Di sana Megumi berdiri. Di balik penampilannya yang lusuh dan gaya berbicara yang kaku. Sosoknya seolah menciut. Dia terlihat rapuh, kepalanya tertunduk. Pemuda yang baru saja mendominasi mental setiap orang di sini. Kini Satoru hanya menemukan sosok seorang anak laki-laki yang kesepian dan ketakutan.
"Kecewa?" tanya Megumi.
Tentu pandangan Satoru terhadap Megumi telah berubah total. Dia adalah adik kelas yang selama ini dikiranya pemalu dan pendiam rupanya mewarisi kegilaan ayahnya.
Tetapi apakah dia kecewa? Lagipula apakah dia pernah mengharapkan sesuatu dari Megumi?
Keraguan menyelimuti sekujur tubuhnya. Satoru tidak mengatakan apapun. Dibandingkan mencari jawaban yang masih samar, dia lebih mencemaskan kondisi Megumi.
Satoru mengeluarkan sapu tangannya lalu mengulurkan tangannya untuk menyeka darah di wajah Megumi. Namun Megumi tak bisa menerima kebaikannya begitu saja. Pemuda itu mencengram pergelangan tangan Satoru lalu baru akan melepaskannya setelah si empunya menarik mundur tangannya.
Satoru tak memaksa. Dia mau menjaga jaraknya tetapi masih memberikan sapu tangannya pada Megumi. "Kau lebih mirip ayahmu ketimbang yang kukira," ujarnya.
Megumi lantas mendongak. Matanya bertemu dengan Satoru. Sinar matanya menunjukan kebingungan tetapi setelah itu dia mengangguk penuh pemahaman. "Ayahku? Kau mengenal Toji...." gumamnya. "Sepertinya kau sudah menyuruh orang menyelidikiku," imbuhnya kemudian menghela nafas secara berlahan.
"....aku tidak bermaksud menyembunyikannya. Toji dan aku, kami berdua tidak memiliki urusan dengan Zenin. Apalagi aku yakin kita berdua tidak berniat terus melanjutkan hubungan ini kan..."
Walau kesal tetapi Satoru tak membantah. Dia diam karena mulai paham. Sudah lama dia bertanya-tanya apa sebenarnya yang menarik dari Megumi. Jawabannya simpel. Ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang sangat cocok dengannya.
Walaupun mereka sepemahaman. Tetapi Satoru masih merasa agak sedih ketika mendengar Megumi juga tak berniat memperjuangkan hubungan mereka.
Mungkin dalam hati kecilnya Satoru berharap Megumi menjadi lebih egois dan memaksanya untuk tetap bersamanya. Seperti bagaimana pemuda itu meyakinkannya untuk menerima pengakuan cintanya walaupun mengetahui dia tidak pernah tertarik pada sesama jenis.
".....waktu kau bilang kau punya masalah di rumah. Kukira ayahmu memperlakukan mu dengan buruk," terang Satoru lalu berhati-hati mendekati Megumi. Tidak pernah dalam hidupnya dia mencoba menjelaskan diri pada pacarnya. Selama ini dia tidak pernah memperdulikan bagaimana pasangannya berpikir mengenai dirinya. Tetapi dengan Megumi sangat berbeda. Dia jadi tidak ingin terlihat buruk di depan Megumi. "Dan juga.....aku tidak pernah sekalipun kepikiran menyelidikimu. Aku selalu mempercayaimu. Suguru yang seenaknya sendiri melakukannya."
Selama penjelasannya. Megumi terus menatapnya dengan sepasang manik biru laut yang terlihat tenang tak beriak. Nampak manis dan menggemaskan persis seperti saat dia dengan berani mengatakan cintanya pada kakak kelasnya.
"Terima kasih," ucapnya lirih yang kali ini membiarkan Satoru membantunya menyeka mukanya. "Seperti yang kau bilang. Toji memang sekalipun tidak pernah memperlakukan kami dengan baik. Bahkan kemarin lusa. Setelah sekian lama akhirnya dia pulang dalam keadaan mabuk hanya untuk besoknya pergi lagi dengan membawa semua uang tabungan kita," keluhnya lalu menghela nafas berat dan memegangi kepalanya. Jadi pusing mengingat situasi financial mereka untuk bulan ini.
"Yah. Tapi dia dan rekan gengnya tak pernah menyentuh kita berdua. Bahkan beberapa dari mereka mengira suatu hari nanti diantara aku atau Tsumiki akan mewarisi kelompok tersebut," imbuhnya cepat sebelum Satoru naik darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Week Lover
FanfictionPairing: Gofushi Summary: Entah dosa besar apa yang pernah di perbuatnya di masa lalu, tetapi Megumi mendadak jadi tuli dan buta kalau sudah menyangkut keburukan pujaan hatinya yang merupakan kakak kelas 3. "Sebentar lagi para Senpai lulu. Setidak...