mencengkram dagunya. "Megumi! Apa yang lakukan selama beberapa hari ini?" Satoru mengintrogasinya tanpa peduli Megumi meringis kesakitan di bawahnya. "Siapa yang melakukannya? Kenapa kau tidak mengatakan apapun?"

"...se-senpai tolong tenang dulu." Megumi masih tak ingin menjawab. Dia berusaha mendorong Satoru akan tetapi usahanya tak berhasil. Megumi sampai sempat terdiam karena tak menyangka kakak kelasnya sekuat ini.

"Bagaimana aku bisa tenang!?" bentak Satoru. Wajah si albino itu memerah bagai kepiting rebus. "Kau pacar ku kan? Kau pikir aku akan membiarkan orang yang menyentuh punyaku hidup begitu saja?" Suaranya lalu melirih seperti berbisik dengan nada mencekam.

Megumi tak menyangka Satoru akan semarah ini. Dia tercengang tetapi kembali memberikan raut wajah datar seketika ia mengingat lelaki macam apa yang sedang ia pacari. Satori tipe lelaki yang masih bisa berciuman dengan orang lain walau sudah janjian bertemu dengan pacarnya.

Lagipula hubungan mereka bukanlah hal yang wajar. Dari alasannya menyukai Satoru ataupun bagaimana ia meyakinkan kakak kelasnya tersebut agar bersedia menjalin hubungan dengannya. Terlebih lagi Satoru bukan Gay.

"....Gojo senpai," Megumi memanggil lalu kali ini mendorong Satoru dengan lebih serius. "Aku senang senpai mengkhawatirkan ku. Tetapi sebagaimana aku menghormati peraturanmu. Seharusnya kau juga melakukannya. Karena itu adalah peraturan yang kau buat sendiri," ujarnya.

"Ha? Apa maksud--" Sebelum Satoru kembali membentak. Suaranya tercekat seketika ia menyadari apa maksud Megumi. "Bagaimana bisa aku tidak ikut campur kalau aku tahu keamanan mu terancam?" tanyanya kemudian. Dia jadi sangat kecewa sekarang sampai ingin menangis karena frustasi.

Awal Satoru tertarik pada Megumi cuma sekedar karena pemuda itu telihat berbeda dari yang lain.

Saat semua orang ingin memanfaatkannya dan mencari muka di depannya. Dia yang setiap hari di kerumuni orang-orang yang mengincar penampilan dan kekayaannya. Mereka akan secara bergantian membujuk dan memberikan berbagai sanjungan semanis madu agar dia melakukan apa yang mereka harapkan.

Tetapi Megumi selalu jujur. Dia dapat secara terang-terangan mengatakan apa yang diinginkannya tanpa merasa perlu berlebihan memuji-mujinya. Terlebih lagi Megumi tak pernah menaruh harapan apapun padanya. Setiap kali mereka bertemu dan berbicara, mata Megumi seolah menatapnya dari kejauhan. Megumi adalah seseorang yang kapanpun siap berpisah dan besoknya dengan mudah akan bertingkah seperti hubungan mereka tidak pernah terjadi.

Tak perlu ditanya Megumi adalah seseorang yang sangat sempurna seolah dia muncul hanya untuk memenuhi setiap kriterianya. Andai Megumi perempuan. Satoru pasti akan langsung mengadakan acara pertunangan dan menikahinya begitu lulus SMA. Walaupun Megumi adalah keturunan Zenin sekalipun.

Satoru selalu menyayangkan kenyataan Megumi adalah laki-laki. Mau bagaimana pun dia menyukainya. Keadaan sosialita yang hanya mementingkan hubungan pria dan wanita tak akan pernah berubah. Sebagai figur sosial Satoru tak sanggup melewati jalan yang sama dengan Megumi yang begitu jujur akan seksualitasnya.

Megumi adalah anak yang pintar. Dia pasti bisa menerawang jalan pikirannya. Sangat wajar apabila Megumi tak mengharapkan apapun darinya. Memang benar pasangan seperti Megumi yang selama ini dicarinya. Namun sekarang semuanya terasa sangat berbeda. Ini menyakitkan....sangat menyakitkan.

Sekarang Megumi yang menyembunyikan sesuatu darinya bahkan menganggapnya tak bisa diandalkan. Melihat Megumi sekarang membuatnya ingin mengurung dan merantai pemuda itu di suatu tempat yang cuman dirinya seorang tahu.

Tetapi semua hasrat gelap tersebut seketika dilenyapkan oleh tatapan dingin Megumi. Mau bagaimana pun Satoru tidak ingin Megumi membencinya.

"Maaf...." ucap Megumi setelah Satoru terdiam cukup lama. Tatapan dinginnya jadi lebih melembut saat ia mengetahui betapa kecewanya Satoru mendengar permintaan maaf tersebut. Lalu dia berdehem dan memutuskan mengalah. Akhirnya dia tersenyum simpul dan berkata, "Setelah urusan di rumahku selesai. Aku janji akan pulang bersama senpai."

Mendengar alasannya. Lagi-lagi Satoru menarik pergelangan tangan Megumi. "Tu-tunggu! Kau bilang urusan di rumah? Kau punya masalah keluarga?" tanyanya yang kini mulai panik. Suguru bilang Megumi anaknya Toji. Jangan bilang bedebah yang beberapa hari ini melukai Megumi adalah si sialan Toji itu!?

Megumi tak kunjung menjawabnya. Pemuda itu jadi terdiam sejenak sambil mendongak melihat lelaki yang jauh lebih tinggi darinya itu. Sebelum akhirnya berkata, "Senpai tak perlu mengkhawatirkanku." ujarnya untuk kesekian kalinya hari ini.

TO BE CONTINUE 

One Week LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang