Insecurity

383 56 5
                                    


"Kenapa tidak kau akui saja? Kalau kau memang telah jatuh cinta padanya..." Ini sudah kedua kalinya Suguru mengingatkannya. Dibandingkan yang sebelumnya. Satoru kini jadi lebih perhatian terhadap peringatan sahabatnya tersebut.

"....kalau aku jadi menyukainya memangnya kenapa?" tanya Satoru sambil menatap risih Suguru. "Jangan bilang kau cemburu?" ujarnya malas lalu melonggarkan ikatan dasi sekolahnya.

"Cemburu padamu atau cemburu padanya?" Suguru mendengus sinis sambil bersedekap dada. Dia terus memperhatikan Satoru dari pojok ruangan. Tentu. Ini pertama kalinya ia mendapati Satoru sangat terobsesi pada seseorang selain dirinya. Wajar saja hal ini sedikit mengusiknya.

Satoru dan sifat kekanakannya tidak mau menjawabnya. Ia bersandar pada sofa sambil bersedekap dada, menolak untuk melihat ke arah Suguru yang sedang berjalan mendekatinya.

"....nih," tiba-tiba Suguru meletakan beberapa dokumen di atas meja. Kertas-kertas tersebut nampak familiar di mata Satoru. Setelah berhubungan dengan seseorang beberapa saat. Satoru akan selalu meminta Suguru untuk menyelidiki pasangannya. Namun kali ini dia tidak ingat telah menyuruh Suguru melakukan apapun.

"...apa maksudnya ini?" tanya Satoru. Di permukaan kulit pucatnya, kemarahannya membuat otot-ototnya mencolok. Dan Suguru pun tak perlu melihat raut wajah temannya itu untuk mengetahui suasana hatinya. "Setelah kau bersikeras membuatku mengaku menyukainya. Kau memberikan ku ini?" geram Satoru lalu barulah ia mendongak memelototi Suguru.

"Hmph..." Suguru lantas tersenyum simpul. Lalu dengan santainya ia duduk di sebelah Satoru sambil melepaskan dasinya. "Akhirnya kau mengakuinya huh," komennya dan meletakan dasinya di atas meja. "Kupikir sebaiknya kau memahami perasaan mu terlebih dahulu. Sebelum aku memberitahumi tentang latar belakang Fushiguro," terangnya kemudian.

"A-aku tidak bilang aku menyukainya!!" sangkal Satoru yang langsung tersipu. "A-ku cuma berpikir....kalau dia anak yang jujur. Makanya kita tidak perlu menyelidikinya...." gumamnya yang membuat Suguru menatapnya dengan jengah.

Tetapi Suguru tak menyalahkannya pula karna Satoru telah mengira apabila Megumi bisa dipercaya. Lagipula melihat betapa Satoru menyukai Megumi. Sebenarnya Suguru juga ingin mempercayai adik kelasnya yang manis itu. Namun sebagai putra satu-satunya keluarga Geto. Dia harus selalu memastikan Satoru lepas dari masalah apapun.

Keduanya sudah berteman semenjak mereka masih di sekolah dasar. Mereka tumbuh di lingkungan elit yang sejak dini sudah mengekang keduanya dengan berbagai skpektasi yang tak manusiawi. Khususnya terhadap Satoru yang berasal dari salah satu tiga keluarga terkaya di jepang.

Ayah Suguru bekerja sebagai seketaris pribadi ayah Satoru. Begitulah awal mula kedua anak tersebut saling mengenal. Mungkin karena mereka tumbuh di lingkungan yang serupa. Hasilnya, sampai sekarang keduanya masih berteman akrab. Maka karna itulah banyak orang berharap agar Suguru mengawasi tuan muda Satoru yang kerap kali membangkang.

Keduanya bagaikan satu koin yang berbeda sisi. Selain kenyataan mereka tidak terpisahkan. Apapun itu kesalahan yang dibuat Satoru maka Suguru akan terkena imbasnya. Namun setiap kesuksesan yang diraih Satoru bukanlah miliknya.

Karena persahabatan mereka. Suguru tak pernah menganggap kewajiban tersebut sebagai beban. Lagipula ketika Suguru bosan akan pekerjaan tersebut. Dia bisa kapanpun pergi mencampakan si bodoh Satoru.

Setidaknya sampai mereka lulus SMA. Suguru akan terus membantu Satoru. Dan siapa sangka beberapa bulan sebelum kelulusan. Satoru malah dihadapkan ujian cinta. Ini seperti mendadak mendapatkan proyek besar sebelum resign.

"Fushiguro Toji atau dengan nama aslinya Zenin Toji adalah ayah kandung Fushiguro Megumi. Marga Fushiguro di ambil dari nama keluarga ibunya...." terang Suguru persis seperti yang tertera di dalam dokumen.

Satoru pun ikut serius. Dia melipat tangan di atas pangkuannya, menatap dalam-dalam foto pria bernama Toji. "....Zenin," lalu gumamnya dengan nada prihatin. "Bagaimana bisa anak semanis Megumi adalah putranya?" komennya sinis kemudian sambil menjulurkan lidahnya seolah meledek orang di dalam foto.

Keluarga Gojo dan Zenin memiliki sejarah kelam. Mereka adalah dua keluarga paling elit se-jepang dan sangat dihormati di dunia bisnis Internasional. Banyak orang mengetahui betapa sengit persaingan keduanya dalam bisnis. Tetapi hanya kerabat dekat saja yang mengetahui sejarah kelam yang tabu diungkit.

Sebagai seseorang dari generasi paling muda. Satoru sama sekali tak peduli akan sejarah tersebut. Tidak ada gunanya Suguru mengungkit masalah ini, begitu Satoru ingin mengomeli sahabatnya. Tetapi dia kembali diingatkan betapa kolot keluarganya ketika Suguru berkata, "Kalau kau terus-terusan bersama Fushiguro. Cepat atau lambat seseorang dari tempat ayahmu akan menyelidikinya. Makanya kupikir lebih baik kau mengetahuinya duluan ketimbang ayahmu."

"Lebih buruknya lagi. Ternyata dia adalah anak si sialan Toji," imbuh Satoru sambil memegangi kepalanya yang mulai pusing. "Tsk! Ah sudahlah. Besok aku akan membicarakannya dengan Megumi..." gerutunya seraya beranjak berdiri.

"Dia Zenin..." Lagi-lagi Suguru membuatnya termenung di tempat. "Mana mungkin dia tidak mengetahui resiko berpacaran denganmu. Dengan latar belakang kalian berdua. Jangankan pacaran, bahkan kenalan saja bisa membuat keluarga kalian heboh."

"Kalau Megumi memang anak Toji. Kemungkinan besar dia tidak mengetahui apapun tentang keluarga Zenin. Selama ini dia hidup sebagai Fushiguro!"

Suguru melemaskan pundaknya. Selain telah jatuh cinta pada adik kelasnya tersebut. Sepertinya Satoru memang tak bercanda waktu dia bilang dia mempercayai Megumi.

"Baiklah. Tidak masalah kalau kau sungguhan mempercayainya," ujar Suguru mengalah. Satoru langsung menatapnya aneh karnanya. Ini bukanlah pertama kalinya mereka mempunyai perbedaan pendapat. Namun tak biasanya Suguru menyerah secepat ini.

"Tapi kau sendiri tidak yakin kan. Apakah kau ingin tetap pacaran dengannya?"

Kali ini Satoru tak dapat menyangkal. Suguru selalu bisa membacanya semudah buku.

"....seminggu saja. Selama seminggu amati dia baik-baik. Lalu segera hentikan hubungan kalian. Bagaimana?"

Usulan tersebut terdengar menyakitkan. Satoru nampak ragu-ragu sebelum dia mengangguk meng-iyakan. Sementara Suguru sendiri tak menyangka Satoru akan sutuju semudah itu. "Kau sungguhan yakin?" Suguru pun bertanya karena prihatin. Padahal usulan tadi bukanlah paksaaan.

"Seminggu lagi persiapan ujian kelulusan akan dimulai," jawab Satoru lalu dengan cepat memutar tubuhnya. Dia langsung pergi begitu saja tanpa memberi Suguru kesempatan menanggapi alasan yang terlalu masuk logikanya.

Suguru yang ditinggal sendirian hanya bisa berdecak lidah. Tak habis pikir akan keputusan sahabatnya. Dia tahu Satoru masih menyangkal perasaan aslinya terhadap Megumi. Tetapi siapa sangka dia akan memutuskan untuk mengabaikan hasratnya bersama Megumi?

"....masa karena dia tidak ingin aku dihukum? Nah. Satoru bukan seseorang yang suka berkorban," gumamnya sambil bersandar dan melihat ke langit-langit.

Suguru terus termenung dan memikirkan setiap kemungkinannya. Kemudian setelah beberapa saat dia jadi teringat akan omelan Satoru beberapa hari ini.

Semuanya dimulai dari candaan Shoko yang katanya sudah sangat keterlaluan karena sengaja mencium Satoru di depan Megumi. Sepulangnya dari mengantarkan Megumi lantas Satoru mengeluh lantaran Megumi nampak tak tersinggung maupun marah setelah menyaksikan hal tersebut. Makanya hari itu semalaman Suguru dibuat tidak bisa istirahat dengan nyaman karena Satoru yang terus-terus merengek dan bertanya mengapa Megumi terlihat sangat dingin.

Kemudian besoknya dan hari ini. Suguru mendengar kalau Megumi menolak Satoru yang ingin mengantarnya pulang. Parahnya lagi. Seharian di sekolah Shoko meledek Satoru habis-habisan karena akhirnya si pria populer itu ditolak oleh seseorang. Walaupun kemungkinan besar penyebab utama Megumi menjauhinya karena Shoko sendiri.

Cuma Shoko itu saja satu-satunya gadis yang merasa paling bahagia disaat ia berhasil menggangu Satoru.

".....nah. Mungkin si Satoru dan harga dirinya cuma takut kalau dia dicampakan duluan," setelah berpikir panjang hanya itu satu-satunya kesimpulan yang didapatkannya. 


TO BE CONTINUE

One Week LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang